tag:blogger.com,1999:blog-158105110738718112024-03-12T22:54:54.770-07:00PASAG MERAPINyawiji Mrih Lestari Rinengkuh MerapiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.comBlogger150125tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-69773759171667140962015-05-01T03:14:00.002-07:002015-05-01T03:14:57.849-07:00Belajar bersama AHA Center, Pasag Merapi dan PMI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDHa5_6-Etcy7lBBs-lvoOzEVwFI8Mc3RgNzdXoIujnR73WBVQStDYdMib0ZF1BiJ5cqLNtGCm19GJzrpkIQmOJRjSKBuf-6ro0PnuGHK5g5zMCQzK3KurijReBuldVXLhGWmKhE8ByXQ/s1600/IMG_1225.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDHa5_6-Etcy7lBBs-lvoOzEVwFI8Mc3RgNzdXoIujnR73WBVQStDYdMib0ZF1BiJ5cqLNtGCm19GJzrpkIQmOJRjSKBuf-6ro0PnuGHK5g5zMCQzK3KurijReBuldVXLhGWmKhE8ByXQ/s1600/IMG_1225.JPG" height="240" width="320" /></a></div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Deles, Klaten. Pada hari
ini, Jumat 1 Mei 2015 Pasag Merapi dan Radio Komunitas Lintas Merapi
menerima kunjungan dari AHA center (Asean Humanitarian Assisstance)
dan PMI. AHA center sendiri merupakan suatu bentuk kesepakatan negara
ASEAN dalam penanggulangan bencana.
</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Kunjungan ini rangkaian
dari pogram kerjasama negara ASEAN tentang penanggulangan bencana.
Peserta dalam pelatihan ini ialah para pemangku kebijakan bidang
bencana dari negara ASEAN (kecuali Singapura dan Brunei) dan
merupakan pelatihan gelombang yang kedua.</div>
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<br />
<div align="JUSTIFY" style="margin-bottom: 0in;">
Tujuan dari kunjungan ke
Pasag dan Lintas Merapi untuk mengetahui/mendapatkan gambaran peran
masyarakat (Pasag Merapi dan Rakom Lintas Merapi) dalam
penanggulangan bencana di masyarakat dan mengenai pengelolaan
informasi bencana secara cepat dan akurat kepada masyarakat sekitar
gunung Merapi. Selain di Yogyakarta para peserta ini juga akan
berkunjung ke Aceh dan Padang untuk belajar tentang pengelolaan
bencana tsunami dan gempa bumi. Diharapkan dalam proses pelatihan ini
ke depannya jika terjadi bencana di salah satu negara ASEAN maka
negara-negara yang lain dapat membantu dengan cepat karena komunikasi
yang sudah dibangun lewat program pelatihan ini. (Kurniawan Widiyantoro)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-62152916947975134182014-12-18T01:56:00.001-08:002014-12-18T01:56:24.187-08:00Kelompok Anak Pecinta Lingkungan "Kancing"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibBKaT77GNEchH3HVEEs_DwLjBx1qVbrwev8pcsqtKM56kizb5MSdtuTnkIiSzHAnQXO8dfuKpcXiqUlG5R2v_4V4Sde8q3Q32I_bAbNItlFE8ITDP7H1Fqr5Uo9NRvW-FiKOEdwuwrWM/s1600/10647242_10152826742541136_6745158218109628779_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibBKaT77GNEchH3HVEEs_DwLjBx1qVbrwev8pcsqtKM56kizb5MSdtuTnkIiSzHAnQXO8dfuKpcXiqUlG5R2v_4V4Sde8q3Q32I_bAbNItlFE8ITDP7H1Fqr5Uo9NRvW-FiKOEdwuwrWM/s1600/10647242_10152826742541136_6745158218109628779_n.jpg" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Anak Kancing (Kelompok Anak Pecinta Lingkungan) didirikan tahun 2008, awalnya Pak Sukiman ingin mengajak dan mengajari ibu-ibu soal mitigasi bencana. Tetapi di saat mengundang ibu-ibu untuk datang pertemuan untuk belajar mengenai mitigasi bencana, selalu ibu-ibu tersebut tidak mau datang. “Aku kepengennya mengajari dan mengundang ibu-ibu untuk di latih mengenai mitigasi bencana”, kata Pak Sukiman. Akhirnya Pak Sukiman, ada sedikit trik bagaimana caranya agar ibu-ibu tersebut bisa hadir dengan mengadakan lomba PPGD (Penanganan Penderita Gawat Darurat) untuk anak-anak dan memberikan hadiah berupa kaos bagi peserta. Kemudian Lintas Merapi FM sebagai penyelenggara, menghelat acara lomba tersebut tetapi di khususkan buat anak-anak, dengan maksud lomba itu adalah agar ibu-ibu mau datang dan mendampingi anaknya untuk belajar dan dilatih PPGD sebelum di lombakan. “Bagi orang tuanya boleh mendampingi anaknya untuk memberi pemahaman, mengingatkan pelajaran nanti, otomatis ibunya yang belajar adalah ibunya juga”, imbuh Sukiman. Akhirnya perlombaan mitigasi menjadi rame oleh banyaknya peserta yang ikut dan terlibat. Ibu-ibu juga antusias terlibat dan malah mengajari anaknya karena mendampinginya. Dengan begitu ibu-ibu tersebut juga memahami dan otomatis ikut belajar PPGD tersebut secara tidak langsung. Kesadaran yang lain adalah anak-anak belajar ‘legowo’, ‘nerimo’, ikhlas dalam melakukan segala hal. Contohnya, menanam pohon di hutan, karena jika hutannya lebat dan terjaga dan melestarikan maka kita juga akan di jaga oleh alam.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sebuah kampung yang hanya berjarak 4,5 km dari kaki Gunung Merapi, Kampung Deles, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten Jawa tengah. Sejak tahun 1999, di Deles sudah ada radio komunitas yang diberi nama Radio Komunitas lintas merapi. Dan radio yang dibuat oleh warga bernama Sukiman itu, telah menjadi satu perekat antar warga di sana. Dari radio inilah warga bertukar informasi , terutama soal kondisi Gunung yang masih aktif itu. Radio ini menjadi pusat informasi dan disaat merapi mulai menunjukan tanda-tanda aktif. Komando untuk evakuasi dan lain-lain datang dari Sukiman dan radionya ini. Kegiatan awal yang dilakukan oleh Sukiman adalah datang kerumah-rumah warga mengajari mereka bagaimana cara menanam sampai warga itu bisa menaman dan menghasilkan panen yang berlimpah. Tak hanya pada kelompok orang dewasa, Sukiman juga mengajak generasi muda untuk mencitai alam. Lewat Kelompok Anak Cinta Lingkungan (Kancing), anak-anak dan remaja di Deles memiliki kesadaran yang tinggi tentang pohon dan satwa di wilayah gunung Merapi. Selain itu mereka juga menjadi kelompok belajar berbagai ilmu, dari pelajaran bahasa hingga seni (Forum PRB).</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pada tahun 2011, salah satu kegiatan keberlanjutan bagi anak-anak masih tetap berlangsung dalam belajar soal mitigasi bencana adalah selain menanam pohon juga dilatih mengenal merapi agar tidak trauma kemudian belajar yang formal dengan belajar dengan melukis. Melukis dengan membayangkan apapun itu soal Merapi kemudian di presentasikan. Salah satu anak waktu itu melukis burung yang menceritakan bahwa burung tersebut terbang menghindari awan panas, dan ada pohon-pohon sekitar Merapi yang gunanya adalah menahan awan panas. Jadi anak tersebut sudah mempunyai pemikiran pemahaman sendiri menurut mereka mengenai Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Satu hal yang dipercaya Sukiman dan warga Deles, bahwa selama ini merapi tidak pernah memakan korban jiwa dikampungnya karena masyarakat Deles gemar menjaga lingkungan dan menanam pohon, semakin lestari semakin selamat mereka dari bencana. Dan mereka percaya pohon-pohon yang mereka tanam dan jaga itu adalah benteng keselamatan bagi mereka. Meski demikian mereka selalu bersiap-siap dengan segala kemungkinan, termasuk rajin melakukan latihan mitigasi. Sehingga mereka menjadi siap tatkala Gunung Merapi beraksi.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mengutip dari dari Radio Komunitas Wijaya FM (15/03), Keterlibatan anak-anak yang sangat besar, sehingga tahun 2008 Sukiman membentuk sebuah komunitas KANCING (Komunitas Anak anak Cinta Lingkungan), hal ini merupakan bagian dari upaya melindungi satwa hutan, penghijauan juga melakukan pelestarian hutan dengan mengadakan penjadwalan kepada anak-anak untuk memberi makan hewan yang ada dihutan (khususnya kera), serta ikut melibatkan dalam penghijauan lingkungan disekitar merapi. Fisik anak-anak ini sangat hebat karena sebagian besar sudah sering melakukan pendakian sampai puncak merapi. Semakin berkembang, menyoal belajar pemahaman soal Merapi melalui anak-anak sekitar Merapi selalu Pak Sukiman meminta oleh mahasiswa atau siapapun orang yang sedang belajar atau berkunjung untuk ‘Ngangsu Kaweruh’ soal radio komunitas atau pemahaman soal Merapi di Lintas Merapi FM untuk diwajibkan mengajari anak-anak soal pendidikan formal seperti matematika, ilmu sosial, ilmu alam, atau bahasa inggris sesuai dengan keahlian orang atau mahasiswa tersebut.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Awalnya dalam mengajari anak-anak tersebut berangkat dari emosi sesaat Pak Sukiman, tetapi pada akhirnya pengajaran ini adalah sangat penting bahwa kegotoroyongan yang artinya semua beban dan biaya semuanya bisa di peroleh atas hasil gotong royong warga setempat adalah solusi untuk mengasuh anak-anak dan mengajari pemahaman soal Merapi. Tidak tentu di komunitas KANCING ini dalam melakukan pertemuan atau penjadwalan secara reguler untuk belajar bersama tetapi terkadang beberapa minggu atau minimal beberapa bulan di pasti ada pertemuan, kadang malah tidak di ijinkan untuk pertemuan di saat anak-anak sibuk sekolah. Anak-anak Merapi oleh Pak Sukiman diajarkan kepeduliaannya dengan lingkungan sekitar agar tetap menjaga dan memahami karakter Merapi agar mereka selalu waspada. Pak Sukiman sudah 2 tahun ini menjadi bapak asuh, beberapa anak dibiayainya untuk ke sekolah di peroleh dari hasil gotong royong sumbangan iuran dari warga sekitar. Anak-anak juga diajari kerja bakti membenahi jalur evakuasi, bahwa jalur evakuasi adalah penting bagi dirinya sendiri, ketika mereka suatu saat menjadi dewasa dan memimpin di wilayah Klaten adalah sangat penting baginya jalur evakuasi.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Buku-buku ketika ada pameran di Jogja, Pak Sukiman pasti meminta bukunya dengan kuota yang banyak karena di Kancing ada program membaca bersama. Program Kancing yang lain adalah bermain dan belajar serta melukis. Pernah waktu itu anak-anak Kancing bekerjasama dengan jaringan yang ada di Australia, hasil melukis anak-anak Kancing di foto kegiatannya oleh orang Australia kemudian di pamerkan di Beijing. Kegaiatan menulis juga diajarkan bagi anak-anak juga kemudian di unggah di website <a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fjalinmerapi.net%2F&h=GAQEjb9gr&s=1" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank">jalinmerapi.net</a> bernama “Kumpulan Karya Anak Kancing”. Anak Kancing sangat fasih jika menceritakan soal Merapi. Mengenal Merapi adalah menjadi sebuah kebutuhan yang utama.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pernah anak-anak Kancing bekerjasama dengan Taman Kanak-kanak (TK), Sekoah Dasar (SD) Kanisius bersama wali murid berwisata alam, dengan program penanaman pohon, melakukan pemupukan dengan pupuk kandang di wilayah hutan di sekitar Merapi di Deles, Klaten. Ada juga donatur dari orang Indonesia yang belajar di Jepang membantu memberikan bibit tanaman cemara di Deles yang peduli dengan Merapi. Program-program bagi Anak Kancing ke depan adalah arahnya agar menjadi generasi muda nanti sudah mengenali dan mempunyai cara-cara mitigasi bencana Merapi. Menjadi anggota kancing sangatlah mudah, siapa saja yang ingin belajar dipersilahkan bergabung yang usianya masih sekolah dasar.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ketika ada lembaga atau relawan yang membantu trauma healing kepada anak-anak dan koordinator Kancing mencegahnya, dikarenakan bantuannya berupa robot-robotan, boneka, mobil-mobilan kemudian di bungkus dalam satu box karena permaianan tersebut di peroleh dari membeli, mereka (anak Kancing) tidak ingin bermain seperti itu, mereka lebih memilih permainan tradisional seperti ‘egrang’ permainan dari bambu.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
sumber : https://www.facebook.com/notes/nuno-rahman/kelompok-anak-pecinta-lingkungan-kancing/10152899165375480</div>
<div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-66330610859911636102014-12-09T18:10:00.001-08:002014-12-09T23:09:46.092-08:00Cerita cerita soal Gunung Turgo dan Merapi<div class="_4-u3 _5cla" style="border-top-left-radius: 3px; border-top-right-radius: 3px; border-top-style: none; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 15.3599996566772px; padding: 16px;">
<div class="_5k3v _5k3w clearfix" style="font-size: 14px; line-height: 20px; margin-top: 16px; word-wrap: break-word; zoom: 1;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFMhYIqtyV7BBdP4s3fHtBPoKMERmZnSgf6KGe1Lg0uXUKG_W4m_TpPE1vl_nUcaF2UFssimtxLNU1Et0D8r4lEW9vmdpjHn0r5l0vhfZDeJSszRnbn6CqmtVaN044XrYiGGa8iYscC00/s1600/10444427_10152808808806136_2667432321734221854_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFMhYIqtyV7BBdP4s3fHtBPoKMERmZnSgf6KGe1Lg0uXUKG_W4m_TpPE1vl_nUcaF2UFssimtxLNU1Et0D8r4lEW9vmdpjHn0r5l0vhfZDeJSszRnbn6CqmtVaN044XrYiGGa8iYscC00/s1600/10444427_10152808808806136_2667432321734221854_n.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<br />
<blockquote style="border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; margin: 0px; padding: 0px 15px;">
<br />
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; margin: 0px; padding: 0px 15px;">
Mbah Marjo Utomo (80an tahun), kesehariannya bekerja sebagai petani, ngarit (merumput) dan ambil kayu di hutan yang tersebar di lereng Merapi. Dalam bertani Mbah Marjo menanam tanaman seperti, telo bonggol (singkong), luwung (telo rambat), gendruk (tales), lombok, buncis, sawi dan tanaman lainnya. Mbah Marjo sambil mengingat waktu jaman dulu antara tahun 1994, cerita itu diawali, “elingku biyen loh mas, iki aku cerito ngoko, aku nek boso ora iso, Indonesia ora iso, mergo dasare biyen ora sekolah” (Saya bercerita berbahasa Jawa ngoko, karena berbahasa Jawa halus tidak begitu lancar dan tidak bisa berbahasa Indonesia karena tidak pernah mengenyam bangku sekolah), ingatnya. Mbah Marjo punya mimpi, di mimpinya ada orang tua menemui mbah marjo, dia memberitahu “Anakku sing tak pangku sak bendino awan bengi, iki sesuk kiro-kiro jam 10 punjul sitik kurang sitik, podo sumingkiro ning Kulon, iki sing marakke Eyang Sapu Jagad Merapi arep arak-arakan ning Mbok Nyai Roro Kidul” kira-kira begitu dalam bahasa jawa, yang artinya anakku yang saya pangku setiap hari siang dan malam, besok kira-kira antara jam 10 an, menyikirlah kearah barat, dikarenakan Eyang Sapu Jagad Merapi akan mengadakan arak-arakan ke Mbok Nyai Roro Kidul.</blockquote>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://scontent-b-nrt.xx.fbcdn.net/hphotos-xap1/v/t1.0-9/s720x720/1456091_10152808810646136_6339970412665311912_n.jpg?oh=8b92956846b850eae0c7066333ecaf16&oe=5517442F" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Dikarenakan memang saudara Mbah Marjo, akan menggelar pesta pernikahan dan menceritakan mimpinya semalam kepada saudara-saudaranya termasuk ke adik, kakak dan paman mbah Marjo sendiri tidak percaya cerita dari hasil mimpinya. Malah yang dianggap Bapak (dianggap tua) oleh Mbah Marjo nyeletuk, “le koe ngimpi kui mergone koe wes madang wareg, madang enak karo tempe tahu, karo iwak, ngombe wedang ono lemper, ono roti, kui kepenak ngimpimu. Ngimpimu kui ra dadi sebab” (kamu mimpi karena kamu sudah makan kenyang, makan enak dengan tempe tahu, dengan ikan, minum teh dengan cemilan lemper, ada roti, mimpimu enak. Ngimpimu tidak akan menjadi kenyataan).</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Mbah Marjo juga bercerita bahwa, jaman dahulu ketika kakeknya masih hidup pernah bertutur kalau Dusun Turgo itu belum pernah mengalami perlintasan jalur letusan material Merapi, kalaupun Merapi “Ngeduke Bahan” (mengeluarkan material) itu punya perlintasan sendiri yaitu melalui sisi wetan ( Klaten) dan kulon (Magelang) Merapi. Dalam mimpinya Mbah Marjo memang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan mimpinya soal perkiraan adanya tanda-tanda akan ada letusan Merapi yang akan mengarah ke daerah Turgo ke tetangga-tetangga dan saudara-saudara atau warga terdekat entah nanti dipercaya atau tidak itu terserah warga. “Saya mimpi itu bunganya orang tidur, yang penting mimpi saya sudah berusaha untuk saya sampaikan kepada warga yang lain, perkara akan di percaya atau tidak itu sudah bukan menjadi beban saya, dan harapan saya tidak terjadi apa-apa. Kalau toh nanti akan ada kejadian, Saya sudah memberitahukan sejak awal dan sudah tidak lagi menjadi beban saya karena saya sudah berusaha menyampaikan kepada tetangga-tetangga”, pungkasnya. Tetapi banyak kawan-kawan Mbah Marjo yang di beritahu soal mimpinya malah menyangkal tidak percaya.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Pada akhirnya kejadian itu benar-benar terjadi, tanda-tanda itu dirasakan Mbah Marjo, letusan material dan awan panas Merapi meluncur menerjang Bukit Turgo dan kawasan Dusun yang berjarak sekitar 4 kilometer itu. Bertepatan dengan itu, saudara Mbah Marjo sedang menyelenggarakan pernikahan. Mbah Marjo ingin menyelamatkan diri dari luncuran awan panas Merapi, tetapi saat itu para undangan sudah berdatangan di rumah saudaranya yang sedang ada acara pernikahan, sehingga rasa pekewuh menyelimuti hatinya. Perasaan Mbah Marjo saat itu berkecamuk, bisa jadi Jika tidak pergi menyelamatkan diri, perasaan dia nanti bisa menjadi buah bibir dan pasti akan diperingatkan oleh tetangga-tetangga karena sedang ada acara perhelatan nikahan saudaranya, padahal warga dan para tetangga sudah berkumpul untuk hadir menghormati acara tersebut. Akhirnya tekad Mbah Marjo, dia percaya pada yang Kuasa (Tuhan), karena mati hidupnya di pasrahkan kepada Tuhan apapun yang terjadi sehingga dia tetap tinggal dan tetap mengurusi acara nikahan itu walau perasaan berkecamuk tidak karuan. Dan atas kejadian letusan Merapi itu, Mbah Marjo sekujur tubuhnya terlumat oleh awan panas dan pingsan tetapi dapat diselamatkan, anak dan cucunya terkena juga hembusan ganasnya awan panas hingga menewaskannya. Mbah Marjo dibawa kerumah sakit Dr. Sardjito selama 3,5 bulan dengan luka bakar yang parah dan berjuang untuk mempertahankan jiwa raganya agar tetap bisa hidup. Dia juga melihat dari tanda-tanda alam diantaranya, banyak kijang berlarian turun untuk mencari makan di kebun warga termasuk kebunnya Mbah Marjo sendiri, yang biasanya mencari makan di atas bukit. Mungkin karena suhu bukit Turgo juga terimplikasi hawa yang memanas, oleh sebab itu binatang pada turun gunung.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Sedikit mengulas mimpi Mbah Marjo, dia berpersepsi yang muncul dalam mimpinya adalah sesosok dalam dunia gaib “<em>sing baurekso</em>” (yang berkuasa) gunung Turgo. Gunung Plawangan dan gunung Turgo menurutnya adalah jaman dahulu adalah gunung tertua sebelum gunung Merapi ada yang saat ini muncul. Warga Turgo sangat mempercayai bahwa gunung Merapi Tua (Gunung Bibi/Bibi Biyung), yaitu Gunung Plawangan dan gunung Turgo. Dan masyarakat juga mempercayai bahwasanya selama ini letusan Merapi dan dampak yang di akibatkannya tidak akan melalui Dusun turgo karena terlindungi oleh Gunung Turgo yang dianggap lebih tua dari gunung Merapi. Kepercayaan ini turun menurun hingga sekarang. Dengan seijin yang Maha Kuasa, Mbah Marjo di jadikan sebagai penyambung komunikasi antara penguasa Merapi (<em>Baurekso</em>) dengan warga Dusun Turgo. Setiap kali jika Merapi akan meletus dan ‘<em>ngedunke bahan okeh</em>’ (mengeluarkan material banyak), dia selalu diberitahu tanda-tanda (peringatan) sebelumnya melalui mimpi. Dia juga antara percaya dan tidak, tetapi pada tahun 1994 telah terbukti Merapi meletus pada jam 10:30 WIB dan sesuai apa yang disampaikan dalam mimpinya. Dari situ, Mbah Marjo sangat mempercayainya bahwa dengan seijin yang Maha Kuasa mimpinya sebagai peringatan dini bahwa Merapi akan Meletus. Begitu juga jika sebelum Merapi meletus dan mengeluarkan material yang sangat banyak, dia selalu mendapat mimpi sebagai pemberitahuan (peringatan) dini jika nanti suatu saat Merapi akan meletus.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Ini dibuktikan saat dia mendapatkan mimpi dan langsung menceritakan kepada anaknya bahwa akan ada letusan Merapi dengan tanda-tanda sesuai apa yang deskripsikan dari mimpinya tersebut, kejadian ini terbukti benar adanya, Merapi pada akhirnya meletus sesuai apa yang di ceritakan dalam mimpinya itu. Sebetulnya warga Turgo pantangan dalam menyebutkan ‘Merapi meletus’, jadi mereka menyebutnya ‘ngedunke material’ (menurunkan material dalam hal ini material gunung berapi) seperti awan panas, abu vulkanik dan pasir ataupun batu/kerikil. Jika merapi itu akan punya ‘<em>hajat</em>’ (meletus) besar, setelah mendapatkan tanda-tanda melalui mimpinya itu dia di datangi seseorang yang memakai keris atau ‘pendok’, memakai celana tetapi agak naik dari mata kaki (celana tanggung), memakai ikat gadung melati, sikepan, sejak di datangi orang seperti itu tahun 2006 dan 2010 sosok itu orang yang seperti itu muncul kembali melalui mimpinya. Sosok yang di mimpi tersebut kemunculannya di status saat Merapi dalam keadaan siaga dan harinya saat itu adalah jumat pon. Mbah Marjo ingin mendapat peringatan dini ini melalui mimpi, bahwa tidak hanya dari tanda-tanda sirine yang biasa dipergunakan oleh warga untuk memberikan informasi bahwa Merapi dalam keadaan bahaya dan dianjurkan warga untuk menjauhinya. Karena setiap orang mempersepsikan tanda-tanda peringatan dini ada berbagai macam dan berbeda-beda, berangkat dari situlah Mbah Marjo mengambil kesimpulan bahwa ada benarnya jika apa yang disampaikan dalam mimpi tersebut benar terjadi. Selalu saja mendapatkan peringatan atau tanda-tanda, tidak semua orang tahu dan tidak semua orang bisa menterjemahkan tanda-tanda dari mimpinya Mbah Marjo. Begitu pada tahun 1994, Mbah Marjo menceritakan kepada orang-orang sekitar di lingkungannya tetapi orang-orang tersebut menyepelekannya, malah beranggapan dan mengira bahwa Mbah Marjo itu adalah hanya sebuah bunga tidur karena mereka belum pernah mengalami bahwa letusan Merapi mengarah ke wilayah Turgo. Letusan klasik Merapi selalu mengarah ke wilayah barat semua, tetapi pada tahun 1994 pada akhirnya bisa membukakan bahwa siklus Merapi itu tidak hanya mengarah di barat saja tetapi bisa juga mengarah ke barat daya (Turgo). Pasca tahun 1994 juga ada letusan yang mengarah ke selatan, adanya perubahan siklus ini bisa mematahkan teori-teori PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Kepercayaan masyarakat Turgo dahulunya memang Merapi tidak akan meletus yang mengarah ke Turgo karena sudah ada sesepuhnya yang menghalanginya yaitu bukit Turgo tersebut, akhirnya berkata lain bahwa Merapi letusannya melalui sungai Boyong.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Pada jaman dahulu tahun 1994, pada hari jumat pukul 10.30 WIB terjadi letusan besar. Saat itu wilayah Turgo sudah terbakar semua tersapu awan panas yang di timbulkan oleh gas yang dikeluarkan oleh Merapi, semua orang melarikan diri tunggang langgang untuk menyelamatkan jiwanya masing-masing. Waktu itu Mbah Marjo sedang memasukkan sapi ke kandang untuk di beri makan. Sebelum sempat melarikan diri Mbah Marjo ternyata terkena sapuan awan panas dan tidak sadarkan diri. Saat terbangun posisinya sudah berada di rumah sakit Sardjito dan menyadari bahwa sekujur tubuhnya terbakar, tangan, kaki, kuping dan hampir semua kulitnya mengelupas dan membekas hingga kini. Pihak rumah sakit Sardjito sempat memberikan penanganan dengan mengoperasi plastik pada diri Mbah Marjo. Letusan itu menelan korban jiwa sekitar 30 orang dusun Turgo saja dan keseluruhan korban meninggal mencapai 68 orang dari berbagai daerah sekitar Merapi saat itu.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Kendati jauh berlipat kecilnya dari Merapi, namun warga sekitar meyakini bahwa bukit Turgo itulah yang selama ini membentengi dan menyelamatkan mereka saat Merapi punya gawe (erupsi). Tetapi keyakinan warga tersebut di bantahkan oleh alam, di saat Merapi punya ‘Gawe’ tak terelakkan pula Dusun Turgo luluh lantah. Mbah Marjo sudah memberikan peringatan sebelum kejadian tetapi warga tidak percaya. Pada tahun 2006, Mbah Marjo juga memberikan peringatan kepada warga bahwa akan ada ‘Gawe’ besar yang akan di helat oleh Merapi, dan warga Turgo saat itu mempercayai apa yang di katakan Mbah Marjo, kemudian warga cepat-cepat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sehingga di hari ‘Gawe’ Merapi, tak ada korban yang menimpa warga Turgo.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
<strong>Asal Muasal Pasag Merapi</strong></div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit Sarjito selama sebulan, Mbah Marjo sudah dianggap sehat dan sembuh, kembalilah ke rumahnya di Turgo. Karena rumahnya sudah hancur tak bersisa Mbah Marjo mendirikan gubuk kecil sebagai tempat tinggal sementara dan melanjutkan membangun kandang sapi juga sebagai tempat masak dan kebutuhan dapur lainnya sekaligus untuk menjaga ternaknya. Sedikit demi sedikit, Mbah Marjo membenahi rumahnya, membeli genteng sebagai atap rumah yang awalnya atapnya dari anyaman daun kelapa. Setelah semuanya normal atas amukan Merapi, rumahnya sudah layak sebagai tempat tinggal dan rumah itu malahan dijadikan sebagai tempat orang untuk singgah yang menuju bukit Turgo yang ingin melakukan tirakatan dan berdoa di bukit tersebut. Antara tahun 1995-1996, Mbah Marjo membangun rumahnya secara permanen hingga sekarang. Nah, saat tahun 1997, awal Mbah Marjo bertemu dengan Kang Eko Teguh (ET) dan mengadakan pertemuan pertama Pasag Merapi (Paguyuban Sabuk Gunung Merapi) di rumah ini juga. Pertemuan itu di gagas, mengundang warga Merapi yang terkena imbas letusan gunung teraktif itu. Dikutip tanggal 27 Februari, 2007, <a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fbbc.co.uk%2F&h=VAQHsLFoR&s=1" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; text-decoration: none;" target="_blank">bbc.co.uk</a>, ketika para petani Lereng Merapi membentuk organisasi ini pada tahun 1997, modal mereka hanyalah kemauan bekerja dan dana seadanya dari kantong mereka sendiri. Paguyuban desa yang bertujuan mengembangkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya dan pengurangan dampak bencana. Paguyuban masyarakat Merapi yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk mewujudkan kesadaran, kepedulian dan kemandirian dalam menjaga kelestarian kawasan Merapi. Malam hari menggunakan lampu Petromak, pertemuan Pasag Merapi di pertama di helat di rumah Mbah Marjo, warga datang dengan membawa bekal makanan mentah sendiri-sendiri seperti ubi, jagung, beras dan kemudian istri Mbah Marjo yang memasaknya. Kemauan warga ini perlu di apresiasi, mereka sangat ingin menggali ‘kaweruh’ (pengetahuan) dan ingin meningkatkan kesadaran diri terhadap ancaman Merapi.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Alasan Mbah Marjo ingin kembali lagi bermukim di wilayah Turgo dan tidak mau berpindah ke daerah lain di karenakan rumah di Turgo adalah tanah kelahirannya, nenek moyangnya juga terlahir di rumahnya sekarang dan sebagai tempat pencahariannya untuk melanjutkan hidup sehingga apapun yang terjadi saat Merapi mengeluarkan material letusan itu adalah sudah takdirnya, walau demikian Mbah Marjo mempercayainya bahwa Merapi adalah sebuah gunung yang memberikan berkah penghidupannya hingga saat ini. Jadi kita harus selalu waspada akan ancaman bencana dan selalu bersinergi juga berteman terhadap Merapi sehingga kita bisa hidup berdampingan. Mbah Marjo semasa hidupnya tidak mengenyam pendidikan. Menurut pengakuannya, Mbah Marjo juga tidak mengenal baca dan tulis. “aku kui wong ‘bodo’ (bodoh)”, kata Mbah Marjo. tetapi, menurut saya sebagai penulis, Mbah Marjo bukanlah 'bodo' dalam arti sebenarnya seperti yang sering dia katakan tetapi Mbah Marjo hanya ingin selalu rendah diri. Menganggap dirinya adalah orang yang bodoh. Orang yang bodoh akan selalu mencari pengetahuan, mencari ilmu baru. Suatu hal yang sering dilupakan oleh orang-orang pintar, yang merasa bahwa wawasannya sangat luas, otaknya sangat cerdas. Kemudian mereka menjadi lupa untuk terus meningkatkan kualitas diri karena merasa sombong dengan kelebihannya. Mbah Marjo adalah orang bodoh dengan segudang pengetahuan soal pemahamannya dengan Merapi. Jadi setiap kali Merapi jika ingin mengeluarkan bahan metrialnya, sebelumnya Mbah Marjo selalu di beritahu melalui mimpinya. Kenyataannya seperti yang sudah dilakukan Mbah Marjo, semua kejadian letusan Merapi terbukti sudah dari tahun 1994, 2006, 2010 dari pengetahuannya melalui mimpi. Dalam mimpinya dari tahun ke tahun, orang yang memberitahunya lewat mimpi orang yang sama dan berpakaian sama. Dalam mimpi itu, dibilang bahwa arah letusan waktu tahun 2006 mengarah kearah ‘ngalor, ngetan dan ngulon’ (utara, timur & barat) dan tahun 2010 juga di beritahu lewat mimpi dengan orang yang sama, Mbah Marjo di beritahu bahwa “anakku sing tak pangku sak ben dino saben bengi, iki sesuk sakjeroning seminggu Merapi ngeduke material luwih gede yang arahnya ngalor dan ngetan dan sebagian ngulon” kata Mbah Marjo menirukan orang yang berkata demikian dalam mimpinya. (artinya: anakku yang kujagain setiap saat, nanti selama seminggu penuh Merapi akan meletus dengan kekuatan yang besar sekali, arah letusannya yang besar ke utara, timur dan letusan kecil mengarah ke barat).</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Ada apa-apa yang terjadi oleh Merapi dan oleh Mbah Marjo sendiri adalah berserah diri dan percaya sepenuhnya pada yang Kuasa (Tuhan). “Saya sangat percaya pada Yang Kuasa, hidup matiku kuserahkan pada Sang Kuasa, apapun yang terjadi pada ancaman dari Merapi” jelasnya.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
<strong>Ziarah di Bukit Turgo</strong></div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Rumah Mbah Marjo hingga sekarang masih di gunakan sebagai tempat singgah orang yang berziarah ke Bukit Turgo, Plawangan di Merapi, permintaan peziarah bermacam-macam, ada yang minta ingin keselamatan seluruh keluarga, ada yang ingin kaya, kecukupan dan lain sebagainya. Petilasan yang ada di puncak Bukit Turgo adalah Eyang Syeh Jumadilkubro pada jaman wali songo dahulu. Menurut cerita secara turun temurun, Syeh Jumadilkubro saat waktu dhuhur jam 12 siang melakukan sholat dengan para pengikutnya, setengahnya saat melakukan sholat dhuhur secara tiba-tiba Syeh Jumadilkubro tersebut menghilang. Tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya hingga sekarang. Masih terjadi kontroversi, apakah kuburan yang ada di puncak bukit Turgo adalah kuburannya asli Eyang Syeh Jumadilkubro atau apakah hanya sebatas petilasan saja, karena menurut berbagai sumber juga ada yang mengatakan bahwa makam aslinya Eyang Syeh Jumadilkubro berada di Mojokerto.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Dari peziarah tersebut, mereka setelah meminta sesuatu dan terkabul, akhirnya para peziarah itu membangun ‘kijing’ (kuburan/petilasan) secara sukarela. “Peziarah disarankan datang dengan niat yang baik, tidak disarankan berniat negatif, seperti permintaan seperti seorang pencuri yang ingin keselamatan dalam melakukan aksinya, hal tersebut tidak akan terkabul dan mungkin malah mendapatkan bencana”, jelas Mbah Marjo. Kata Mbah Marjo juga, Eyangnya (Moyang Mabh Marjo) dulu adalah orang yang di jaga secara gaib oleh Eyang Syeh Jumadilkubro dan selalu diberikan berkah entah sedikit atau banyak. Pemberian berkah tersebut berupa alam yang berlimpah, seperti kebutuhan sehari-hari kecukupan yang terdapat di alam. Atau diberikan berkah menanam jagung atau ketela dan bisa panen banyak juga dapat di jual sehingga dapat rejeki yang berlimpah juga untuk membeli kebutuhan sehari-hari.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Dari kelurahan setempat bersama media besar (TPI, Routers, Indosiar, RCTI dll) mencari Mbah Marjo, melakukan wawancara, pemotretan, dan lain sebagainya. Saat itu Mbah Marjo berada di rumah lagi melakukan pekerjaannya membuat kandang ayam dari bambu, ada sesosok 4 orang datang membawakan gula, teh, beras, supermie, mengaku dari Kapala untuk bertemu dengan Mbah Marjo untuk rembugan dan memberikan HT (handy talky) untuk berkomunikasi mengabarkan kondisi lingkungan sekitar atau kondisi Merapi terkini dan sejumlah uang untuk kebutuhan sehari-hari. Lama-lama rumah Mbah Marjo dijadikan sebagai pusat informasi kebencaan oleh Kappala dan peningkatan kapasitas juga kesadaran diri kesiapsiagaan terhadap Merapi. Pertemuan ini menjadi saksi sejarah Pasag Merapi, antara Pak ET, Gendon dengan Mbah Marjo tersebut. Rumah Mbah Marjo juga di jadikan rumah kedua oleh Pak ET juga Gendon dari Kappala. Istilahnya oleh Mbah Marjo sudah nyedulur banget hubungannya antara Pak gendon, Pak ET dengan dia.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
<strong>Cerita Dahulu Soal Merapi</strong></div>
<div style="background-color: white;">
Di eranya Mbah Marjo, Merapi sudah meletus sekitar tahun 1961, 1969, letusan besar terjadi mengarah ke Krasak, Bebeng, Kali Kuncet, warga mengungsi dan tak banyak korbannya. Dari berbagai peringatan lewat mimpi yang di terima oleh Mbah Marjo, tetapi dia tetap patuh terhadap aturan yang di keluarkan oleh pemerintah, seperti perintah untuk mengungsi maka dia akan mengungsi walau dia tau terlebih dulu bahwa kapan harus mengungsinya tetapi dia tidak ingin di anggap orang yang ‘pinter’ melainkan malah dia ingin selalu dianggap ‘bodo’. Dia tidak pernah berontak apalagi melawan apa yang sudah di tetapkan status, maupun kondisi atau melawan untuk mengungsi oleh pemerintah, bahwa sejatinya dia malah sudah tau terlebih dulu kapan harus mengungsi atau kapan Merapi akan meletus melalui mimpinya tersebut.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Menurut Mbah Marjo, Merapi itu adalah berhubungan erat dengan pantai laut selatan. Umpamanya seperti Merapi besanan dengan pantai laut selatan. Eyang Sapu Jagad Merapi jika ingin ‘ngeduke bahan’ berupa abu dan pasir yang mengarah kearah utara ataupun selatan, tetapi pembagian itu akan secara merata. Di Turgo sepengetahuan Mbah Marjo sekitar tahun 1994, warga melakukan pasang sesaji-sesaji di wilayah Kedung Boyong, Pojok Jalan dan Perempatan Jalan atau di letakkan di tempat yang dianggap bisa mewakili alam, seperti pohon besar, sungai dan lain sebagainya. Sesaji ini sebagai doa bagi masyarakat untuk meminta keselamatan seluruh warga di Turgo atas ancaman Merapi. Acara dilakukan setiap Suro, berada di rumah Pak Dukuh, entah acara tersebut besar atau kecil tetap dilakukan. Acara Suronan tidak hanya melakukan syukuran dan peletakan sesaji di beberapa tempat tetapi juga ada budaya sesembahan seperti bak air di perempatan juga, acara lain sehabis suronan warga biasanya melakukan begadangan (Melekan) di malam hari untuk berkumpul berembug dengan suguhan makanan tradisional hasil alam dan minum kopi. Kendurian juga dilakukan warga sebagai rasa syukur dan memohon keselematan kepada Tuhan dan berkah Merapi yang di berikan berupa pasir, air dan batu.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Yang di lakukan waga saat ini terhadap penambangan pasir di wilayah Kali Boyong, masih dilakukan secara manual tidak menggunakan alat berat untuk mengeruk pasir dengan keserakahan tetapi di gunakan sesuai kebutuhan saja. Mereka beranggapan bahwa jika alam sekitar Merapi di rusak dengan penambangan secara besar-besaran, warga percaya suatu saat Merapi akan marah dan menimbulkan bencana bagi warganya sendiri. Masih ada budaya dan kearifan lokal bahwa Merapi itu ada semacam garis lurus imajiner antara Merapi, keraton dan lau pantai selatan, kepercayaan ini masih kuat yang dirasakan oleh warga Merapi. Warga Turgo menganggap Merapi adalah sebuah makhluk hidup, sungai ibarat seperti kaki, jika kaki di rusak atau disakiti dengan mengambil pasir atau batu secara serakah menggunakan alat berat, maka Merapi akan marah besar. Menurut kepercayaan warga Turgo, bahwa Merapi jika akan meletus besar jika ada ‘sinabuk ing wesi’, bego-bego dan truk tambang berada di lingkar Merapi, yang kedua filosofinya Merapi adalah sungai ibarat kaki dan hutan adalah bagian tubuh Merapi yang lain, maka jika sungai (kaki) di sakiti setiap hari tentunya yang punya tubuh akan merasa sakit. Mengapa letusan tahun 2006 mengarah ke selatan? Biasanya informasi dari BPPTK dan PVMBG meramalkannya mengarah ke magelang, atau letusan klasik. Ternyata Mbah Marijan dan Mbah Marjo berpendapat lain, “embane koyo kebul kenalpot” (ibaratnya adalah asap seharusnya keluar dari knalpot), “nanging kebul itu metune ora seko knalpot” (tetapi keluar asapnya tersebut tidak keluar dari knalpot) berarti ada masalah di motornya, itu juga terjadi pada gunung Merapi juga. Biasanya letusan itu mengarah ke utara, tetapi saat itu letusan mengarah ke selatan, itu terjadi pasti ada masalah yang terjadi dalam kepemimpinan, pemerintahan, atau ada kekurang beresan dalam pemanfaatan di Merapi. Mempelajari Merapi itu tidak hanya pada proses kebencaannya saja tetapi harus menjaga lingkungan di sekitar Merapi.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Mempelajari Merapi tidak hanya dari tanda-tanda ilmiah saja tetapi juga mempelajari tanda-tanda non ilmiah sebagai sistem peringatan dini dari ancaman Merapi. Mbah Marjo termasuk salah satu orang yang khusus dapat menjadi sistem peringatan dini bagi ancaman bencana Merapi dari segi non ilmiah yang tidak dimiliki warga lain di Dusun Turgo. Mbah Marjo pernah suatu hari di perlihatkan seperti ‘benang nglawer’ kayak semacam benang putih bercaya dan bergelantung seperti tali, itu jika diterjemahkan menurutnya adalah batas garis awan panas. Tidak semua orang pertama dilihatkan dan tidak semua orang bisa membaca tanda-tanda yang di timbulkan oleh Merapi, ini yang dialami oleh Mbah Marjo. Kejadian Mbah Marjo dilihatkan cahaya seerti benang ini sebelum tahun 1994, terjadi sebelum letusan besar di tahun tersebut. Persepsi akan tanda-tanda kejadian alam dan non ilmiah ini bisa sangat berbeda dan pemaknaanya juga bisa berbeda jika terjadi pada orang lain. Kejadian akan tanda-tanda non ilmiah itu telah di buktikan sendiri oleh Mbah Marjo akan arah ancaman hembusan awan panas, benar adanya.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Di Dusun Turgo, telah membuat kesepakatan dengan seluruh warga bahwa pelanggaran jika melakukan penambangan pasir atau batu dari Merapi. Semua warga memaknainya dengan membuat kebijakan sendiri tanpa tambang. Warga telah sadar dan ingin merawat airnya dengan tetap mengalir bersih dengan merawat sumber mata air dan alamnya serta hutan yang dimilikinya di wilayah Turgo tersebut karena setiap warga pasti akan membutuhkannya untuk berkehidupan dan agar anak cucu juga dapat menikmati air bersih. Mereka tetap menjaga kawasan Merapi tetap lestari. Warga Turgo juga masih menajalankan kearifan lokal seperti keselamatan 7 hari, kenduri, ronda, memasak sego golong, tumpengan dan lain sebagainya yang masih di jalankan secara turun temurun. Permasalahannya di wilayah Turgo yang termasuk wilayah Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), akan bisa terjadi selalu ada benturan-benturan tetapi disatu sisi kearifan lokal apakah benar-benar TNGM memanfaatkan warga atau apakah warga dapat memanfaatkan TNGM? Sejak 2001-2002 sudah ada unsur penolakan taman nasional, karena TNGM itu adalah sebuah proyek dikarenakan masyarakat tidak bisa mengakses sumberdaya hutan. Sebagai contoh, masyarakat dalam mencari bambu, kayu bakar sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan lebih sulit di dapat. Keberadaan TNGM oleh masyarakat adalah sebuah pelarangan pengambilan terhadap sumber alam yang terdapat di sekitar Merapi, padahal masyarakat itu sudah bisa menjaga kelestariannya dan menjaga sumber dayanya sendiri serta bisa membuat hutan dan alam sebagai pemenuhan akan kebutuhan hidup masyarakat dari hasil bumi tersebut tanpa harus merusaknya. Apakah keberadaan TNGM ini manfaatnya terhadap masyarakat itu lebih besar? Apakah TNGM itu pengertian terhadap hewan ternak warga yang selama ini adalah sebagai hewan peliharaan juga sebagai tabungan mereka juga sebagai mata pencaharian utamanya karena yang terpenting buat warga adalah hewan ternak tersebut dapat tercukupi makan dari hasil hutan dan alam yang mereka tinggali dan jaga hingga kini?</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Karena terdapat kasus di Ngandong ada orang nebang pohon dan di penjara 3 bulan, gara-gara mengambil kayu dan ternyata kayu tersebut milik orang Mangungan, sehingga akhirnya Walhi berperan membantu warga mengadvokasi kasus tersebut dan di tetapkanlah adanya hutan rakyat dan hutan lindung di tetapkan. Warga Turgo, memang membutuhkan ‘ngarit’ di hutan untuk memberikan makanan buat ternaknya, dan jika tidak boleh mengambil rumput di hutan oleh TNGM, seluruh warga siap untuk di penjarakan bukan hanya satu orang saja tetapi keseluruhan. Padahal jika terjadi kebakaran hutan di Merapi, warga selalu membantu pemadaman kebakaran yang terjadi, bahkan petugas TNGM nya sendiri tidak berkutik untuk memadamkan, sehingga di butuhkan kerjasama yang bersinergi antara TNGM, pemerintah dengan warga harus berbagi kebermafaatan hutan.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Proses pengungsian warga Turgo pada tahun 1991, mereka mengungsi di barak pengungsian di lokasi-lokasi umum seperti sekolah, masjid dan lainnya atas kemauan warganya bukan karena instruksi dari pemerintahan. Sekitar tahun 1994, pemerintah membangunkan tempat barak pengungsian yang di gunakan oleh warga Turgo hingga sekarang jika sewaktu-waktu Merapi meletus. Telah ada perubahan penanganan kebencanaan yang dilakukan oleh pemerintah Indoensia, Undang-undang kebencanaan lahir tahun 2007, dalam implikasinya tahun 2006 warga Merapi sudah mulai Merancang kearah yang lebih baik dalam penanganan pengeurangan resiko bencana. Jadi memaknai sebuah bencana, sebuah ancaman pasti ada siklusnya. Jaman dulu, pembacaan tanda dari mimpi, gaib, non alamiah, dan masih melihat bahwa gunung Turgo adalah bibi biungnya Merapi, tetapi toh sekarang tetap terkena ancaman bencana Merapi juga. Hal-hal yang seperti itu memang kadang ada benarnya, tetapi sekarang pemikiran tanda-tanda bahaya Merapi secara logis bahwa Merapi adalah sebuah ancaman yang suatu saat bisa membahayakan warga. Jaman dahulu warga masih menunggu, bahwa jika ada bencana terjadi oleh Merapi dan mengalami korban berjatuhan warga masih ketergantungan dengan peran pemerintah, warga masih belum ada 'olah rasa'-nya melihat Merapi itu seperti apa. Sebelum ada Undang Undang belum ada pengungsi mandiri, adanya pengungsi mandiri itu pasca tahun 2006.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Tahun 1994, 1997, 1999, 2001, warga masih seolah olah jika terjadi bencana dianggap sebuah takdir, sebetulnya sebuah bencana selalu beresiko, berpotensi ada korban jiwa, jadi peran penanggulangan bencana tersebut perannya di ambil alih oleh pemerintah. Tetapi kalo sekarang warga Merapi sendiri sudah ada indikasi sudah ada kesadaran soal penanggulagan resiko bencana, ada kesepakatan, ada mekanisme yang baik dari warga sendiri adanya evakuasi mandiri, jika sekarang menunggu-nunggu peran dari pemerintah ya warga tidak akan makan dan tak terurus di pengungsian. Jika warga sudah merasa terancam, masyarakat dengan sendirinya mengungsi, masyarakat sudah sadar adanya ancaman yang terjadi dari letusan Merapi. Dengan adanya kemandirian warga dalam di barak pengungsian, di Turgo masih di ampu oleh teman-teman Tagana dan PMI walaupun ada relawan lainnya. Sebetulnya strategi urusan logistik adalah hal yang sederhana, bahwa masyarakat sudah menyiapkan beras yang disimpan untuk kepentingan genting jika sewaktu waktu terjadi bencana dari Merapi, dengan metode yang di namai adalah mekanisme “Tas Siaga” jadi di setiap rumah sudah ada penyipan tas yang berisi dokumen-dokumen penting, baju, celana maupun makanan yang bisa bertahan lama. Hal tersebut sudah terbangun di warga sekitar Merapi khususnya di Turgo. Apalagi sekarang karakter Merapi sudah berbeda dari jaman dulu, justru hal ini membangun kesadaran warga kembali akan hal pengurangan resiko bencana. Kesusksesan disini adalah sudah melatih dan menghasilkan warga Merapi sadar tentang bahaya Merapi.</div>
<div style="background-color: white;">
<br /></div>
<div style="background-color: white;">
Di dusun Turgo terdapat sirine sebagai peringatan dini warga tetapi rusak dan hingga saat ini warga Turgo tidak pernah tau bunyinya seperti apa. Seharusnya ada peran simulasi secara nyata dalam mengahadapi bencana Merapi antara pemerintah dengan warga untuk mencoba untuk membunyikan sirine tersebut sebagai peringatan dini dan warga diberitahu kemana dan seperti apa proses pengungsiannya. Tetapi jika peringatan dini yang berupa sirine dari pemerintah bangun tersebut saja rusak terus terusan, warga akhirnya menggunakan tiang listrik yang di pukul keras-keras untuk peringatan dini warga, karena Turgo berjarak hanya 5 kilometer dari puncak Merapi. Jika jiwa kita masih belum merasa terancam, tidak harus cepat-cepat untuk mengungsi, begitupun sebaliknya jika merasakan jiwa kita sudah merasa terancam, diharapkan langsung mengungsi. Nah, yang jadi masalah disini adalah warga masih belum memahami antara perbedaan mana yang aktivitas meningkat dengan status kegunungan meningkat. Jika aktivitas meningkat, itu adalah niscaya sebuah gunung berapi, tetapi jika ada peningkatan status yang meningkat jika dari status normal ke waspada, waspada ke siaga hingga awas maka warga disini sudah harus tau peran masing-masing seperti siapa yang melakukan apa, kapan, kebutuhannya seperti apa. Informasi soal status dan peningkatan aktivitas kegunung apian didapat dari handy Talky (HT).</div>
<div>
<br /></div>
</blockquote>
<br />
<br />
sumber: https://www.facebook.com/notes/10152880709735480/?pnref=story</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0Jalan Merapi, Sleman, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55511, Indonesia-7.7195360000000006 110.35492390000002-7.7352710000000009 110.33475390000002 -7.703801 110.37509390000001tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-64400911116625976972014-11-13T19:44:00.002-08:002014-11-13T19:44:10.425-08:00GEGURITANE WONG MERAPI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/osYM2A0Ax7U?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<div id="watch-uploader-info" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; margin: 0px; padding: 0px;">
<strong class="watch-time-text" style="background: transparent; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;"><br /></strong></div>
<div id="watch-uploader-info" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; margin: 0px; padding: 0px;">
<strong class="watch-time-text" style="background: transparent; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;">Diterbitkan tanggal 5 Nov 2014</strong></div>
<div class="" id="watch-description-text" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; margin: 0px; padding: 0px;">
<div id="eow-description" style="background: transparent; border: 0px; padding: 0px;">
Ki Lowo Ijo (subur) adalah crew Radio Komunitas Lintas Merapi, dia mengilustrasikan melalui Puisi Jawa yang di sebut Geguritan,Jika mendengarkan dan memahami yang di maksud adalah, Kita mengenal merapi agar dekat dan memahami Gunung merapi,kita tidak usah meninggalkan merapi secara permanen (relokasi) tetapi kita harus tahu kapan kita menjauh,kapan kita memanfaatka berkahnya,Merapi tidak pernah meminta,merapi tidak minta ganti atas berkah yang telah di berikan kepada manusia,tetapi memberikan peringatan pada kita agar menjauh saat mengantar berkah tersebut... Berbudaya dan tetap siaga</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-74091885769564119562014-11-12T22:17:00.000-08:002014-11-12T22:17:05.322-08:00Asmarandana Merapi <div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px;">
"Buku ini mendokumentasi upaya-upaya warga, pemerintah dan para pihak yang melakukan hal-hal signifikan dalam beradaptasi dan bertransformasi pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Kita akan menemukan inisiatif-inisiatif kecil di tingkat warga seperti sistem informasi desa dan audit sosial dalam rehabilitasi dan rekonstruksi, serta pemulihan penghidupan berkelanjutan dalam konteks pengurangan kerentanan terhadap risiko bencana.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Asmaradana Merapi merupakan simbolisasi hubungan serasi antara warga dan Gunung Merapi. Adaptasi dan transformasi agar bisa hidup berdampingan bersama Merapi, merupakan kidung asmaradana itu sendiri."</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span style="line-height: 19.3199996948242px;">Silahkan download "Buku Asmaradana Merapi" di:</span><br style="line-height: 19.3199996948242px;" /><a href="http://goo.gl/XMt0Et" rel="nofollow" style="color: #3b5998; cursor: pointer; line-height: 19.3199996948242px; text-decoration: none;" target="_blank">http://goo.gl/XMt0Et</a></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: Helvetica, Arial, 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.3199996948242px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-50285673162381624332014-11-05T01:10:00.001-08:002014-11-09T04:54:17.682-08:00Nyanyian Anak Merapi <div id="watch-uploader-info" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; padding: 0px;">
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPp_5jbJzXzVk_bdOu0F9X5Buw1STHRjK243Kj5Tfw7gztKLFxHLzeZNfRebxDVUDSfKVE7y5tce6sQoC0oqOAokHmtmKPYNZiVOwceU79ZHEp2R27oIXBSmJtZ7_2uuWWUXT8PR7JjH0/s1600/CJb_bwjO.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPp_5jbJzXzVk_bdOu0F9X5Buw1STHRjK243Kj5Tfw7gztKLFxHLzeZNfRebxDVUDSfKVE7y5tce6sQoC0oqOAokHmtmKPYNZiVOwceU79ZHEp2R27oIXBSmJtZ7_2uuWWUXT8PR7JjH0/s1600/CJb_bwjO.jpeg" height="320" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><br /></span>
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">Sebagai salah satu kreasi yang paling indah alam dan dibangun dari letusan gunung berapi yang</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">berulang-ulang, gunung berapi juga merupakan sistem alam dan selalu memiliki unsur-unsur</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">ketidakpastian. Kehadirannya yang menarik di satu sisi, dibarengi dengan bahaya yang berpotensi hadir</span><span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">di sisi yang lain. Di Gunung Merapi, selama 100 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 130.000 korban </span><span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">jiwa dan ratusan desa dan ribuan hektar lahan pertanian telah hancur. Hal ini disebabkan oleh</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">peningkatan populasi, orang-orang yang tinggal di daerah sekitar Gunung Merapi bergerak lebih dekat </span><span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">ke puncak.</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><br /></span>
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">Seperti kita ketahui, masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Merapi memiliki sejarah panjang</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">pengalaman hidup bersama bahaya gunung berapi. Mereka dapat bertahan hidup dan melakukan</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">aktivitas di sepanjang lereng gunung berapi. Dengan mengetahui karakter Gunung Merapi melalui</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">pengalaman, mereka mencoba untuk hidup dalam harmoni dengan dinamika gunung berapi. Sejarah</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">panjang semua gunung ternyata lebih memberkati orang yang hidup di lereng kaki gunung dengan</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">pemandangan indah dan tanah yang subur tersebut.</span></div>
<br />
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">Tahun 2010 silam, kawasan sekitar Merapi luluh lantah diterjang awan panas Gunung Merapi hingga radius 17 km dari puncak Merapi di sepanjang bantaran sungai yang berhulu di merapi,ratusan korban jiwa, rumah rusak jalan hancur. Tapi semua itu mereka jadikan pelajaran untuk tetap bertahan hidup,untuk tetap berjuang demi keluarga dan teman. Nyanyian anak Merapi karya @HeyPujangga dan di nyanyikan oleh @HeyPujangga Feat @VibianaRissa menceritakan tentang kerasnya kehidupan anak lereng Merapi yang tetap gigih berusaha di tengah ancaman bencana dan kerasnya kehidupan di kawasan rawan bencana Gunung Api Merapi demi mewujudkan cinta untuk sang kebanggaan Super Elang Jawa PSS Sleman. Adapun Lirik dan video clip dari nyanyian anak Merapi 1 dan nyanyian anak Merapi 2 adalah seperti di bawah ini :</span></div>
<div>
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif; font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<strong class="watch-time-text" style="background: transparent; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;"><br /></strong></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">..</span><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/KQFly5vFCgk?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif; font-weight: bold;">Lirik Nyanyian Anak Merapi 1</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Jroning dhada tekadku tanpo umpomo</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Kantho sedyo lan suci</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>king Merapi nedyo</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>nyawiji lan sabelo….</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Marang super elja nenggih,</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Ingkang Jinangka rahayu kang sayekti</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif; font-style: italic;">Menyusuri terjalnya bebatuan, tak membuat semangat ini padam</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Masih ingatkah Merapi meluluhlantahkan,tanah kelahiran kita</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Tak sedikit dari kami ,berangkat dari sini</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Sampai suatu saat nanti akan terganti</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Terima kasih selalu kuucapkan</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Terima kasih selalu kutegaskan</em></span></div>
<div id="watch-uploader-info" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; padding: 0px;">
<strong class="watch-time-text" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;"><br /></strong>
<br />
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif; font-weight: bold;">Nyanyian anak Merapi 2</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif; font-style: italic;">Nyanyian Merapi ini adalah simbol kebersamaan</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Tentang Kebangkitan tentang perjuangan sesulit apapun akan tetap berusaha</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Memberikan yang terbaik untuk PSS SLEMAN</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Terdesak dalam segala kondisi</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Semangat kami masih ada</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Mari kawan mari satukan tujuan</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Agar super Elja jadi juara</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
</div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif; font-style: italic;">Karna Merapi yang selalu mengingatkan kami</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Untuk mengingatkan kami untuk tetap bertahan untuk tetap berjuang</em></span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><em>Karna Merapi yang slalu mengingatkan kami untuk hidup,untuk Super Elja</em></span></div>
<div>
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;"><span style="font-size: x-small;"><em><br /></em></span></span></div>
<div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
<span style="font-family: 'Liberation Serif', serif;">Hadirnya Nyanyian anak Merapi 2 adalah untuk mempertajam atau menegaskan dari nyanyian anak merapi 1. Tentang dukungan penuh dari warga Merapi untuk Super Elja atau PSS Sleman. Video clip nyanyian anak merapi dapat dilihat dan di unduh di link ini https://www.youtube.com/watch?v=KQFly5vFCgk .</span></div>
<div align="JUSTIFY" style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">
Nantikan karya karya @HeyPujangga yang lain</div>
</div>
<strong class="watch-time-text" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;"><br /></strong>
<strong class="watch-time-text" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;"></strong>
<strong class="watch-time-text" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: middle;">Diterbitkan tanggal 22 Okt 2014</strong></div>
<div id="watch-description-text" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #333333; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px; margin: 0px; padding: 0px;">
<div id="eow-description" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; padding: 0px;">
Video Clip Di Produksi oleh Hamba Tahayul Art<br />
Music di Recam di Hamba Tahayul Art<br />
Menceritakan tentang perjuangan suporter Super Elja atau PSS Sleman yang tinggal di sekitaran gunung Merapi<br />
<br />
Thnks to : Badrue , @TotokHartanto , Momon , @pasagmerapi, sebagian video erupsi merapi diambil dari You Tube & Teman " yang ikut andil dalam pembuatan Video clip Nyanyian Anak Merapi<br />
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-20603771718115517792014-09-28T22:29:00.001-07:002014-09-28T22:29:05.748-07:00Museum Mini Sisa Hartaku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_R_XUleaBTqr4sbFM_Ibe3Zqzq6DcWEdArGDu3ryE4aTwJ8XewEjbU9lhACzuOcRacxF3_H6_eah5x-ay2NoqjfFPLOuqA83fDjw2P2xCqlisfsVcac323Q0GGlAmV1OkMJs7TB7azSg/s1600/10712960_10152643352141136_4438497869184950352_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_R_XUleaBTqr4sbFM_Ibe3Zqzq6DcWEdArGDu3ryE4aTwJ8XewEjbU9lhACzuOcRacxF3_H6_eah5x-ay2NoqjfFPLOuqA83fDjw2P2xCqlisfsVcac323Q0GGlAmV1OkMJs7TB7azSg/s1600/10712960_10152643352141136_4438497869184950352_n.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<br />
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 5px; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; margin: 0px; padding: 0px 15px;">
Dari penemuan sisa-sisa barang rumah tanggga yang hancur, meleleh terkena erupsi, nantinya Ryan dapat bercerita dan melihatkan bukti-bukti kedahsyatan Merapi kepada anaknya kelak. Inilah tujuan awalnya pengumpulan barang-barang rumah tanggal yang hancur oleh Merapi. Bahwasanya, hidup berdampingan dengan Merpai ataupun berada di area bahaya itu penuh resiko agar kedepannya anaknya bisa selalu bisa belajar berdampingan dengan Merapi dan selalu hati-hati dan waspada.</blockquote>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ryan nama aslinya adalah Sriyanto, selain penginisiasi museum, beliau juga bekerja di lapangan Merapi Golf di bagian gudang di bawah kepala bagian umum. Dia mengawali bekerja di Merapi Golf mulai tahun 1992 hingga saat ini. Selain itu juga dia nyambi membantu orang tua mengurusi ternak dan berkebun sepulang dari kerja dan merawat museum yang saat ini sedang di kembangkannya. Dahulu sebelum terjadi letusan Merapi tahun 2010, kampungnya Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman adalah desa wisata yang maju dengan mengembangkan agronobisnis kopi arabika khas dari Merapi dan penunjangnya adalah mengembangkan ternak sapi perah yang menghasilkan susu berkualitas yang di pasarkan di sekitar Yogyakarta. Dari hasil perkebunan kopi dan susu perahan sapi ternak di olah dengan semi modern tersebut di kelola oleh koperasi setempat. Dusun tersebut juga mengembangkan bidang seni dengan mendirikan sanggar tari oleh Ryan juga Almarhum Ayahnya di dukung ibu Sukirah bersama Kadus Pak Pairin dengan maksud dan tujuan menggalang anak-anak untuk tetap bermain berkreasi juga melestarikan budaya tari jawa. Ryan di bantu dengan Remon (peduli kesenian) juga mendirikan kesenian musik karawitan dan grup musik Khosidahan.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
“Awalnya, niatan saya tidak ingin membuat museum, waktu itu hanya perihatin saja melihat rumah-rumah sudah porak poranda, melihat puing-puing rumah itu hati saya pedih dan trenyuh, karena rumah saya ibaratkan adalah benda pusaka”, Kata Ryan Pemilik Museum Mini Sisa Hartaku. Waktu Simbah saya membuat rumahnya dahulu juga membuatnya dengan keprihatinan, mulai dari itu Ryan berinisiatif untuk membersihkan rumah yang sudah porak poranda. Ini dilakukan ‘nyambi’ setelah bekerja atau sebelum bekerja ke suatu instansi swasta di dekat rumahnya di Cangkringan. Sambil membersihkan rumah, jika keadaan lingkungan rumah itu terlihat bersih dan rapi biarpun yang nampak cuman lantai saja tetapi melihatnya itu lebih nyaman dan enak di pandang. Sambil membersihkan, Ryan menemukan sisa barang-barang rumah tangga, disamping itu dia juga penasaran barang-barang rumah tangga tersebut mengingatkan waktu dulu sebelum terkena erupsi saat menaruh dan letaknya barang-barang tersebut. Karena penasaran, ingin tahu kondisinya seperti apa setelah dampak terkena erupsi letusan gunung Merapi? Kemudian Ryan memulainya dengan menghancurkan tembok-tembok, membersihkan sedikit demi sedikit dan mulai menemukan sisa-sisa barang rumah tangga yang berserakan dan kebetulan saat di pengungsian dia merasa mendapatkan anugerah dari Tuhan karena Ryan diberikan kelahiran anak yang kedua, anaknya yang pertama sekarang sudah kelas 2 SMP. Merasa beruntung sudah di karuniai seorang anak yang di lahirkan saat di pengungsian dampak erupsi Merapi tahun 2010, hingga sekarang anaknya berumur kira-kira 2,5 tahun. Dari penemuan sisa-sisa barang rumah tanggga yang hancur, meleleh terkena erupsi, nantinya Ryan dapat bercerita dan melihatkan bukti-bukti kedahsyatan Merapi kepada anaknya kelak. Inilah tujuan awalnya pengumpulan barang-barang rumah tanggal yang hancur oleh Merapi. Bahwasanya, hidup berdampingan dengan Merpai ataupun berada di area bahaya itu penuh resiko agar kedepannya anaknya bisa selalu bisa belajar berdampingan dengan Merapi dan selalu hati-hati dan waspada.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dari situlah, Ryan sengaja mengumpulkan dan mulai mencari sisa-sisa barang rumah tangga semakin banyak dan semakin nambah dari hari ke hari. Tetapi, saat itu dia belum mempunyai ide untuk membuat museum. Di sebrang jalan di rumah Pak Lik nya Ryan, ada relawan dari Jepara dari pondok pesantren yang sedang membersihkan rumah-rumah yang hancur yang diakibatkan letusan Merapi. Kemudian Ryan berinisiatif untuk meminta tolong kepada relawan tersebut, dan permintaannya dipenuhi. Waktu itu di bagi beberapa kelompok kelompok untuk membersihkan seluruh bagian-bagian rumahnya. Pada saat relawan membersihkan di rumah Ryan, mereka menemukan sisa jam dinding, dan waktu Ryan datang, relawan berteriak-teriak memberitahukan bahwa mereka menemukan jam dinding tersebut yang di sudah di letakkan di atas selokan. Dan waktu Ryan mengecek jam dinding itu, dilihat kondisinya jam tersebut jarum jamnya masih kelihatan jelas sekali dan jarumnya sudah tertanam di plastiknya karena sudah meleleh. Ryan sebetulnya terinspirasi oleh temennya Bambang yang mempunyai camping ground di Umbulharjo untuk mengumpulkan sisa-sisa erupsi. Mulai dari situ, timbulah pemikiran untuk membuat museum dan semangat untuk mengoleksi barang sisa erupsi dan dipajang hingga saat ini. Sekarang koleksinya semakin banyak dan dipamerkan untuk umum dan gratis.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ada kain dekorasi kas punyanya Karangtaruna cangkringan ketemu dan terbakar kemudian di bersihkan oleh Ryan dan dirangkai dibuat umbul-umbul di didirikan di sepanjang jalan depan rumahnya yang sekarang di buat untuk pameran koleksinya sebagai museum. Tak pelak, banyak cibiran dan di ketawain oleh tetangganya bahkan ibunya sendiri, kadang malah dia kira stress atau gila karena semua hartanya sudah habis terbakar termasuk rumahnya. Tetapi Ryan tak gentar untuk tetap mengkoleksinya sebagai barang-barang seni yang nantinya akan menjadi sangat berharga, bernilai dan sebagai bukti pembelajaran bahwa penting hidup berdampingan dengan Merapi dengan bahaya. Ada temennya dari Kaliurang, namanya Wanto yang ingin survey jalur wisata untuk Jeep off road melintasi seputaran dampak letusan Merapi dan kebetulan dia mengetahui bahwa Ryan memajang menata-nata barang-barang sisa erupsi di letakkan di rumahnya, akhirnya Wanto mampir dan memberikan semangat untuk tetap mencari dan berusaha untuk memberi dorongan memperlengkap koleksi. Sehingga jika wisata Jeep off road nya sudah jadi maka pengunjung akan di ajak untuk melihat koleksi barangbekas erupsi Merapi karena ini merupakan bukti nyata kedahsyatan erupsi Merapi dan sebagai sumber pengetahuan yang tak ternilai harganya. Ryan semakin semangat untuk mengembangkan museumnya. Bambang juga memberikan mendukung apa yang di lakukan Ryan.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dari ide gagasan Ryan yang tidak di sengaja ini, dia berharap yang paling utama untuk tetangga disekitar rumahnya adalah jika ingin berusaha untuk bergabung membangun usaha jualan di areal museum di persilahkan. Ryan tidak akan mengkomersilkan dan sebagai ladang bisnis semata dalam membangun museumnya yang telah dirintisnya. Artinya pengunjung yang masuk museum mini hartaku tidak di pungut biaya. Ini merupakan komitmen dia yang di pegang teguh. Ryan hanya menerima donasi dengan ikhlas dengan meletakkan kotak amal sebagai untuk dana sosial dan sisanya untuk pengembangan menjaga aset museum. Ryan juga mengatakan, “tetangga sekitar dapat ikutan berusaha nimbrung untuk meramaikan museum dengan bisa membangun kios jualan untuk peningkatan taraf perekonomiannya”.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ryan menginginkan agar Dinas Pariwisata tahu ada salah satu warganya ini yang punya inisiatif dengan kesadaran sendiri untuk melestarikan aset pengetahuan dan mengkoleksi barang yang menjadi saksi letusan Merapi dan juga ikutan aktif mengembangkan harta budaya sebagai museum yang di kembangkannya. “Etalase sangat diperlukan untuk melindungi dan menjaga agar barang-barang koleksi sisa erupsi tetap terjaga dengan baik tetapi dana untuk membuat etalase itu belum bisa Saya wujudkan”, Ryan menambahkan.</div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Beberapa cerita mengenai koleksinya yang menarik adalah bangkai sepeda motor yang terbakar yang di dapatnya dari salah seorang teman akrab pegiat di organisasi kesiapsiagaan namanya Pasag (Paguyuban Sabuk Gunung) Merapi, Totok dari dusun Srodokan, saat itu mempunyai 3 unit motor yang terbakar dan diminta untuk di beli sebagai penambah koleksi museum tetapi keluarga Totok tidak menginjinkannya, hanya saja jika sepeda motor itu di pajang di museum asal tidak di jual di perbolehkan. Ada juga beberapa benda-benda pusaka dari teman lainnya mengantarkan secara suka rela untuk kepentingan museum. [<strong>Nuno</strong>]</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-46179706173422948782014-07-08T00:45:00.000-07:002014-07-08T00:45:20.495-07:00Menabung untuk Merapi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0UOK1lKKCVC8rqytZopMQwMsSAdkxqwgXPiRYc6xQmCoGR5DZ2ES7XGZ38MfZUmtvyrBtsvlbdtlDSZq-t20Bv1eYk6WnaKHWIizk9942uKp5HKqvy2xE-kYOWSpTTjxgVcKg9CNXNoY/s1600/nabung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0UOK1lKKCVC8rqytZopMQwMsSAdkxqwgXPiRYc6xQmCoGR5DZ2ES7XGZ38MfZUmtvyrBtsvlbdtlDSZq-t20Bv1eYk6WnaKHWIizk9942uKp5HKqvy2xE-kYOWSpTTjxgVcKg9CNXNoY/s1600/nabung.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“Nyaman Bersama Ancaman” itulah motivasi bagi masyarakat merapi,,di dusun deles banyak kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan itu,salah satu yang sangat menarik adlah tabungan siaga bencana (Tabsina),jika para bapak menabung untuk persiapan biaya evakuasi ternak,sedangkan ibu-ibu menabung untuk kebutuhan mendadak di pengungsian nanti,jika merapi aktivitasnya naik dari aktifnormal ke level di atasnya maka tabungan akan di ambil ke Bank,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sederhana Tatacaranya<br />Tabungan Siaga bencana di kelola oleh pengurus Rt dan di masukan ke Bank BRI,sedangkan ibu ibu setelah ngumpul dananya di masukan ke bank oleh Ibu Rt,setiap orang bebas menabung berapapun,tapi untk yang bapak-bapak menambung di batasi minimal Rp.5000 sekali setor. Jika bapak-bapak mempunyai buku di masing-masing KK ,tetapi ibu-ibu lebih memeilih satu buku untuk satu kelompok Rt, modal percaya saja.<br />(Sukiman LM)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-19562536856911022762014-07-07T23:41:00.001-07:002014-07-07T23:43:59.516-07:00Memaknai Merapi : Warga Tangguh, Warga Berdaya<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfa1/t1.0-9/q85/s720x720/10302177_10152475986606136_8856802351309867994_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Rasa syukur itu terlebih menemukan maknanya ketika memori warga terantuk pada Peristiwa traumatik yang teramat mengguncang warga Turgo, 16 tahun silam. Tepatnya pada Selasa Kliwon, 22 November 1994 pukul 10.00, gumulan wedus gembel yang terlepas dari mulut Merapi telah merenggut korban 68 jiwa (43 diantaranya adalah warga Turgo), 40 rumah hancur, 137 ekor ternak mati, 174,4 ha lahan pertanian rusak, 683,7 ha hutan rusak, 8.716 m pipa air bersih rusak. Dalam peta kebencanaan letusan gunung berapi, Dusun Turgo yang masuk dalam kewilayahan Desa Purwobinangun, memang terhitung sebagai salah satu wilayah rawan bencana nomor wahid di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam konteks kebencanaan itu, wilayah Dusun Turgo yang beradadi apitan hulu badan Kali Boyong di sisi timur dan Kali Ledok Lengkong (begitu warga menyebut) di sisi baratnya memang sering jadi pusat perhatian publik tatkala Merapi mulai bergolak.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mengenang pada kenangan pahit yang beruntun itu, maka berulangnya erupsi pada tahun 1997, 2006, dan 2010 silam selalu saja menggedor kesadaran dan memori kolektif warga Turgo untuk senantiasa eling lan waspada. Ditilik dari tingkat kesadaran pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction), warga Turgo bisa diandalkan, kendati tetap harus senantiasa dimutakhirkan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpa1/t1.0-9/p180x540/10525809_10152475991016136_5134557129587678021_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Turgo adalah legenda. Senantiasa namanya terlekat pada keberadaan situs Merapi Purba yang nampak kerdil di ujung kaki Merapi sisi barat daya. Kendati jauh berlipat kecilnya dari Merapi, namun warga sekitar meyakini bahwa bukit Turgo itulah yang selama ini membentengi dan menyelamatkan mereka saat Merapi punya gawe (erupsi). Keyakinan warga begitu lekat bahwa tak akan mungkin Merapiberani melangkahi atau bahkan menelan bibi pengasuhnya sendiri: Gunung/Bukit Turgo. Maka, bersandingkan bukit Turgo, komunitas warga yang bermukim di sisiselatannya pun hidup dalam damai tanpa perlu beselimut cemas. Kendati hidupberkawan dengan bahaya (living with risk), namun pernaungan kosmologi Turgo-Merapi teramat cukup bagi warga untuk berdaya tahan. Kosmologi itu adalah worldview yang tak akan pernah tercerabut dari jagad batin sebagian besar warga di Dusun Turgo, bahkan oleh maut sekalipun. Sesial apapun, mereka toh masih merasa berkesempatan menyaksikan tanah wutah getih-nya terbenahi dan terpulihkan lagi. Kalis ing bebaya (terhindar dari segala mara bahaya) adalah berkah yang tak terpermanai bagi mereka.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Kendati penuh dengan kelungkrahan, denyut nadi kehidupan warga Turgo perlahan-lahan pulih kembali. Memang, ada yang magis saat warga fasih menjereng nama Turgo sebagai nggenturke rogo, yang merujuk pada makna usaha keras manusia untuk menempa atau mendisiplinkan raga, tubuh jasmaniahnya. Relasi antara sebutan Turgo dan nggenturke rogo bukanlah sekadarrelasi kosong antara akronim dan kepanjangannya, atau dalam bahasa Jawa disebut keroto boso. Melampaui itu, nggenturke rogo telah menjadi ruh/jiwa yang menjelma dalam laku hidup keseharian warga Turgo, sebagai anak-cucu-cicit-canggah Mbah Cakrapada—leluhur cikal bakal Dusun.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ada kesan kuat, ketangguhan kemandirian, dan kejuangan hidup warga Turgo seolah “cukup” tanpa “kehadiran negara” sekalipun. Mereka akan tetap ada dan hidup untuk diri dan seluruh trah Mbah Cakrapada dalam segenap ke-ugahari-an mereka. Senyatanya, mereka adalah manusia-manusia pekerja yang ulet dan tangguh demi terselenggaranya kehidupan keluarga dan komunitas di pereng tepi barat daya Merapi itu. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan warga mengantisipasi bencana erupsi telah menjadi keutamaan yang senantiasa mereka hidupi. Hanya saja berbagai belitan kerentanan (sosial, ekonomi, fisik, dan lingkungan) masih saja mencengkeram sekaligus mengancam kehidupan warga Turgo. Proses mitigasi bencana yang holistik belum tersentuh oleh intervensi kebijakan negara. Menjadi tak mengherankan jika penanganan atas berbagai kerentanan yang melingkupi warga Turgo masih sangat parsial. Kalau pun toh pendampingan multi pihak itu lengkap di setiap sektor, namun penanganan yang terintegrasi/ holistik adalah suatu keutamaan yang langka terjadi. (Widyanta)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/t1.0-9/q85/s720x720/10488004_10152475988086136_5181783115193210460_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Menurut penuturan sesepuh dusun, Mbah Marjo, “Manungsa, alam paringane Gusti. Mila manungsa kedah menfaataken kanthi dipun jagi ingkang sae. Awit kabetahanipun tiyang gesang: toya, siti lan sanesipun, kawula menawi mboten dipun mekaraken mangkenipun badhe mboten cekap.” Maksudnya, bahwa manusia dan alam adalah ciptaan Tuhan, sehingga manusia harus memanfaatkan dan menjaganya dengan baik. Kekayaan alam yang dimanfaatkan dan dijaga dengan baik tentu akan dapat mencukupi kebutuhan manusia sampai generasi yang akan datang. Tetapi apabila tidak dimanfaatkan dengan baik pasti akan merugikan manusia sendiri. Begitupula, kita harus menjaga alam di sekitar gunung Merapi ini karena Merapi lebih sering menawarkan kebahagiaan melalui kesuburan tanah dan ketersediaan sumber air, komponen pokok kehidupan mereka sebagai petani, daripada kesusahan. Lahir dan hidup di lereng Merapi, erupsi, bertahan hidup, dan tetap "eling lan waspodo" adalah proses pemurnian alam kemanusiaan. Dalam masa ini semua akan terlihat apa adanya, baik atau jelek. "Hidup dan mati, saya pasrahkan kepada Gusti Pengeran", kata Mbah Marjo<br />
<br />
<br />
<br />
Penulis : Nuno rahman<br />
Sumber: https://www.facebook.com/notes/nuno-rahman/warga-tangguh-warga-berdaya/10152517786490480?notif_t=note_tag</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-26891964235682758012014-07-03T19:50:00.001-07:002014-07-03T19:50:17.906-07:00Ragam Budaya Masyarakat Merapi<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfa1/t1.0-9/q85/s720x720/10410300_10152466542321136_3513219579114045833_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pasca erupsi merapi membuat mereka yang tertimpa bencana kehilangan fondasi kehidupan, mulai dari lapangan pekerjaan, rumah tempat tinggal, perlengkapan hidup, hingga transportasi yaitu akses jalan yang terputus akibat terjangan lahar merapi. Masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, meninggalkan kampung halamannya dan mengungsi ketempat yang lebih aman. Secara umum bentuk perkampungan di daerah pegunungan yang biasa tersebar, dan interaksi diantara sesama anggota masyarakat kurang intense, sekarang berubah menjadi pemukiman yang memusat pada shelter pengungsian yang membuat interaksi serta hubungan antar anggota masyarakat lebih erat.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Gunung Merapi merupakan sebuah fenomena alam yang tidak saja dapat dijelaskan secara positif oleh para ilmuwan vulkanologi dengan segala perangkatnya seperti seismograf, teropong inframerah, pemantau lahar elektronik, dan lain-lain. Namun, selain sebagai sebuah gejala alam, bagi masyarakat Yogyakarta sebagai penduduk setempat, Gunung Merapi merupakan simbol kekuatan magis yang melingkupi Jogja dimana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pantai Selatan, dan juga Gunung Merapi berada dalam satu garis lurus yang dihubungkan dengan simbol Tugu Jogja di tengahnya. Artinya, Gunung Merapi adalah sebuah fenomena alam yang tidak hanya dapat dijelaskan oleh sebuah pengetahuan (vulkanologi) dengan metode dan analisis rasional tetapi juga pengetahuan lokal yang berbasis pada kebudayaan masyarakat setempat. Pengetahuan-pengetahuan tersebut melibatkan berbagai sistem tanda yang kontekstual yang berimplikasi pada cara masyarakat setempat berinteraksi dan menginterpretasikan lingkungan sekitar mereka.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="Gambar tgl 19 Mei 2013, di puncak gunung merapi yang tampak magma mendidih berada di kawah bekas letusan" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpa1/t1.0-9/q82/s720x720/10525762_10152466544526136_6623868319549627131_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="Gambar tgl 19 Mei 2013, di puncak gunung merapi yang tampak magma mendidih berada di kawah bekas letusan" /><span class="caption" style="border: 0px; font-size: 9px; line-height: 12px; padding: 2px 0px 0px;">Gambar tgl 19 Mei 2013, di puncak gunung merapi yang tampak magma mendidih berada di kawah bekas letusan</span></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Bencana merapi memberikan dampak yang sangat luas, diantaranya dampak pada aspek sosial, yaitu kematian pada masyarakat sekitarnya. Selain itu akibat erupsi merapi, petani kehilangan mata pencaharian akibat kerusakan lingkungan (lahan tertutupi abu dan ternak mati). Aspek kultural menjadi pertimbangan utama yang harus dilkukan dalam upaya mencegah dampak letusan merapi. Hubungan yang tercipta dan sistem budaya yang mengikat masyarakat dengan lingkungan ini yang sangat sulit memisahkan masyarakat terutama petani dengan tempat awalnya. Budaya yang terbentuk dalam sejarah turun temurun dalam kehidupan masyarakat dengan merapi mempengaruhi gaya hidup, menuntun pola perilaku dan kondisi kejiawaan masyarakat lereng merapi. Lingkungan sekitar merapi sebelum erupsi sangat indah dan terutama lahannya yang sangat subur, interaksi antar masyarakatpun sangat baik. Salah satu alasan petani tidak mau dipindahkan adalah karena kondisi tersebut. Petani yakin bahwa, kemurkaan merapi merupakan kehendak Tuhan sehingga keselamatan adalah kehendak Tuhan, pemahaman ini sejalan dengan konsep hidup masyarakat Jawa yaitu ‘Nerimo ing Pandum’ dimana konsep ini menggambarkan pola hidup orang jawa yang pasrah dengan segala keputusan yang telah di tentukan oleh Tuhan. Orang jawa memahami betul bahwa setiap kehendak ada yang mengatur, sehingga kita tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Konsep ini merupakan satu point yang harus diperhatikan pemerintah, sehingga pendekatan yang dilakukan benar dan tepat, tanpa ada gesekan yang dapat menimbulkan konflik. [Siti Tan/BPPTP]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Masyarakat Merapi mempunyai pola pikir sederhana yang mengedepankan kebersamaan, gotong royong, tepo seliro, dimana terlihat dalam pengelolaan tradisi setiap dusun seperti upacara adat dan kesenian. Sebagai implikasi dari cara pandang masyarakat Jawa tentang alam beserta segala isinya tersebut maka masyarakat Jawa sebagai aktor yang menjalani kehidupan selalu menempatkan dirinya pada posisi di bawah kehendak Sang Maha Penguasa Alam. Mereka selalu mengutamakan keselarasan (harmoni) dengan alam sehingga dapat dicapai keselamatan dan kesejahteraan hidup. Kebudayaan sebagai pedoman hidup mereka pun berisi tentang pengetahuan-pengetahuan untuk menginterpretasi lingkungan alam dan lingkungan sosial yang ada disekitar mereka.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Disamping konsep diatas, kepercayaan tersebut sebagai bentuk membudaya dalam berinteraksi meyakini mereka untuk tetap tinggal. Bahwa erupsi merapi hanya bagian dari dinamika yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi warga lereng merapi. Keyakinan akan kesejahteraan yang terberi akan akan sulit diruntuhkan dan termasuk bagian dari aspek psiko-kultural yang tinggal dibenak warga. Secara logika-rasional, dalam jangka panjang pasca merapi, tanah yang terkena abu vulkanik akan meningkatkan kesuburan tanah. Kesuburan tanah berarti berbicara mengenai pengejawantahan dari pilihan frasa ‘sumber kehidupan’. Tanah adalah kehidupan akan memberikan kontribusi kesejahteraan yang kesuburannya ‘dijamin’ oleh merapi pasca erupsi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/t1.0-9/q82/s720x720/10410342_10152466546591136_2067522820499425529_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Gunung Merapi telah menjadi bagian penting bagi kehidupan dan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Kebudayaan yang berisi pengetahuan yang diperoleh masyarakat sekitar Merapi menempatkannya pada posisi yang penting dan sakral dalam kehidupan makrokosmos mereka. Dengan pengetahuan itu pula masyarakat sekitar mampu membaca dan menginterpretasi tanda-tanda dari gejala alam yang muncul dari Gunung Merapi. Gejala alam yang muncul akhir-akhir ini seperti keluarnya lahar dan awan panas (wedhus gembel) dari Merapi merupakan indeks yang dapat diinterpretasi secara beragam baik dari ahli vulkanologi, pemerintah, mau pun masyarakat sekitar. Bagi ahli vulkanologi dan pemerintah indeks itu berarti tanda bahwa Merapi dalam kondisi berbahaya dan akan meletus sehingga masyarakat sekitar harus segera mengungsi ke tempat yang aman. Sementara bagi warga masyarakat sekitar Merapi indeks itu bukan tanda bahwa Merapi akan meletus sehingga mereka menolak untuk diungsikan. Dalam kognitif mereka indeks Merapi dapat diinterpretasikan secara ‘sensitif’ dan menghasilkan makna yang mandalam.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Membangun budaya swadaya atau sikap untuk lebih mengenali diri sendiri dengan perspektif yang lebih baik, lebih jujur dan lebih tepat, berupaya untuk mengembangkan sifat kemandirian dan rasa percaya diri. Kerjasama dalam keseharian berupa gotong royong merupakan bagian dari sifat mandiri secara kolektif dalam mencapai tujuan secara efektif dan rasional. Salah satu pendekatan yang bisa dilakkan adalah memperkenalkan informasi-informasi yang tepat tentang tanda-tanda alam, bentuk-bentuk penyelamatan diri dan kecakapan mengatasi kepanikan. Hal ini dapat menambah keharmonisan dan menghilangkan ego individu satu dengan yang lainnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
sumber : https://www.facebook.com/notes/nuno-rahman/ragam-budaya-masyarakat-merapi/10152507233330480</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-85951531487664559792014-06-10T03:44:00.001-07:002014-06-10T03:44:45.651-07:00Rekam Proses Diskusi “Jurnalisme Sehat dalam Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi” di BPPTKG Yogyakarta<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Hari, tanggal : Selasa, 10 Juni 2014<br />Tempat : Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">09.06</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kami akan segera mulai. Kami persilakan teman-teman yang hadir untuk menempatkan diri di tempat yang sudah disediakan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Teman-teman yang saya hormati, kami ucapkan selamat datang dalam acara diskusi ini. Kita nanti akan membahas soal bagaimana kita sebagai publik, masyarakat, melihat media memberitakan bencana. Kita akan melakukan ini sampai nanti pk 12.00. Sudah hadir narasumber kita yang akan memberikan paparan untuk menjadi pemantik diskusi. Sebelumnya, kita nanti akan mengikuti beberapa rangkaian acara.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pertama, akan ada kata sambutan dari tuan rumah BPPTKG. Kegiatan ini kerjasama antara BPPTKG dan JALIN Merapi. BPPTKG akan memberikan kata sambutan. Untuk pemanasan, kita akan jalan-jalan dulu. Teman-teman yang belum pernah tahu, bagaimana Merapi diamati dan dipantau dari waktu ke waktu, kesempatan kali ini bisa digunakan untuk melihat dapurnya BPPTKG. Ada ruang pemantauan, bisa untuk pemanasan dijelaskan. Ada pemandu untuk menjelaskan. Setelah itu kita akan kembali di sini dan memulai diskusi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Begitu kira-kira rangkaian kegiatannya. Pertama kami persilakan Mas Cholik menyampaikan kata sambutan mewakili BPPTKG.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Cholik</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Terima kasih. Salam.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Mas Ahmad Arif dari KOMPAS yang kami hormati dan komunitas yang mengelola media tentang Merapi. Saya mohon maaf seharusnya Bapak Subandriyo yang akan membuka acara diskusi pagi ini. Saat ini beliau masih di Dinas PU dalam acara presentasi tentang mitigasi di Merapi. Beliau sekitar pk 10.00 akan mengusahakan akan datang ke sini dan gabung dengan kita.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sebelumnya saya mengucapkan selamat datang di BPPTKG. Dulu kantor ini bernama Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Sejak Februari 2013, kantor kami berganti nama menjadi Kebencanaan Geologi. Cakupan tugasnya tidak hanya gunungapi, juga tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami. Kami sudah memasang alat pemantauan untuk tanah longsor juga selain di Gunungapi Merapi, seperti di Purworejo dan Kebumen.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Acara ini diinisiasi dari diskusi kecil kami dan JALIN Merapi. Kami sering kerepotan ketika ada berita tentang Merapi yang sering dipolitisasi dan tidak sesuai kenyataan di lapangan. Kami sering kewalahan. Diskusi kami dengan teman-teman di JALIN Merapi, bagaimana agar di kemudian hari tidak muncul gejala itu lagi di media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em>.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Diskusi ini akan berseri. Tahap ini tidak ada media mainstream, tetapi media komunitas. Diskusi ini diawali dengan membangun pemahaman tentang apa yang terjadi di media massa. Ada mas Ahmad Arif dari jurnalis yang menulis Ekspedisi Cincin Api di KOMPAS. Beliau akan berbagi, di satu sisi sebagai jurnalis, dan sisi lain sebagai relawan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Narasumber kedua Mas Jenarto yang akan berbagi tentang pemberitaan yang salah dari media massa dan dampaknya kepada masyarakat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya hanya ucapkan selamat datang. Pak Subandriyo yang akan tetap membuka dan mengikuti diskusi kita nanti. Kita bisa lanjut ke ruang monitoring. Selamat datang dan selamat berdiskusi. Semoga yang kita kerjakan hari ini bermanfaat bagi masyarakat di lereng Merapi dan masyarakat umum.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
BPPTKG sebagai tuan rumah sudah memberikan ucapan selamat datang. Kita akan mulai jalan-jalan ke ruang pameran dan monitor. Kita mulai dari depan, dipandu oleh Mas Cholik.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">09.17</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">09.54</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Teman-teman dipersilakan mengambil kopi dan snack dan dibawa ke tempat duduk masing-masing.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">09.59</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sebelum kita mulai acara inti, telah hadir Bapak Subandriyo yang akan membuka acara ini, setelah kita sudah jalan-jalan. Kepada Bapak Subandriyo dipersilakan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Subandriyo</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Salam,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Selamat pagi menjelang siang kepada teman-teman jurnalis pemerhati Merapi yang kami cintai. Saya sebenarnya tidak tahu disuruh membuka itu maksudnya apa. Saya mencoba mengira-ngira jurnalisme sehat itu bagaimana, untuk siapa, oleh siapa? Jurnalisme itu alat. Tentu saja yang disebut dengan jurnalisme sehat itu yang menyehatkan masyarakat, secara psikologis. Dalam pengertian bencana terutama dari aspek psikologis ketika masyarakat menerima informasi itu akan lebih tenang dan bisa melakukan respon dan antisipasi aktivitas Merapi secara lebih efektif, teruur, tanpa ada kepanikan. Walaupun kita tak jamin masyarakat tidak panik, tapi dengan landasan pemahaman aktivitas Merapi yang baik, masyarakat akan lebih tenang. Jurnalisme yang sehat itu yang menenangkan warga di sekitar Merapi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Teman-teman jurnalis yang saya cintai, berbicara Merapi sangat kompleks. Ada banyak aspek di Merapi. Ketika Merapi bergolak, gaungnya sangat besar. Merapi berbeda dengan gunungapi lain. Status aktivitas gunungapi lain, kita bisa lihat implikasinya tidak luas. Gunungapi Ijen, status waspada dan siaga, sudah dua tahun lebih dan tidak ada implikasi luas. Kemarin Merapi status Waspada saja responnya sudah sangat luas. Bagi kami tidak ada masalah karena memang tidak semua harus sama. Hal yang penting masyarakat harus paham. Saya pun mengikuti diskusi di media sosial yang sering mengarah ke pribadi saya juga. Ada perbedaan dalam interpretasi situasi suatu gunungapi itu biasa, tidak tunggal. Setiap ahli akan ada pendapat berbeda. Di internal kami sendiri pun ada perbedaan yang tajam dalam membahas Merapi. Informasi prediksi itu tidak unik, dalam pengertian pasti benar dan tunggal. Dalam filosofi geofisika, kami hanya mengukur parameter kimia dan fisika saja. Dalam analaogi matematika, kita mengintegralkan sesuatu, yang harus menambahkan variabel “c” sebagai ketidakpastian. Hal inilah yang menjadi konsumsi menarik bagi jurnalis, ketika para ahli berbeda pendapat. Namun, dampaknya yang tidak menarik. Masyarakat menjadi bingung.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ke depan, informasi tentang status, seharusnya tunggal, apalagi dalam konteks peringatan dini. Perbedaan boleh ada dalam proses, tetapi harus tunggal dalam keputusan. Kita boleh boleh berbeda pendapatan di proses yang terjadi. Dalam penentuan status yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, kita harus ikuti.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ada sedikit koreksi, kadang sumber berita tentang Merapi, Badan Geologi ingin sumbernya satu dari mereka. BPPTKG itu seperti sumber lokal saja. Namun, sumber informasi seharusnya tetap menggunakan nama Badan Geologi. Saya sebagai Kepala BPPTKG bisa disebutkan, tetapi sumber informasi formal tetap dituliskan Badan Geologi saja. BPPTKG dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana geologi (PVMBG) dan sebagaimnya itu lembaga yang sama dalam satu kementerian. Jadi, lebih baik ke depan ditulis Badan Geologi saja dalam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kita berharap jurnalisme yang sehat bisa menjadikan masyarakat ketika menerima informasi bisa tetap tenang.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Diskusi saya buka. Terima kasih. Salam.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Terima kasih. Tadi sudah disampaikan harapan Pak Subandriyo tentang peran media dalam pemberitaan bencana. Kita akan lanjutkan acara diskusi kita. Saya akan mengundang dua narasumber yang akan paparkan hal-hal untuk diskusi kita. Pertama Mas Jack dari Radio Komunitas Lintas Merapi FM. Narasumber kedua Mas Ahmad Arif dari KOMPAS.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Acara diskusi kita ini sebenarnya baru langkah awal. Dari istilah jurnalisme sehat ini karena mungkin menurut penyelengara, situasi jurnalisme saat ini sedang tidak sehat. Bagaimana agar jurnalisme tentang Merapi ini bisa sehat. Kita sebelum mengobati, kita harus tahu dulu sakit dan penyebabnya apa, sebelum kita bisa cari metode atau cara untuk menyembuhkannya.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jadi, siang ini kita akan meminta Mas Jack dari Lintas Merapi FM di Deles, Klaten yang berjarak 4,5 KM dari puncak Merapi. Radio komunitas ini juga bagian dari JALIN Merapi yang dikoordinatori oleh pendiri radio komunitas ini. Kita minta Mas Jack menceritakan pengalaman dalam mengelola media komunitas, dan kenapa itu penting. Padahal, sudah ada banyak media yang memberitakan Merapi. Mas Jack juga bisa menceritakan dampak yang muncul ketika ada pemberitaan yang tidak benar tentang Merapi dari media.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pada bagian berikutnya, Mas Ahmad Arif, sebagai bagian dari media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em>. Kita ingin tahu dari beliau, bagaimana cara kerja media massa dalam memberitakan bencana. Mas Ahmad Arif juga menulis buku Jurnalisme Bencana dan Bencana Jurnalisme. Kita ingin tahu itu apa dan kenapa itu terjadi. Bagaimana kita bisa ikut memperbaiki situasi itu.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Terakhir, sesi rekomendasi sebagai inti. Rekomendasi ini yang akan kita bawa di rangkaian diskusi selanjutnya. Kita berupaya bisa hadirkan dalam forum pemimpin redaksi. Sesi ini sebagai sesi menjaring aspirasi, dari kita, baik warga maupun pegiat media. Selain radio komunitas, ada juga pegiat OPRB, perwakilan pemerintah desa. Juga hadir teman-teman dari pers mahasiswa, pengelola akun media sosial, dan akademisi. Kita harapkan bisa muncul rekomendasi yang kuat untuk mendorong sehatnya jurnalisme bencana.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kepada Mas Jack dipersilakan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jack Jenarto</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Salam.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya pegiat Radio Komunitas Lintas Merapi FM. Mengenai informasi, terkait dengan media, kami pada 2006 dicap sebagai provokator, pembangkang. Sebabnya, oleh teman-teman media yang memberitakannya sebagai media sesat, kami juga melihat pemerintah penanganan bencana juga keliru. Pada tahun 2006, pengungsian dilakukan sbeleum waktunya. Teman-teman Lintas Merapi FM saat itu sudah belajar bahwa evakuasi dilakukan pada saat status “Awas”, padahal situasi itu masih “Waspada”. Kami dianggap pembangkang dan dianggap provokasi masyarakat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Masyarakat lebih percaya pemerintah dan lihat radio komunitas sebagai gerombolan yang tidak jelas. Pada tahun 2010, kami bisa menunjukkan bahwa radio komunitas bisa berperan baik di ranah <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">onair</em> maupun di <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">offair</em>. Namun, kami juga terkendala lagi, di 2014 ini situasi unik. Teman-teman media banyak yang dalam penggunaan istilah saja kami lihat tidak benar. Sampai saat ini, oleh masyarakat menjadi penyebab kebingungan. Untuk menjelaskan, kami harus sampai mendatangkan BPPTKG untuk menjelaskan langsung kepada masyarakat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Khususnya untuk Desa Sidorejo sudah banyak yang sudah memahami Merapi dan ancamannya. Namun, untuk desa penyangga dalam konteks desa bersaudara, banyak yang heboh sendiri karena pemberitaan media yang tidak tepat. Kami bergiat seperti biasa di KRB III, tapi desa di bawah sudah heboh dan sudah sibuk persiapan. Di Klaten, ada persiapan memasang CCTV di alur Kali Woro oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten. Bukannya itu tidak penting, tapi kami lihat yang dipasang oleh BPPTKG itu sudah cukup.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Media ini juga merangkul komunitas, sehingga bisa membuat judul-judul baru. Komunitas-komunitas baru yang banyak gunakan media sosial ini banyak yang tidak mengunggah fakta, tetapi opini. Ketakutan kami bahwa hal ini akan menjadi pengotakan komunitas/masyarakat. Masyarakat akan bingung jika terjadi letusan, masyarakat harus menurut kepada siapa. Di Cangkringan dan Klaten, pasca 2010 ini muncul ratusan komunitas yang mengklaim paling akurat menginformasikan Merapi. Namun, sayangnya, informasinya tidak sehat, karena sering sumbernya dihilangkan. Jadi, masyarakat yang membaca jadi bingung, sumber informasi ini dari mereka sendiri atau dari sumber yang benar.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kami punya beban besar di Lintas Merapi FM. Pemerintah sendiri mendukung komunitas-komunitas baru tadi yang merasa paling hebat dalam menginformasikan Merapi. Pemerintah mulai memberikan fasilitas, sehingga ada persaingan tidak sehat. Ada puluhan radio pancar ulang. Ada banyak pegiat yang sebenarnya sama dan saling kenal, tapi saat di udara sering sok tidak saling kenal. Masyarakat jadi bingung.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Berita di TV dan koran, foto lama sering muncul lagi bahkan di berita 2014. Di TV ada tayangan orang ke pasar naik pick up saja disebut masyarakat sudah mengungsi. Rujukan masyarakat nomor satu memang media TV sebagai sumber informasi. Teman-teman radio komunitas, setelah status Normal lagi, kita sering terjun ke RT/warga untuk menyampaikan agar masyarakat lebih kritis, bukan anti TV. Warga harusnya menjadi sumber informasi utama tentang Merapi, bukan media massa. Sering muncul pertanyaan sederhana, “Mengapa di TV belum ada?” sehingga informasi yang dekat justru dianggap tidak valid daripada informasi dari TV.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kita sudah kenal Merapi, tapi masih punya tantangan bahwa warga masih tergantung dengan TV. Dulu tahun 2006 masyarakat banyak yang punya radio FM. Kini minat masyarakat sudah semakin menurun, sekitar 40% saja dari konten siaran kita. Jadi, kami perbanyak juga kegiatan <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">offair</em>. Selain kami juga ada radio komunitas di Desa Balerante juga, ada dua. Namun, teman-teman belum ada kesepakatan dalam menginformasikan Merapi. Sumbernya sama tapi cara menginformasikannya berbeda. Pengkotakan antar komunitas terjadi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pada wilayah Boyolali bagian barat, justru rujukan informasi Merapi bukan teman-teman relawan Boyolali, tetapi ke kami. Kami ini ajak BPPTKG untuk ke daerah Sangup yang masyarakatnya tidak punya pengetahuan PRB sama sekali. Komunitas seperti itu penting untuk ditingkatkan pengetahuannya. Sebenarnya di sana ada banyak relawan juga yang suka aktif menginformasikan Merapi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Komunitas-komunitas yang bermunculan sering berlomba untuk menginformasikan Merapi untuk mendapatkan respon, walaupun sering hiperbolis. Hal itu banyak terjadi di Klaten dan juga mulai tampak di Boyolali. Hal ini diperparah dengan tindakan pemerintah yang tidak tepat karena muncul kesenjangan yang mendorong adanya konflik sosial. Di Desa Sidorejo, untuk membangun titik kumpul sementara saja susah karena informasinya salah kaprah, misal KRB tidak boleh dibangun titik kumpul dan sebagainya. Jadi, di Balai Desa Sidorejo ada bangunan titik kumpul yang mangkrak karena BPBD Klaten yang tidak tepat memaknai informasi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Aktivitas masyarakat yang bergiat biasa. Namun, ketika status Waspada kemarin, sebagian masyarakat menganggur karena was-was, khawatir dengan situasi. Mereka banyak lihat TV karena berita di TV sangat heboh. Tidak semua seperti itu, justru masyarakat di luar KRB. Warga di KRB atas, bukan mentang-mentang dekat ancaman dan lebih tahu, tapi mereka sudah belajar terus secara kotinu. Pembelajaran ini juga ke anak-anak.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kami pun takut jika informasi yang tidak tepat, misal oleh BPBD, akan mengadakan simulasi tentang pengungsian Merapi ke anak-anak. Kami takut hal itu terjadi karena belum saatnya anak-anak ditakuti dengan isu Merapi. Cara yang tepat adalah mendidik anak-anak untuk mengenali Merapi, bukan takut dan lari dengan Merapi. Jika BPBD Klaten mau adakan simulasi evakuasi untuk anak-anak SD, kami khawatir akan muncul persepsi yang salah. Anak-anak Kancing kami kenalkan tentang sungai tempat aliran banjir dan penanaman pohon. Hal itu efektif untuk kenalkan Merapi. Sementara, pemerintah lebih suka memilih jenis kegiatan yang laku apa. Jangan kenalkan Merapi itu jahat, terutama kepada anak-anak.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tahun 2006 dicap provokator. Tahun 2014 mungkin dicap pimpinan provokator.<br />Mas Jack sudah gambarkan situasi lapangan. Kini tidak kurang informasi, tetapi banyak sumber informasi, malah jadi bingung. Informasi yang tidak tepat ini tidak hanya dari media massa, tapi juga pegiat media komunitas, baik itu radio komunikasi maupun media sosial. Kita bisa lihat apa yang terjadi dan akibat yang dirasakan masyarakat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Berikutnya Mas Ahmad Arif.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahmad Arif</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Senang bisa kembali ke Yogyakarta. Saya sekolah di sini dan tugas satu tahun di Yogyakarta, sebelum ke Aceh. Saya akan cerita jurnalisme dan bencana secara nasional, lalu sedikit informasi riset saya di Jepang. Saya ingin lebih banyak diskusi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
“Jurnalisme Sehat dan Menyehatkan” atau “Jurnalisme Sesat dan Menyesatkan”.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya ingin sedikit <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">refresh</em>. Saya ada di Aceh sebelum tsunami 2004. Satu minggu sebelum tsunami saya di Medan untuk istirahat. Tsunaki saat itu terbesar yang tercatat di Indonesia. Saya kemudian kembali ke Aceh dan bertuags 3 tahun di sana. Wartawan yang meninggal di Aceh mungkin terbanyak dalam sejarah pers. Teman wartawan yang ikut liputan konflik di Aceh juga menjadi korban.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Wartawan juga menjadi kelompok rentan dalam bencana. Ada teman wartawan yang juga kehilangan keluarganya ketika sedang meliput tsunami yang dikira banjir biasa, Dia memang dapat kepuasan batin sebagai wartawan foto, tapi ada kehilangan besar yang dia rasakan. Hal yang sama terjadi ketika wartawan juga kurang memiliki pengetahuan tentang bencana, seperti ketika ada wartawan masuk ke zona bahaya erupsi gunungapi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pengalaman saya tiga tahun di Aceh lebih sebagai pengakuan dosa, otokritik dalam praktik jurnalisme di Aceh. Jurnalisme bencana bisa jadi bencana baru. Ada beberapa catatan dalam praktik di Aceh saat itu. Kabar buruk bagi media memang jadi kabar baik bagi media. Sampai sekarang itu masih dominan. Kita akan lihat konsistensinya hingga saat ini. Bencana juga jadi komoditi, tidak hanya bagi media massa, juga media sosial. Kesedihan juga dieksploitasi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ada beberapa pertanyaan yang bersifat eksploitas, yang saya catat dari pertanyaan di TV dalam kejadian gempa Padang. Saya tanya redaksi TV itu dan memang diajwab hal itu ditujukan untuk membangun dramatisasi dan mendorong bantuan. Itu asumsi yang dibangun oleh redaksi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kita bisa kuliti sama-sama. Dalam industri media ada banyak bias. Dari asalnya media itu cemar. Praktik itu sangat mengemuka sekarang ketika media sangat sarat dengan kepentingan politik pemilik medianya. Saat ini kita lihat media di Indonesia, sulit menemukan media yang netral. Ada kecenderungan media di Indonesia dimiliki oleh penguasa tunggal atau pemegang saham mayoritas.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Menarik melihat praktik-praktik adanya <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">corporate social responsibility</em> (CSR) terselubung, ketika media juga menyalurkan bantuan. Dramatisasi di media juga karena media massa terlibat dalam penyaluran bantuan. Hal ini masif dalam kejadian tsunami 2004 dan juga di Merapi. Kompas pun juga masih mempertahankan Dana Kemanusiaan Kompas walaupun saya terus kritik.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Media massa tidak selalu mengawal proses pemulihan/rehabilitasi pasca bencana yang sebenarnya vital juga. Selain itu, ada bias desentralisasi dalam pemberitaan. Misal, kejadian Mentawai yang berlangsung berbarengan dengan Merapi menjadikan Mentawai hampir terlupakan. Situasi pascabencana juga berpotensi besar menjadi bencana kembali. Sembilan bulan usai erupsi Sinabung, itu sebenarnya menjadi puncak krisis karena proses yang lama. Berbeda dengan Merapi yang warganya mungkin lebih punya resiliensi dibandingan dengan Sinabung. Di sana, PVMBG sudah persilakan pulang, tapi warga tidak berani pulang, selain karena memang ada masalah infrastruktur. Ada banyak hal tentang konflik dan korupsi pada situasi pascabencana. Hal ini juga harus dikawal oleh media massa.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ada juga praktik di Aceh, banyak wartawan yang menyeberang ke lembaga bantuan karena ada uang lebih banyak.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tendensi bahwa media, baik media massa maupun media sosial, memang cenderung eksploitasi kesedihan. Satu per satu bencana akan bikin kita lupa dengan bencana sebelumnya dan kita tidak belajar.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya di Jepang pada hari kedua setelah tsunami 2011. Dengan skala gempa yang hampir sama, korbannya sepersepuluhnya dari yang terjadi di Aceh.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dari sisi media, ada bedanya. Mereka punya NHK yang dalam UU diwajibkan untuk menyampaikan soal tanggap darurat. Ketika terjadi gempa langsung ada black-out. Dokumentasi terbaik tsunami adalah di media Jepang karena sebelum tsunami datang, TV sudah sorot gelombang yang datang.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dibandingkan di Aceh, berita pertama 12 jam setelah kejadian, itu pun dengan data yang salah. Di Sendai, jepang, hampir tidak ada jeda dalam pemberitaan. Media Jepang punya hubungan langsung dengan infrastrutur pemantauan bencana dan terhubung dengan lembaga yang berwenang. Media di Indonesia harus andalkan tebengan untuk bisa sampai ke lokasi bencana yang pelosok. Kejadian di Mentawai pun terlambat 1 hari untuk dikabarkan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Media Jepang cenderung kabarkan semangat untuk bangkit daripada mengabarkan tentang kesedihan. Dalam tiga minggu saya di Jepang, saya tidak lihat sama sekali gambar mayat di TV dan media cetak. Sulit temukan gambar orang menangis. Berita yang ada secara substansi lebih untuk dorong publik untuk bangkit.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya ke sana lagi hampir 9 bulan di Jepang. Ada media lokal di dekat Sendai yang parah kena tsunami. Kantor media mereka rusak kena tsunami. Mereka tetap putuskan untuk terbit sore harinya, walaupun harus tulis tangan. Semangat mereka tetap ada. Media ini disebut Media Tulisan Tangan, terbit sampai 6 edisi. Substasni pemberitaannya didesain untuk dorong masyarakat lebih semangat. Misal, pada edisi kedua dituliskan bahwa listrik akan segera dipulihkan. Hal itu untuk dorong semangat pada masyarakat. Editornya akui bahwa memang mereka hindari berita sedih agar masyarakat kuat. Dengan baca berita ini maka mental masyarakat akan terhubung dengan komunitas lain untuk sama-sama bangkit.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Praktik ini pun sering dikritik oleh media barat yang cenderung seperti media di Indonesia. Media Jepang sering dikritik menutupi masalah sebenarnya, seperti kejadian di Fukushima. Media di Jepang, setelah bencana segera membuat pusat riset baru. Misal, usai gempa Tokyo di tahun 1900 awal, mereka membangun pusat studi gempa di Tokyo. Juga usai tsunami 2011, ada pusat studi baru yang dibangun. Jadi, selain media, memang ada budaya dan perspektif masyarakat yang harus dibangun. Saya riset tentang tendesi berita tentang kerusakan yang sedikit dan berita yang rekonstruksi yang lebih banyak.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Bagaimana media meliput bencana? Masalah paling serius adalah minimnya pengetahuan tentang bencana pada pelaku media di Indonesia. Banyak media massa yang juga tak punya SOP dalam peliputan bencana. Saya ingat dalam liputan kejadian di Gunung Salak, ada wartawan yang tak pernah naik gunung akhirnya tersesat. Dulu juga ada TV yang tak bisa bedakan awan panas dengan abu vulkanik. Banyak media yang gunakan lokasi bencana sebagi lokasi magang bagi wartawan baru yang akhirnya salah dalam liputan bencana.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Seharusnya, menurut saya, liputan bencana itu harus diawali denganbelajar dari bencana sebelumnya. Meliput bencana itu sekarang tendensinya hanya meliput kejadian saja. Ada tiga tahap yang harus dilakukan. Pertama, pra bencana untuk doron kesiapsiagaan. Kedua, tanggap darurat. Ketiga, mengawal proses rekonstruksi dan rehabilitasi untuk cegah munculnya bencana baru.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Komunitas juga harus didorong. Masyarakat lupa, jurnalis abai, dan pemerintah katrok, jadikan situasi tidak sehat. Setelah dari Aceh saya banyak terganggung bahwa media sebelum 2004 tidak banyak ingatkan publik tentang potensi ancaman tsunami. Dari riset saya, sebenarnya ada banyak informasi kejadian sebelumnya. Jadi, saya gunakan hal itu untuk adakan ekspedisi Cincin Api Kompas. Sering ditolak pada awalnya karena bencana sebelum kejadian itu tidak dianggap penting. Hal yang menjadi perspektif dominan seperti itu di media mainstream. Realisasinya baru bisa dilakukan di tahun 2011 dengan perspektif bahwa mitigasi itu penting untuk kurangi risiko bencana. Contoh konkrit Jepang, korban hanay 1/10 dibandingkan kejadian yang sama di Indonesia.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Refleksi 10 tahun usai tsunami Aceh, praktik media apakah berubah? Saya kira belum berubah. Misal, ada berita tentang aparat yang berjalan ke kawah Kelud yang sebenarnya tidak menunjukkan fakta bahwa tentara itu tidak ke lokasi letusan. Lalu ada berita foto tentang zona bahaya, tapi diberi judul dengan zona bahaya diterobos. Siapa yang menerobos jika bukan wartawannya. Lalu ada foto warga yang bawa TOA (pengeras suara) untuk awasi dan ingatkan publik agar tidak dekati sungai, justru ditulis bahwa warga tidak patuhi laranga beraktivitas di dekat aliran sungai yang teranca banjir lahar. Jadi, ada ketidaktahuan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ada tantangan dan peluang dalam media alternatif atau media komunitas. Saya sudah jadi wartawan lebih dari 10 tahun dan agak pesimis. Dari sananya, dapur media memang bias. Setiap ganti wartawan, akan mulai dari awal ketidaktahuannya. Harus ada upaya secara simultan untuk kuatkan media komunitas. Ini adalah ruang wacana yang harus diperebutkan yang tidak bisa dikuasai oleh media massa mainstream saja.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Media sosial di Jepang dapat porsi yang besar juga. Dengan twitter banyak korban yang bisa diselamatkan usai tsunami. Media mainstream kebanyakan lumpuh, kecuali beberapa radio. Radio komunikasi dan twitter menjadi sangat efektif di sana dan di Merapi sudah dipraktikkan sejak lama. Di Merapi, sangat jelas berdayanya media sosial di Merapi. Kini pun hal itu banyak digunakan oleh kampanye politik.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kini kita masih gunakan radio komunikasi sebagai media yang paling efektif. Saya yakin media sosial akan semakin maju. Potensi Indonesia di media sosial sangat besar. Sangat digdaya jika itu dipakai dalam ranah ini. Namun, munculnya media baru juga munculkan budaya baru; budaya berbagi dan komentar. Namun, juga bisa muncul berbagi hal yang sesat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dengan sistem informasi, bisa ada <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mapping</em> perilaku yang digunakan untuk riset penataan ruang usai tsunami. Jepang data semua HP dan GPS korban, tentang gerakan warga ketika informasi gempa dan tsunami disampaikan. Hasilnya, setelah gempa, justru banyak orang yang datang ke pantai daripada yang menghindari pantai. Padahal, mereka tahu akan ada tsunami. Ternyata, sebagian rumah orang Jepang di sana di pinggir pantai. Orang yang kerja di tempat yang lebih jauh, mereka akn jemput anak atau istrinya. Mereka jadi korban ketika sedang pergi menjauh dari pantai usai menjemput keluarga. Sistem informasi ini menjadi sangat penting.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dengan media konvensional, seperti radio pun, informasi sampah atau <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">hoax</em> pun sangat umum. Masalah tentang kesalahan informasi ke publik ini bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya media massa, juga media sosial. Saringannya adalah individu masing-masing. Saringan di media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em> sebenarnya sudah ada pada editor. Ini juga peluang yang juga harus diperbaiki. Masyarakat Indonesia kadang belum siap ketika diberi pisau informasi. Media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em>, media sosial itu juga medan laga untuk berebut ruang. Publik rentang dapat informasi sampah ketika pegiat media sosial dikuasi lebih banyak yang tidak sehat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Karlina Supeli mengatakan, “Masyarakat kita sering tidak bertanggung jawab dan anonim”. (2013)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sementara itu dulu dan kita bisa lanjut diskusi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">11.11</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Terima kasih. Mas Arif memaparkan kondisi media, dibandingkan antara Indonesia dan Jepang. Ada banyak hal yang mempengaruhi, dari kesiapan hingga cara pandang. Mas Arif, karena sudah 10 tahun dan capek ajak teman-temannya agar lebih sehat, tapi belum berhasi. Ada harapan pada media alternatif atau media sosial. Walaupun juga ada catatan, jika media mainstream memang cemar dari sananya, media sosial juga punya kelemahan yang perlu dibenahi. Menurut Mas Arif tetap menjadi potensi besar untuk dikembangkan dan diperkuat perannya untuk PRB.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sesi pertanyaan dan atau usul jika ada hal-hal yang menurut teman-teman penting untuk disampaikan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Winaryo (PSBA UGM)</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tadi sudah dipaparkan narasumber dengan jelas. Saya hanya usulkan, bagaimanapun juga, ketidaksempurnaan harus disempurnakan. Hal yang sesat dan tidak sehat justru disukai oleh masyarakat. Jika medianya sakit, saya khawatir masyarakat akan komplikasi. Bahaya akan sangat besar.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya usul, bahwa media dan juga wartawan sebagai ujung tombak, perlu ada edukasi. Bagaimana masyarakat bisa sehat jika medianya tidak sehat. Dalam rekrutmen wartawan, perlu ada kriteria dan pembekalan khusus untuk desk tertentu, misal dalam desk kebencanaan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Bisakah ada sertifikasi khusus bagi wartawan yang meliput bencana? Wartawan itu harus punya pemahaman lengkap, fisik dan sosial.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Perlu ada pelatihan-pelatihan untuk wartawan. Tidak semua wartawan paham mekanisme penanggulangan bencana. Pada setiap tahap penanggulangan bencana, ada jenis berita yang akan berbeda.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tentang radio, distribusi dari stasiun yang ada apakah menyebar melingkar, ataukah dari hulu ke hilir? Radio komunitas yang bersifat lokal ini bisa untuk peringatan dini. Komunitas yang di atas yang pertama kali tahu kejadian di atas. Kejadian di Situ Gintung, masyarakat di sekitar tanggul tahu, tetapi korban banyak yang ada di bawah. Distribusi informasi harus dari hulu ke hilir.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tria (wartawan)</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pengalaman saya belum begitu banyak daripada Mas Arif. Saya melihat dari peristiwa yang ada di Yogyakarta secara keseluruhan, misal di tahun 2006 ada gempa bumi. Waktu itu saya belum masuk dunia jurnalistik dan belum begitu paham prosesnya. Proses pemulihan di Yogyakarta termasuk bagus dan masalah yang muncul tidak sebanyak di Aceh.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Hal yang ingin saya tanyakan, apa yang membedakan antara media di Indonesia dan Jepang sebenarnya? Tujuannya memang sama, tapi kenapa cara media bisa berbeda? Apa yang menjadi kekurangan di media Indonesia. Yogyakarta juga sudah cukup bagus dalam menginformasikan proses yang berjalan, sejak gempa bumi 2006. Pernah ada kesepakatan di kalangan jurnalis waktu itu untuk stop pemberitaan yang buruk menjadi pemberitaan hal yang baik. Jangan sampai terbangun mindset pada masyarakat bahwa media memunculkan kebingungan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahmad Arif</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya sebenarnya setuju bahwa wartawan dalam liputan bencana harus dikuatkan. Ada banyak masalah dan hampir tidak ada perubahan signifikan dalam 10 tahun ini. Kesalahan yang sama terulang lagi. Saya pernah beberapa kali melakukan workshop tentang media dan liputan bencana. Saat saya di AJI Jakarta juga sempat membuat wartawan tanggap bencana. Hal yang sama juga saya inisiasi di Aceh dan di Padang dengan Jurnalis Peduli Bencana.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Masalah mendasar media di Indonesia, media kita tidak mengenal spesialisasi wartawan. Wartawan bisa mudah dipindahkan. Misal, saya sudah 10 tahun di bencana, bisa setiap saat dipindahkan ke desk lain yang tidak ada hubungannya dengan bencana. Media di barat, puncak karir wartawan itu ketika menjadi kolumnis karena spesialisasinya. Saya sering bertemu dengan wartawan baru dari media yang sama dalam kejadian bencana yang berbeda.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Akademisi dalam displin komunikasi bisa memasukkan hal ini dalam kurikulum sendiri. Peliputan bencana dan interaksi dengan korban itu harus ada perspektif dan kemampuan yang khusus. Perspektif pengurangan risiko bencana juga harus dipahami oleh media.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Standardisasi dan sertifikasi wartawan itu saya agak pesimistis. Untuk sertifikasi wartawan non amplop saja sangat sulit. Saat saya di Jepang, saya sempat bertanya apakah ada larangan dan kode etik untuk menampilkan tayangan korban dan dramatisasi. Mereka jawab tidak ada larangan. Namun, mengapa tidak dilakukan? Bagi orang Jepang adalah aib besar untuk menampilkan korban bencana yang meninggal. Hal ini terkait dengan budaya dan persepsi masyarakat terhadap bencana. Jika ada dibangun harus pada bagian itu, tetapi harus agak panjang. Larangan media tidak berpihak dalam pemilu saja diabaikan. Padahal, hal itu sudah sangat jelas bahwa media harus tidak berpihak dalam urusan politik.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya sepakat bahwa itu harus didorong, tetapi tidak menjamin akan mengubah. Perubahan pada perspektif akan lebih baik. Hukuman sosial dari publik akan lebih baik. Publik yang menghujat media tertentu dan laporan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) itu cukup efektif, daripada harus buat aturan bahwa media itu harus berubah, walaupun itu tetap harus dilakukan. Pelatihan perlu dilakukan, tetapi pendidikan sejak dalam kampus juga bisa dimasukkan. Namun, itu bukan jaminan, sekali lagi. Sebabnya, media di Indonesia tidak ada spesialisasi. Media cenderung tahu sedikit tapi sok tahu. Media sosial juga punya kerentanan yang sama. Pelatihan untuk pegiat media sosial juga harus sama kuatnya dengan untuk media massa.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya tidak bilang juga media di Jepang lebih baik semua dibandingan media di Indonesia. Media di Jepang tidak terlalu kritis terhadap pemerintahnya. Ada kecenderungan media cenderung seragam. Media di Indonesia lebih kritis walaupun beberapa bisa kebablasan. Namun, harus diakui, media di Jepang lebih kuat untuk mendorong resiliensi. Hal ini soal budaya. Jika media selalu beralasan bahwa publik suka dengan informasi gosip. Media akan selalu kemas informasi dengan format seperti itu.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dalam ekspedisi cincin api, saya usulkan multimedia dan ada halaman tambahan di edisi cetak. Harus cari iklan karena tidak bisa hanya dari redaksi pembiayaannya. Cari sponsor pun sulit karena persepsi perusahaan terhadap bencana hampir selalu negatif. Beda dengan di Jepang, iklan tentang mitigasi bencana itu sangat seksi, misal produk asuransi. Awal ekspedisi cincin api awalnya sulit, walaupun kemudian dapat iklan tapi tidak sehat, dengan iklan rokok. Sebenarnya saya tidak suka, tetapi tidak ada pilihan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Waktu itu saya bereksperimen dengan Ekspedisi Cincin Api. Konsep awal saya memang akan membuat pemetaan tentang ancaman, antropologinya, dan kepercayaannya. Kami kami ke seluruh 12 tema di Indonesia. Kami ke lapangan ajak peneliti dan ahli. Misal saat ke Kelud saya ajak Pak Surono karena beliau disertasinya tentang Kelud. Kami coba gabungkan konsep komunikasi sains. Bagaimana media bisa menginformasikan pengetahuan sains ke publik agar ruang diskusi yang sebelumnya berat menjadi lebih populer. Kami juga lakukan pendekatan multi media agar bisa lebih mudah dipahami masyarakat. Konten berbahasa indonesia gratis, bisa diunduh di<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">android</em>. Konten berbayar hanya edisi Bahasa Inggris.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Di Merapi saya lebih liput tentang daya hidup masyarakatnya, tidak hanya soal aspek bencananya. Kami coba hindari untuk menakit-nakuti, tapi lebih jelaskan risikonya. Kami buat animasi yang tujuannya untuk anak-anak juga. Kami gunakan sumber-sumber resmi, seperti jurnal ilmiah yang telah terverifikasi oleh komunitas ilmiah. Ada gambar dan foto yang seram dan ada yang doron semangat juga. Dengan pendekatan foto 360 derajat, diharapkan bisa ajak publik bisa lebih merasa dekat dengan Merapi. Saya hubungkan dengan sistem kepercayaan yang ada di Merapi dari masa ke masa. Saya tulis juga tentang persebaran candi di sekitar Merapi untuk menunjukkan bahwa memang ada risiko dari Merapi, tetapi masyarakat sejak waktu itu tetap tinggal di dekat Merapi. Ini semua tentang pengetahuan untuk mitigasi ke depan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Perspektif peliputan yang lebih dominan di persiapan sebelum bencana dan pascabencana itu sebenarnya lebih baik. Peliputan saat bencana sebenarnya sangat tidak efektif. Hal itu justru bisa dilakukan oleh media komunitas, seperti radio komunitas. Hal itu misalnya, terjadi di erupsi Kelud 2014, informasi situasi bisa mereka kabarkan untuk komunitasnya untuk keselamatan. Media komunitas paling efektif di situasi tanggap darurat, salah satunya dengan radio komunitas.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jack Jenarto</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya setuju bahwa media punya SOP. Kami juga punya SOP siapa yang mencari informasi dan siapa yang mengabarkan. Kami di Lintas Merapi, informasi kami bisa didengarkan oleh komunitas tidak terbatas dari Klaten, juga dari Sleman. Kami sangat berharap bisa mendapatkan respon balik, sehingga informasi yang kami kabarkan bisa dua arah.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ada perbedaan budaya antara media di Jepang dan di Indonesia. Di balik keputusan redaksi ada soal budaya. Kemudian, cara efektif untuk ubah perilaku media mainstream adalah dengan hukuman sosial oleh publik untuk paksa media berubah.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tahun 2010 ada wartawan TV yang mengabarkan banjir lahar di Magelang. Namun, ada relawan warga yang mengkonfirmasi via twitter bahwa tidak terjadi banjir lahar. Pemimpin redaksi tahu dari <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">timeline</em> dan kemudian menegur wartawannya. Kini di media sosial, bisa ada proses verifikasi dari publik. Ketika ada informasi yang salah, bisa dibully ramai-ramai di timeline. Juga bisa dengan melakukan boikot program tertentu.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Upaya yang sifatnya rekomendasi, selain pelatihan, adalah munculkan peran media komunitas. Media adalah ruang yang harus diperebutkan. Jangan berharap ruang media akan diberikan secara sukarela. Ruang media harus direbut agar bisa lebih sehat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tanto Bumi (Kepala Desa Dukun, Magelang)</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kadangkala media komunitas, lebih kalah dengan media yang komersial. Jujur, kebetulan saya juga pemangku wilayah desa. Kesimpangsiuran pemberitaan berdampak pada kepanikan di tingkat warga. Pemerintah gembar gemborkan PRB berbasis komunitas itu belum berhasil. Kesiapsigaan yang terbangun adalah kesiapan yang traumatik. Peran jurnalis itu penting sekali pada hal pemberitaan yang benar. Pada wilayah Dukun dan Magelang belum sampai tahap itu.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jurnalis itu pintar dalam banyak bidang. Bersama BNPB dan Pusdantin, pernah ada pelatihan dengan jurnalis dan saya ikut terlibat dalam pelatihan. Saya lihat banyak wartawan yang tidak paham soal bencana. Mereka hanya bekerja berdasarkan job.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Penanganan berbasis masyarakat, khususnya jurnalis, di desa kami juga ada radio komunitas K FM. Radio kami masih kalah dengan media komersial. Bagaimana masyarakat agar bisa dan mau mendengarkan itu? K FM satu-satunya media yang mengabarkan kebencanaan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pakdhe Senggol (JogjaUpdate)</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya hendak berbagi pengalaman dari 2010. Kita dari media sosial kebetulan pada waktu itu sekitar 1-2 bulan sebelumnya baru kenal Mas Nasir. Dari sanalah sebenarnya awal <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">interest</em> saya pada keadaan lingkungan Merapi. Pada saat Merapi hampir meletus, saya sudah cukup tahu ada JALIN Merapi. Saya sudah siapkan perangkat. Kebetulan perangkat saya komplit. Begitu JALIN Merapi keluar, berarti ada warning. Saya juga siapkan perangkat di mobil.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dari sisi informasi, kita kendalanya adalah pada mencari sesuatu yang valid. Pada saat terjadi bencana, terlalu banyak informasi yang masuk. Informasi yang harus kita jawab ke <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">follower</em> kita itu belum tersedia. Misal, contoh, kenaikan status Merapi. Saya banyak dikomplain oleh banyak <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">follower</em> karena BPPTKG belum update di akun twitternya. Walaupun sudah terima foto suratnya, tetapi belum ada di akun twitter @BPPTKG, publik pun membacanya sebagai informasi tidak benar (<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">hoax</em>). Jadi, ketika ada situasi tertentu, informasi harus selalu diteruskan ke semua media. Akun-akun lain juga kadang terlambat. Jadi, kami harus mencari sendiri. Kadang informasi pembanding dicari untuk mendapatkan informasi yang valid, walaupun bukan dari akun resmi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jika ada masukan informasi dengan gambar kotak, saya cenderung abaikan gambarnya. Saya cari informasi pembanding dari data yang ada. Saya kerja sendiri dan harus pastikan informasi itu valid. Saya sering sulit memutuskan kapan informasi akan dikeluarkan ketika rujukan kita juga belum mengeluarkan informasi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Komunitas Merapi sudah saling komunikasi aktif dan bisa jadi patokan. Teman-teman pemantau Merapi memang diakui punya branding image, bahwa merekalah yang paling bisa dipercaya. Pelaku media sosial kemudian akan mendapatkan kepercayaan dari informasi yang bisa didapat dari bio akun twitter. Jadi, ada proses mem<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">branding</em> diri secara tidak langsung yang akan membuat publik percaya bahwa informasi dari akun tersebut relatif benar. Jadi, hal itu cukup membantu mengurangi keraguan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Masalah komunikasi radio swasta niaga/komersial, kita lihat dari 2010 kemarin, informasinya memang masih agak kurang. Saya sempat kabarkan ke Mas Nasir untuk minta slot di radio komersial. Kadang HP kehabisan pulsa dan akses internet yang jelek. Namun, HP biasa pun sekarang ada fungsi radio. Jadi, pada situasi minimal, publik masih bisa dengarkan radio siaran. Ke depan, kita bisa upayakan untuk rekrut media mana saja yang bisa digerakkan untuk dukung proses penanggulangan bencana ini.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Adriani Zulivan</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya berterima kasih kepada Mas Arif karena saya sangat senang ketika membaca Ekspedisi Cincin Api KOMPAS.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya pikir bahwa benar kata Mas Arif, benar yang penting pemberitaan pada masa tanggap darurat itu lebih efektif dilakukan oleh media komunitas.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Apakah bisa kita bisa membangun semacam <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">media camp</em> untuk mengajak pelaku media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em> ke Merapi? Bagaimana cara untuk mengajak mereka tahu bagaimana situasi dan gerakan warga di Merapi?</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pertanyaan tentang bagaimana agar informasi valid itu tetap muncul ketika sumber resmi belum mengeluarkan informasi resmi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Bagaimana teman-teman yang aktif menyampaikan informasi tentang Merapi, juga lebih serius menampilkan biodata dirinya agar publik media sosial bisa paham dan percaya. Hal menarik yang bisa dilakukan adalah kegiatan berbagi antar admin media sosial.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahmad Arif</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Banyak jurnalis yang tidak paham bencana dan bagaimana agar informasi yang dimunculkan tidak menakutkan. Saya pikir masyarakat Merapi ini sangat berani. Masyarakat Sinabung pun hingga kini banyak yang tidak berani pulang. Trauma yang dirasakan antara masyarakat Sinabung dan Merapi beda, dalam daya resiliensinya. Dibandingkan dengan Jepang pun, masyarakat Indonesia sangat berani. Kita tak bisa mengosongkan ruang di gunungapi. Kita tinggal bagaimana kuatkan masyarakatnya lebih jauh. Aspek budaya dalam bencana itu sangat penting dan justru itu yang kurang diangkat di media massa.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Persepsi media di Jepang dan Indonesia terhadap mayat/korban yang berbeda. Masyarakat Jepang melihat bahwa korban itu ada maka itu adalah kegagalan dari proses penanggulangan bencana dan itu adalah aib. Sementara di Indonesia, dari survei kualititaf di 7 kota rentan bencana di Indonesia, separuh lebih percaya bahwa bencana itu takdir Tuhan dan tak bisa dimitigasi. Lalu, 30% di antaranya percaya bencana bisa dimitigasi, tetapi tetap tergantung takdir. Masyarakat Aceh pun sebenarnya cukup resilien. Kapal korban tsunami di Aceh dimuseumkan untuk menunjukkan bagaimana kekuatan alam dan kuasa Tuhan. Sementara di Jepang, kapal korban tsunami dihancurkan agar bisa terus berpikir ke depan. Namun, di Jepang, banyak korban yang tertekan dan bunuh diri. Sementara di Indonesia, seperti di Merapi, tampaknya cenderung lebih kuat. Sepertinya tidak ada kasus bunuh diri karena tertekan akibat bencana. Jepang bisa ada kebijakan pengosongan ruang yang terancam gunungapi. Hal itu tak bisa dilakukan di Indonesia.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Indonesia punya pulau-pulau gunungapi. Pulau itu memiliki ribuan warga yang tidak akan bisa dipindahkan. Jadi, kita perlu pahami lebih jauh karakter khas dari setiap daerah. Solusi di Merapi akan berbeda dengan solusi yang bisa dilakukan di Sinabung, Kelud, dan sebagainya. Perlu ada banyak riset sosial tentang kebencanaan, terutama di gunungapi. Bagi saya sebagai wartawan, hasil riset ini sangat penting untuk memahami dan membantu membangun beritanya. Ini pekerjaan rumah bagi komunitas dan akademisi juga.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Problem pada media sosial dan media mainstream seharusnya tidak dalam posisi saling berhadapan. Saya pikir penyakit di kedua media ini akan sama, soal akurasi, soal kecepatan, dan informasi yang sehat atau sesat. Hal yang membedakan hanya modus medianya saja, tetapi hal yang lain akan sama. Media mainstream instansi medianya cenderung mapan dan cenderung mapan, sedangkan media sosial lebih interaktif. Namun, ke depan media sosial akan lebih dominan. Seperti YouTube, kini lebih populer daripada TV ke depan. Dampaknya adalah masyarakat dituntut untuk lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi. Dulu tuntutan itu hanya ada pada pelaku media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em>, kini akan juga tertuju pada pelaku media sosial. Hal ini tidak bisa dihadap-hadapkan. Penyakit media<em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em> akan ditularkan ke media sosial.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Pelatihan yang kontinu pada media untuk ranah kebencanaan, bisa dimulai dari cara memverifikasi informan sumber informasi. Kemudian perspektif, etika, dan teknis pengelolaan informasi dengan media. Hal ini perlu dilakukan baik pada media mainstream maupun pada media sosial.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya pikir, tidak ada salahnya dan mungkin penting ada kegiatan semacam <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">media camp</em> untuk undang wartawan ke lapangan. Hal ini juga tergantung wartawannya, bagaimana membuat mereka tertarik. Seperti apa yang saya lakukan dengan <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">passion</em> saya, akhirnya akan jadi personal, bukan institusional. Saya tetap bisa dipindahkan ke <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">desk</em> mana saja oleh redaksi. Media lain saya pikir sama. Bagaimana kita bisa menanamkan <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">passion</em> seseorang. Ya, salah satunya dengan memperkenalkan dengan realitas yang ada di masyarakat dengan mengajak bertemu dengan komunitas di Merapi. Jadi, ketika mereka akan melakukan peliputan, mereka bisa mulai tahu bagaimana dan kepada siapa dampaknya.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya minta izin perpanjang waktu 5 menit. Teman-teman yang lain bisa sambil makan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Anton Birowo (UAJY)</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya lihat salah satu kekuatan di Yogyakarta dan sekitarnya adalah komunitas dengan solidaritas yang kuat. Banyak kelompok yang ingin berperan bagi komunitas yang lain. Bahkan ketika ada kejadian bencana di daerah lain, banyak relawan yang ingin hadir ke lokasi bencana. Namun, sebagian relawan tidak siap dan ada yang jadi korban. Solidaritas ini juga beralih dengan memainkan peran ke pihak lain dengan informasi. JALIN Merapi yang bisa dorong peran banyak pihak yang unya solidaritas dengan informasi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Bagaimana cara untuk mengelola ini, solidaritas dengan informasi, karena masalah yang ada adalah masalah kita bersama.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jack Jenarto</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Cara pandang bahwa relawan yang harus terjun ke lokasi, pelan-pelan akan kita bangun pemahaman baru. Kemarin relawan dari bawah semua naik untuk menolong. Padahal, sebenarnya komunitas di atas sebenarnya banyak yang sudah bisa menolong dirinya sendiri. Bukannya tidak butuh, tetapi ada <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">gap</em>, sehingga ada yang tidak jelas perannya. Ada banyak relawan yang jarang komunikasi dengan komunitas yang akan ditolong. Jadi, harus ada komunikasi agar ada sinergitas antara komunitas yang perlu ditolong dengan komunitas yang berniat menolong. Hal ini akan jadi bencana baru jika tidak dikelola dengan tepat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahmad Arif</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya sedang mempersiapkan satu hal, usai pulang dari Sinabung. Saya lihat Merapi punya komunitas yang baik. Hal ini tidak ada di Sinabung karena modal sosialnya belum terbangun. Pada situasi yang lebih mikro, di Merapi juga ada pernik-pernik yang bisa menimbulkan masalah. Sudah saatnya untuk membuat portal bersama yang akan menjadi induknya. Misal di Merapi ada portal bersama yang akan bisa saling mengisi. Jadi, dalam portal bisa menghubungkan antar komunitas.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kerja-kerja yang kita lakukan semua untuk komunitas. Jadi, semua komunitas harus lebih rendah hati untuk mau saling terhubung. Pengetahuan ini juga penting untuk diteruskan ke komunitas di tempat lain. Teman-teman Merapi misalnya sudah sampai ke Kelud dan Sinabung. Namun, Sinabung saya lihat masih panjang prosesnya. Modal sosial harus dibangun. Jika ada portal besar yang bisa menghubungkan pengetahuan antar pengetahuan ini akan sangat baik. Saya sedang membuat ini secara <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">voluntary</em>. Jika sudah jadi, teman-teman Merapi bisa mengisi paling depan. Intinya, media warga, tetapi saya bawa konsep ada administrator yang bersifat seperti editor untuk memverifikasi data dan informasi yang tepat dan benar. Hal ini penting agar media sosial tidak jatuh pada penyakit yang sama dengan media mainstream.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Saya siap membantu kapan saja karena ini sudah jadi passion saya. Mari sama-sama bergerak ke sana.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhmad Nasir</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Terima kasih Mas Arif dan Mas Jack, dua narasumber yang cukup lengkap menyampaikan paparan sebagai pemantik diskusi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Dua <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">point</em>. Cara pandang dalam melihat media mainstream dan media komunitas atau media media sosial, harus tidak dilihat berhadapan, tetapi saling melengkapi agar bisa lebih sehat. Pegiat media komunitas, kita punya tugas besar untuk mendorong peran media komunitas sebagai bagain dari proses pengurangan risiko bencana. Namun, media komunitas harus hati-hati jangan sampai tertular penyakit yang sama yang diidap media <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mainstream</em>. Perlu ada media yang bisa dipakai bersama agar solidaritas ini bisa terjaga.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Jadi, saya selaku moderator akan menutup sesi ini. Kepada dua narasumber mari kita beri <em style="border: 0px; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">applause</em>. Kita akan tindaklanjuti proses ini dengan pertemuan yang lebih konkrit.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Terima kasih. Salam</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">12.32</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Helvetica, Arial, 'Lucida Grande', Verdana, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 1em; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: underline; vertical-align: baseline;">Sumber: http://web.jalinmerapi.net/2014/06/10/rekam-proses-diskusi-jurnalisme-sehat-dalam-penanggulangan-bencana-erupsi-merapi-di-bpptkg-yogyakarta/</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-66281779366403728532014-06-06T05:11:00.000-07:002014-06-06T05:11:44.322-07:00Warga Berdaya Hadapi Bencana<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xaf1/t1.0-9/q77/s720x720/10411395_10152406922521136_4388153118596569628_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Desa wisata Turgo merupakan desa yang berada di kawasan lereng Merapi, tepatnya di Padukuhan Turgo, desa Purwobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Dusun Turgo banyak menyimpan potensi alam, khususnya untuk persawahan, perkebunan dan hutan pedesaan lereng Merapi. Desa turgo berada dalam kawasan rawan bencana (KRB III) merapi dan pernah terlanda awan panas atau wedhus gembel pada tahun 1994. Desa yang ada dilereng Merapi yang tersisa dari amukan Wedhus Gembel hanyalah Turgo saja. Status ini juga menjadikan Turgo menjadi kawasan desa yang paling tinggi. Jarak antara Turgo dengan Merapi hanya 5 km. Desa yang secara geografis terletak 900 dpl ini menjadikan udara disana dingin namun ngangeni. Tepatnya berada di padukuhan Turgo desa Purwobinangun, kecamatan Pakem kabupaten Sleman, 17 km dari Kabupaten Sleman. Berada di kawasan lereng merapi desa wisata Turga mempunyai pemandangan alam yang menarik dengan latar belakang gunung Merapi yang elok. Akses jalan yang mulus akan sangat membantu perjuangan anda menuju desa yang berjarak 26 km dari Kota Yogyakarta ini. Keramahan penduduk sekitar akan menambah kebetahan mengarungi hutan dan jalan setapak menuju lokasi treking di Desa Turgo. Berbeda dengan kehidupan desa di lereng gunung merapi. Saat kami datang, kami serasa disambut dengan baik. Senyum dan Ucapan salam tidak pernah berhenti saya dengar. Sungguh benar-benar rindu untuk disambut secara sederhana seperti ini. Seakan-akan kami adalah bagian dari mereka juga.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Masyarakat lokal yang bermukim di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, khususnya masyarakat Turgo telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya letusan. Inilah yang di alami oleh Mbah Marjo terutama, melalui mimpinya yang selalu memberikan peringatan dini bahwa akan terjadi tanda-tanda letusan Gunung Merapi dengan memberikan semacam arah semburan awan panas dan materialnya kemana perginya. Dalam mimpinya dengan jelas dan gamblang bahwa dia diberikan semacam kekuatan untuk membaca secara batiniah tanda-tanda Merapi akan meletus dan terkadang membacanya dengan aktivitas alam dan hewan yang tidak biasa, karena indikasi alam dan hewanlah yang lebih peka merasakan gejala perubahan alam. Hal tersebut antara lain menggunakan indikator berbagai jenis hewan liar yang turun lereng di luar kebiasaan dalam kondisi lingkungan normal. Secara etik, penggunaan indikator alam tersebut cukup rasional mengingat berbagai jenis binatang dengan instingnya memiliki kepekaan tinggi dalam merasakan kian meningkatnya suhu tanah akibat meningkatnya tingkat aktivitas Gunung Merapi sehingga mereka pindah tempat. Dicontohkan, perilaku binatang yang tidak seperti biasanya. Di antaranya, monyet dan kijang berlarian turun gunung. Lalu, anjing menggonggong terus menerus, burung-burung berkicau pada malam hari, hingga cacing banyak keluar dari tanah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Selain itu, dalam menghindari risiko bencana Gunung Merapi meletus, warga di lereng Gunung Merapi juga mempunyai kearifan lokal dalam membangun permukiman di lingkungan yang penuh resiko bencana alam letusan gunung api. Permukiman tersebut bisanya berkelompok di lahan datar dengan dikelilingi tegalan. Rumah-rumah senantiasa didirikan menghadap ke arah yang berlawanan dengan Gunung Merapi. Maksudnya, berdasarkan pandangan mereka, agar rumah-rumah tersebut tidak dimasuki makhluk halus pengganggu yang menghuni Gunung Merapi. Namun, secara etik dapat ditafsirkan bahwa rumah-rumah tempat tinggal tersebut dibangun menghadap ke arah jalan utama desa yang membujur ke arah utara-selatan atau selatan-utara agar sekiranya terjadi letusan, mereka dapat dengan segera melarikan diri menuju jalan utama desa. Dengan demikian, sistem pengetahuan lokal masyarakat tersebut dapat diintegrasikan dalam analisis risiko lingkungan dan mitigasi bencana alam berlandaskan kajian ilmu pengetahuan atau pandangan etik. (Johan, 2009)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sejak lama masyarakat di lereng Merapi telah akrab dengan bencana letusan gunung. Itulah yang menjadikan masyarakat di sana mengetahui bencana menjelang. Karena mereka telah terbiasa membaca tanda-tanda alam yang sesungguhnya sering berulang. Pengetahuan yang kemudian dikenal sebagai kearifan lokal itu pada dasarnya menjadi pengetahuan masyarakat dalam mengkategorikan lingkungan. Termasuk nilai-nilai yang harus diketahui sebagai rasionalisasi prinsip kearifan lokal yang didukungnya dan menerjemahkan ilmu pengetahuan modern ke dalam bahasa lokal. Sekadar diketahui, kearifan lokal merupakan perangkat pengetahuan pada suatu komunitas untuk menyelesaikan persoalan atau kesulitan masyarakat. Semua itu diperoleh dari generasi sebelumnya secara turun temurun, melalui lisan atau contoh tindakan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Masyarakat lereng Gunung Merapi masih memegang nilai-nilai kearifan lokal dalam kesehariannnya. Salah satunya dengan menjalin hubungan serasi dengan alam yang didasari kepercayaan bahwa antara Gunung Merapi,bKeraton dan Pantai Selatan saling terhubung erat satu sama lain. Masyarakat juga bahwa meyakini gunung, sungai, dan pohon bukanlah ‘benda mati’ sehingga manusia wajib menjaga kelestariannya, sejalan dengan prinsip “Hamemayu Hayuning Bawono, <em>Ambrasta dur Hangkara</em>” dalam pelestarian alam yang diaplikasikan dalam beberapa tradisi slametan. <em>Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara</em> artinya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Gunung Merapi adalah strato tipe dengan 2.980 m di atas permukaan laut. Secara geografis terletak di 7'32 .5 ' S dan 110 ' 26,5 ' E. Administratif terletak di 4 kabupaten; Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta ; juga Magelang , Boyolali , dan Klaten di Provinsi Jawa Tengah. Pada 20 September 2010, tingkat Merapi diangkat dari ''siaga'' meningkat ke level "Waspada", dan pada 26 Oktober 2010 itu menjadi letusan pertama Merapi, dan kemudian letusan yang luas hingga tanggal 5 November 2010. Letusan ini menyebabkan 242 korban tewas di Yogyakarta wilayah daerah Istimewa , dan 97 tewas di daerah Jawa Tengah. Ini mempengaruhi tempat tinggal, infrastruktur, telekomunikasi, krisis listrik dan energi, dan juga sanitasi. Letusan yang terbesar , dibandingkan dengan lima kejadian di masa lalu : 1994, 1997, 1998, 2001, dan 2006. (Eko Teguh Paripurno)</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Setiap masyarakat di daerah rawan bencana memiliki mimpi untuk memiliki ketahanan dalam mengelola risiko yang ada. Mimpi-mimpi ini adalah menyadari dengan begitu banyak cara dan metode untuk meningkatkan ketahanan bencana di masyarakat itu secara mandiri. Manajemen Resiko Bencana Berbasis Masyarakat (Community Base Disaster Riset Manajemen/CBDRM) adalah salah satu alat-alat besar untuk mewujudkan impian tersebut. CBDRM merupakan proses inklusif yang terinternalisasi ke dalam kehidupan sehari-hari. CBDRM mengharuskan masyarakat untuk ditempatkan sebagai subyek yang memiliki pengetahuan untuk membangun mimpi. Oleh karena itu, CBDRM diimplementasikan dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya internal dengan menggunakan sumber daya eksternal yang lebih kecil.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pentingnya pendekatan berbasis masyarakat telah dikenal sepanjang dalam mengenalkan budaya keselamatan melalui pengurangan kerentanan lokal dan membangun kapasitas warga itu sendiri. ini pendekatan telah dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat. Sementara masyarakat memiliki peran penting untuk bermain dalam manajemen risiko bencana, adalah partisipasi aktif dan keterlibatan masyarakat di akar rumput yang membuat nyata perbedaan dalam penguatan kapasitas kerentanan. Karena masyarakat terlibat dalam seluruh proses, mereka merasa dan membutuhan secara riil serta melekatnya sumber daya dari masing-masing individu dan lingkungannya. Masalah akan dapat ditangani dengan tepat, dan probabilitas untuk besar hilangnya nyawa dan properti akan dapat diminimalkan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Manajemen Risiko bencana berbasis masyarakat (CBDRM) adalah proses dimana masyarakat beresiko secara aktif terlibat dalam identifikasi, analisis, pengobatan, pemantauan dan evaluasi risiko bencana untuk mengurangi kerentanan mereka dan meningkatkan kapasitas mereka. Ini berarti bahwa orang yang di jantung pengambilan keputusan dan penerapan risiko bencana dalam kegiatan pengelolaan. Kapasitas masyarakat lokal ditingkatkan untuk membantu mereka sendiri untuk menilai situasi, mengidentifikasi risiko langkah pengurangan dan mengimplementasikan di lingkungan masyarakatnya. Langkah-langkah pengurangan risiko termasuk kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan sebelum bencana terjadi serta kegiatan tanggap dan pemulihan selama dan setelah bencana.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfp1/t1.0-9/10256248_10152406915046136_573768853791770311_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Siklus Penanggulangan Bencana</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Bahwa pendekatan secara tradisional untuk pengembangan, pemberdayaan dan penanggulangan bencana fokus yang berbasis kemasyarakatan sangat diperlukan, selain dapat menjaga kearifan lokal yang sesuai di masyarakat terkait juga secara keahlian pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan dapat meningkat dan berkelanjutan. Pendekatan ini dikenalkan pada masyarakat lingkar Merapi dengan metode Manajemen Risiko Bencana Berbasis Masyarakat adalah untuk membangun kapasitas masyarakat untuk mengatasi risiko bencana dan mengurangi kerentanan mereka sehingga mengembangkan masyarakat yang lebih aman dan lebih tahan. Pendekatan CBDRM ini menekankan keterlibatan aktif masyarakat di lereng Merapi dalam semua tahap manajemen resiko bencana. Keterlibatan kelompok sosial di masyarakat yang paling rentan dianggap sebagai yang terpenting dalam proses ini, sementara dukungan dari kelompok-kelompok paling rentan ini mereka perlukan untuk kesuksesan dalam mengimplementasi proses-proses tahap manajemen resiko bencana tersebut.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Dalam CBDRM peran pemerintah pusat dan lokal atau oraganisasi non-pemerintah sangat dibutuhkan keterlibatannya dan mendukung aktif terhadap kelompok-kelompok rentan di dalam tahap manajemen bencana di Merapi. Dapat bertindak sebagai katalis yang membuat partisipasi, sosialisasi, dan internalisasi CBDRM agar pendidikan ini dapat naik lebih tinggi dan diserap oleh masyarakat. Pendekatan ini telah diakui dan banyak dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat, organisasi, nasional, internasional dan departemen pemerintah selama lebih dari dua dekade di negara-negara Asia Tenggara. Seperti yang dilakukan oleh KAPPALA di lereng Merapi khususnya di wilayah Turi saat akhir tahun 1994.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Di mulai dan di inisiasi oleh Pak Eko Teguh (ET) bahwa Community Base Disaster Riset Manajemen dengan metode paseduluran, ditanamkan pada masyarakat Turi hingga Kali Adem melalui kawan-kawan Kappala sejak tahun 1994. Sebetulnya rumah Mbah Marjo merupakan rumah dan sebagai kantor kedua Kappala secara tidak resmi sebagai tempat awal untuk berkumpulnya komunitas paseduluran masyarakat lereng Merapi. Dahulu masyarakat mempunyai keinginan melalui pemikiran Kang ET bahwa mengapa jika ada suatu pegunungan dan pasti menimbulkan korban?, kemudian Kang ET memulai berfikir berusaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakatnya sendiri di lereng gunung dan akhirnya tercetus CBDRM melalui training-training. Akhirnya Pasag Merapi di bentuk dan warga mulai antusias dengan kesadaran sendiri bergabung pada tahun 1995 menyambungkan paseduluran dari masyarakat Turi hingga Kali Adem. Dahulu traning-training diadakan dengan kesadaran masyarakat sendiri dengan di stimulasi oleh Kang ET (Kappala) berada di rumah penduduk yaitu rumahnya Mbah Marjo, dan masyarakat merasa membutuhkan peningkatan kapasitas akan kerentanan yang di timbulkan oleh Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pak ET mempersenjatai warga lereng Merapi dengan pengetahuan, kepercayaan diri, dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk meramalkan efek dari bencana alam, mengendalikan respons bencana, dan membangun kembali kehidupan mereka setelah bencana. Pak ET telah mengembangkan sistem peringatan dini, respon cepat, rehabilitasi, rekonstruksi, dan pencegahan yang menggeser keseimbangan tanggung jawab dan wewenang dalam krisis lebih ke arah masyarakat. Bekerja dengan masyarakat terancam oleh gunung berapi, Pak ET menemukan cara-cara baru bagi warga dan pemerintah untuk mengantisipasi dan merespon perubahan suasana hati terkadang kekerasan yang ditimbulkan oleh alam.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pelatihan jaman saat itu sangat butuh akan peningkatan kapasitas soal kebencaan Merapi, mereka datang di perkumpulan dengan membawa bekal makanan sendiri secara swadaya seperti beras, dan hasil kebun warga kemudian dimasakan di rumah Mbah Marjo. Lewat paseduluran itulah kita membangun kesiapsiagaan bencana, dan mulai diajari untuk mengenali Merapi, diajari PPGD (Penanganan Penderita Gawat Darurat), mengenali karakter ancaman Merapi. PVMBG dahulu sangat di benci oleh masyarakat Merapi karena jika berurusan dengan gunung pasti mereka di suruh untuk pindah atau merelokasi ke lokasi yang lebih aman tetapi pasca adanya undang undang no. 24 tahun 2007 sudah ada peralihan tentang paradigma adanya peran CBDRM melalui pemetaan dan sistem peringatan dini akhirnya masyarakat tahu. Ternyata sebuah ancaman kebencanaan gunung berapi dapat di kelola atas ancamannya, seperti ancaman primer, sekunder dan tersier. Ancaman prmier tersebut adalah ancaman yang datangnya langsung dari Merapi seperti awan panas, lontaran batu pijar, lava pijar, hujan pasir/abu. Ancaman Sekunder adalah ancaman yang tidak secara langsung tetapi di sebabkan oleh faktor alam lain, seperti lahar hujan. Ancaman Tersier adalah ancaman gunung Merapi yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti penambangan pasir, perusakan lingkungan dan hutan di kawasan lereng Merapi. Mulai dari situlah masyarakat paham, Dusun Turgo Purwobinangun Pakem, Dusun Tunggularum Wonokerto Turi, Dusun Ngandong dan Tritis Girikerto Turi, Dusun Kaliadem Kepuharjo Cangkringan Sleman, Dusun Kinahrejo ternyata daerah kawasan bencana tipe III sehingga diadakan pelatihan-pelatihan rutin soal peningkatan kapasitas warga masing-masing mengenai kesiapsiagaan yang diiniasisi oleh teman-teman Kappala Indoensia.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pernah di daerah Dusun Turgo di klaim oleh pemerintah adalah daerah yang tidak layak dihuni dan zona berbahaya akhirnya ada relokasi, tetapi melalui adaptasi-adaptasi masyarakat itu bisa beralih naik ke lereng Merapi, contohnya Mbah Marjo dahulu mendapat jatah relokasi di Dusun Sudimoro Purwobinangun Turi yang berada pada 10 kilometer dari puncak Merapi selama 3,5 bulan berada di relokasi dan akhirnya tidak betah di shelter dan kembali lagi ke Dusun Turgo di rumahnya yang terdampak letusan Merapi, dikarenakan beliau harus menghidupi anak-anaknya yang masih sekolah, apalagi di relokasi tidak ada penghidupan dan pekerjaan keseharian. Akhirnya Mbah Marjo mendirikan sebuah gubuk atau rumah seadanya yang belum ada lampu listriknya saat itu, dengan beradaptasi sedikit demi sedikit yang penting rumah mungil itu tetap bisa ditempati secara layak. Advokasi pemerintah adalah warga harus mempunyai konsekuensi resiko secara fisik yang harus diterima secara ‘legowo’ juga resiko yang tidak bisa diterima. Misalnya, warga yang hidup di kawasan rawan bencana jika terjadi peringatan dini ada status gunung Merapi naik, konsekuensi warga harus cepat segera mengevakuasi diri, entah apakah rumah itu terkena kerusakan atau tidak, itu bukan masalah tetapi yang terpenting adalah nyawa manusia dan ternak. Dan melakukan pengamanan asset, dengan pola mengembangkan dan membangun barak ternaknya di relokasi atau shelter barak pengungsian yang berjarak 10 km dari puncak merapi yang memungkinkan daerah tersebut aman dari ancaman. Melalui Pasag Merapi itulah, warga sendiri bisa memobilisasi secara swadaya, mana-mana orang atau warga yang mempunyai HT, truk atau mobil bak terbuka untuk mengevakuasi jiwa warga dan asset ternak.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Ada hal yang menarik, salah satu alasan yang sering muncul mengapa mereka tidak mengungsi adalah karena alasan keamanan rumah dan mengurusi ternak. Ternak memang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka, bahkan ternak bagi warga lereng Merapi sudah merupakan menjadi bagian dari keluarga. Oleh karena itu mestinya perhatian terhadap evakuasi ternak bisa seiring dengan evaluasi manusia. Bahkan Gurbernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X ketika mengunjungi warga Merapi di Sleman telah menyatakan bahwa ternak juga perlu diselamatkan dan jangan sampai menjadi korban. Sayangnya permasalahan evaluasi ternak belum banyak yang memperhatikan. Meskipun bencana sering terjadi dengan lingkup yang luas, pemerintah tidak merencanakan di awal bagaimana metode mengatasi bencana, tidak memiliki sistem peringatan dini yang memadai, dan tidak membangun infrastruktur untuk merespon secara efisien dan efektif ketika bencana menerpa.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sumber : https://www.facebook.com/notes/nuno-rahman/warga-berdaya-hadapi-bencana/10152444630095480</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Penulis : Nuno Rahman</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-32615607944338785022014-06-03T18:48:00.001-07:002014-06-04T07:14:53.466-07:00Kicauan Sondong: Pengalaman menjadi Sukarelawan Sekaligus Korban Bencana Merapi<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Saat letusan Merapi Tahun 2006, menurut masyarakat saat itu belum mengungsi dikarenakan arah luncuran wedus gembel megarah 6 kilometer dari kawah Merapi tepatnya di Kali Adem saja. Saat itu korban meninggal adalah 2 orang wartawan di bunker. Saat itu, masyarakat juga masih menjadi relawan di gempa Bantul karena peristiwanya hampir berbarengan. Tahun 2007, Sondong mulai mengenal komunitas di Merapi dan belajar dari komunitas tersebut juga di fasilitasi alat komunikasi berupa Handy Talky (HT), jadi dia bisa mendengar atau mendapatkan informasi baik dari Merapi di berbagai wilayah, di dekat rumahnya ada sepanjang bantaran kali Gendol yang sering terdampak adanya ancaman lahar hujan. Wilayah Dusun Srodokan terutama adalah termasuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, berpotensi terhadap dampak aliran lahar hujan. Mayoritas masyarakat di Srodokan sebelum tahun 2010 mata pencaharian adalah bertani, ada juga yang buruh pabrik juga penambang pasir</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Masyarakat Srodokan menganggap Merapi kurang dianggap sakral atau dianggap biasa saja, mungkin karena letaknya yang jauh sekitar 14 kilometer dari puncak Merapi, jadi jika masyarakat pandangannya masih ‘<em>manut’</em> dengan pemerintah tentang informasi kegunungan atau keterkaitannya soal bencana letusan Merapi dan kepercayaan-kepercayaan tertentu yang terkait dengan bencana kegunungapian tidak ada karena dampaknya tidak terlalu dirasakan dengan ancamannya. Tetapi masyarakat tetap masih percaya dengan juru kunci Merapi, yaitu Mbah Marijan. Istilah jawa yang di bawa oleh masyarakat Merapi yang di gunakan adalah “Jowo di gowo, Arab digarap, Barat diruwat”, artinya walaupun kebanyakan masyarakat beragama islam, mereka tetap tidak lupa kejawen atau adat jawanya tidak pernah terlupa dan ajaran barat tetap dipakai atau digunakan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Menurut analisis Sondong, Mbah Marijan menjadikan namanya besar dikarenakan media yang banyak memberitakannya, dan Mbah Marijan tidak mau mengungsi waktu ancaman tahun 2006 itu dikarenakan dia punya analisis sendiri, mungkin ancamanya tidak mengarah ke tempat Mbah Marijan langsung tetapi mengarah ke kali Gendol untuk ancamannya Merapi saat “Geger Boyo” Runtuh tahun 2006. Geger Boyo adalah semacam bukit yang dipercaya warga lereng Merapi sebagai benteng supaya lahar hujan dan awan panas tidak ke selatan, orang menamai Geger Boyo dikarenakan bentuknya seperti punggung buaya. Sehingga bukaan kawah Merapi mengarah ke selatan. Banyak peran penting Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) saat itu didampingi oleh Mbah Marijan dalam menginformasi kan ancaman Merapi ke masyarakat lereng Merapi untuk mendapatkan informasi yang akurat. Sehingga informasi dari Mbah Marijan saat itu juga akurat karena tidak hanya memandang kondisi Merapi dilihat dari persepsi batiniah (Kejawen) tetapi juga didasari oleh penelitian resmi dari Pemerintah.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Merapi sebelum tahun 2010, BPPTKG Jogja biasanya mengukur dari kegempaan sebagai tremor tetapi setelah tahun 2010 pengukuran sudah tidak dapat mengacu pada itu melainkan pada tekanan gas yang di timbulkan oleh Merapi. Karena karakter Merapi sudah berubah, sebelum tahun 2010 waktu lalu karakter Merapi bersifat Impulsif (lelehan) tetapi sekarang eksplosif (letusan). Kebanyakan warga Merapi mengalami perubahan setelah erupsi Merapi 2010, yang awalnya warga menjadi petani, sekarang perubahan pencaharian menjadi berkebun, pencari pasir, bakul dikarenakan struktur lahan yang terdampak letusan Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sondong, dalam kaitannya saat bergabung kedalam komunitas Pengurangan Resiko Bencana dalam wadah yang bernama (Paguyuban Siaga) Pasag Merapi tahun 2007 sering mengadakan pertemuan rutin setiap bulan dan banyak hal yang dilakukan untuk mensosialisasikan ke masyarakat secara langsung dalam media pertemuan warga lereng Merapi menjelaskan informasi terkini berkaitan dengan status dan ancamannya bersama BPPTKG. Bahwa Merapi berbahaya dengan ancamannya di sosialisasikan ke 4 kabupaten, yakni, Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten terutama pada KRB III. Selanjutnya sebelum letusan tanggal 26 Oktober 2010, warga mengadakan ronda setiap malamnya, dibantu dengan penggunaan alat HT untuk mendapatkan informasi dari komunitas dan BPPTKG. HT juga dapat berfungsi sebagai pendeteksi sinyal seismograph, jika ada kegempaan atau guguran dapat diketahui dengan HT.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pasag Merapi adalah Paguyuban masyarakat Merapi yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk mewujudkan kesadaran,kepedulian dan kemandirian dalam menjaga kelestarian kawasan Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pasag Merapi bertujuan</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
1.Membangun kemandirian kesadaran dan kewaspadaan dalam pengurangan resiko bencana</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
2.Mendorong terwujudnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat di Gunung Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Latar Belakang dibentuknya Pasag merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
1.Menghadapi ancaman baik primer,sekunder maupun tersier dari letusan Gunung Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
2.Ikut serta melestarikan kehidupan di kawasan Gunung Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
3.Wujud kepedulian sebagai masyarakat kawasan Gunung Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
4.Karena hidup di kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
5.Bersama membangun tatanan sosial di kawasan Gunung Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
6.Sejarah penanganan bencana letusan Gunung Merapi yang tidak baik</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Organisasi ini bersifat</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
1.Terbuka : Memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk menjadi anggota Pasag Merapi</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
2.Sosial : Melakukan pengabdian untuk masyarakat atas dasar kesepakatan bersama</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
3.Mandiri : Mendorong Masyarakat melakukan tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman serta mengelola lingkungan secara benar yang bermanfaat bagi masyarakat banyak</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
4.Menghargai budaya lokal</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pada tgl 26 Oktober 2010 sore hari, Sondong dan teman-teman Cangkringan diundang untuk rapat koordinasi di Kemiren Srumbung Magelang, untuk membahas masalah informasi dan Komunikasi seperti apa, koordinasi masalah bantuan bagi yang ronda di wilayahnya masing-masing. Bantuan datang dari Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ‘Veteran’ yogyakarta dan Pasag Merapi dalam kaitannya pemberian bantuan kepada orang yang melakukan ronda malam dalam kesiagaan kebencanaan Merapi. Dan hasil pertemuan, warga menggunaan media sms dalam kaitanya mendapatkan dan memberikan informasi manajemen kebencanaan Merapi, jadi setiap harinya jika ada situasi seperti perubahan cuaca, atau kejadian akan di beritahukan kepada PSMB UPN mecatat informasi tersebut dan dibuat semacam kronologi kejadian letusan. Data tersebut juga masih tersimpan rapi. Tetapi pencatatan tersebut hanya dapat dilakukan hingga batas terjadinya letusan gunung Merapi dikarenakan para relawan dari berbagai wilayah lingkar Merapi juga sebagai korban bencana letusan sudah tidak bisa fokus memberikan informasi pada saat meletusnya Merapi dan saat itu juga terjadi korban tewas yakni Mbah Marijan dan 30 orang lainnya di Kinahrejo termasuk temannya Sondong.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Karena sudah tidak kondusif lagi keadaanya, Sondong pulang kerumah untuk mengecek keadaan sekitar rumah juga kampungnya dan masyarakat ternyata juga berkumpul di rumah Sondong di Dusun Srodokan untuk mencari informasi, Sondong menjadi ‘jujukan’ informasi dikarenakan saat itu hanya dia yang mempunyai HT sebagai pusat mendapatkan informasi terkini kaitannya dengan kondisi situasi Merapi. Masyarakat ingin mengetahui informasi kondisi keluarganya dan masih bertahan di rumahnya masing-masing (26/11/10). Selain itu juga, Sondong adalah anggota Karang Taruna di Desanya, dan dia juga mendata pengungsi di wilayah kelurahannya tetapi warga belum sampai menginap di pengungsian dan masih kembali ke rumahnya masing-masing karena masih sangat ketakutan dan trauma. Situasi saat itu pada tanggal 26 November 2010 sangat mencekam, Merapi masih mengeluarkan material dan suara gemuruhnya hingga menggetarkan kaca-kaca rumah dan ronda tetap masih di galakkan secara bergantian. Pengumpulan bantuan logistik dari kelurahan Kepuharjo diletakkan rumah Sondong, karena waktu itu pandangan teman-teman warga dari kepuharjo di wilayah Srodokan masih dianggap masih aman yaitu di rumah Sondong. Semakin lama semakin mencekam, beberapa waktu setelah tanggal 26 November 2010, orang lanjut usia, balita jika malam pergi ke tempat yang lebih aman, dan pemuda masih tetap tinggal dirumahnya untuk tetap meronda menjaga keamanan secara swadaya.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Saat itu sempat banjir besar di kali Opak, padahal biasanya kali tersebut tidak pernah banjir. Pasag Merapi adalah warga Merapi itu sendiri, yang telah dibekali oleh ilmu kebencanaan kegunungan diseputar Merapi. Peran Pasag Merapi saat itu juga masih tetap masih kirim-kirim informasi dari masing-masing wilayahnya, relawan Pasag Merapi sudah menjadi lagi sebagai masyarakat biasa mengurusi diri sendiri dan keluarganya dan membantu mengevakuasi masyarakat. Di Srodokan ada juga 1 orang meninggal dikarenakan tidak mau mengungsi. Beberapa jam kemudian, di Dusun Srodokan saat itu masih ujan pasir dan sudah mengkosongkan seluruh warganya menuju pengungsian walau masih belum ada kejelasan dari pemerintah di Maguwoharjo. Pemerintah desa saat itu memerintahkan warga Cangkringan untuk mengungsi di lapangan sepakbola di Maguwoharjo yang nota bene dianggap tempat yang paling aman dari bencana letusan Merapi padahal belum ada kejelasan pasti seperti apa konsep pengungsiannya dan pendataan yang masih kacau juga pemerintah kurang memanusiakannya. Kondisi warga saat dipengungsian sangat membludak terlalu rame karena pengungsian dipusatkan di Maguwoharjo, semuanya masih mengurusi diri sendiri belum sempat mencari keluarga ataupun korban yang terkena bencana juga sinyal operator seluler masih mati.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pada tanggal 5 Desember 2010, Dusun Srodokan semua rumah sudah tertimbun pasir setinggi 6 meter. Sondong juga berdiskusi dengan keluarga dan teman-teman warga untuk berpindah ke pengungsian mandiri di wilayah kelurahan Manjung Klaten agar terurusi dengan baik sebanyak 14 kepala Keluarga. Secara tidak sengaja Sondong ketemu dengan teman-teman di Deles Klaten, Pak Sukiman. Seminggu setelah letusan besar, Sondong memutuskan untuk menongok kampungnya dari kampung sebelah, dia tidak bisa mendekat karena lahan tanah di kampungnya masih membara sangat panas akibat panas magma Merapi yang masih aktif membara. Dan tanah yang di Srodokan belum bisa ditapaki karena masih sangat panas, pohonpun masih nyala terbakar. 2 minggu setelah letusan Sondong mencoba untuk kembali ke rumahnya lagi dengan Bapaknya, dan mencoba untuk ‘tilik’ rumah yang sebagian terbakar tetapi secara kebetulan barang-barang seperti selimut dan celengan Jago yang berisi uang 2 juta 7 ratus ribu masih tetap utuh bisa dipakai untuk modal mengungsi walau recehan tetapi barang lainnya seperti motor, televisi dan lainnya sudah hancur terbakar.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Pasag Merapi otomatis berperan di lingkungannya masing-masing saat bencana letusan itu terjadi karena anggota Pasag Merapi adalah warga Merapi itu sendiri dan mereka adalah selain relawan mereka juga adalah korban bencana. Dan Jalin Merapi berperan sebagai dalam mengelola informasi dan komunikasi melalui sosial media dalam kebencanaan kegunungapian di Merapi dan merekrut beberapa mahasiswa menjadi relawan dalam hal menagani para pengungsi dan mengelola bantuan selain menginformasikan melalui media sosial. Dan saat Sondong bergabung dalam Pasag Merapi diberikan fasilitas dan dia sudah fasih akan alat-alat yang menunjang sebagai sistem peringatan dini seperti megaphone, HT, P3K hancur bersama awan panas.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Selain itu pasca Letusan Merapi, warga juga melakukan pembenahan dan perbaikan restrukturisasi ekonomi untuk melanjutkan dan memulai hidup baru kembali setelah semua rumah dan lahan pertanian terbakar dengan mengelola bantuan logistik, papan sandang dan pangan, dan juga mengikuti program padat karya dari pemerintah seperti “Cash Money Walk” atau program bersih-bersih (kerjabakti) di kampung tetapi dibayar oleh pemerintah, ada juga bantuan yang berwujud uang tunai. Tahun 2011 awal, Sondong berinisiatif membuka wisata Lava Tour selama beberapa bulan, dengan nama Batu Seribu, tetangga dan teman-temannya menawarkan jasa Tour Guide dan jasa sewa mobil offroad ataupun menjadi tukang parkir. Magnet ketertarikan yang mendatangkan orang hanya untuk melihat karena penasaran akan besarnya dampak yang di timbulkan oleh letusan Merapi yang dahsyat.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Tahun 2011, saat musim hujan sering terjadi aliran banjir lahar hujan dari material Merapi dan Sondong merasa membutuhkan alat komunikasi dengan meminta Pak Sukiman dan dia menyarakan untuk menghubungkan dengan teman-teman Jalin Merapi agar di bantu dalam halnya untuk memfasilitasi alat komunikasi ke Sondong, sehingga dibentuklah posko Jalin Merapi di Cangkringan untuk mengelola informasi dan logistik bantuan bencana Merapi. Banyak sekali warga yang terkena dampak letusan Merapi masih berada di pengungsian ataupun di lokasi-lokasi aman juga ada yang menempati menumpang di rumah keluarganya belum kembali hingga saat ini, tetapi keluarga Sondong memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya yang telah terbakar dan tertimbun pasir setinggi 6 meter. Mereka membersihkannya dan memperbaiki rumahnya untuk ditempati kembali, alasan keluarga Sondong untuk segera kembali kerumahnya dan memulai melanjutkan hidup sedia kala adalah yang mendasar alasan ekonomi, walaupun tidak aman tetapi merasa nyaman tinggal berada di rumah sendiri daripada hunian tetap karena kehidupan di hunian tetap sangat berbeda dari segi kultur dan biaya hidup lebih tinggi di hunian tetap seperti buang sampah harus membayar, orang cenderung konsumtif yang tadinya produktif, membayar biaya air, hidupnya boros karena seperti di perumahan, apa-apa bayar. Berbeda dengan hidup di rumah semula, seperti jika ingin sayuran atau buah-buahan tinggal memetik di lahan pekarangan, dan juga bisa beternak, mengambil rumputpun tidak susah. Dan warga lain belum berani kembali ke rumahnya diarenakan masih trauma, ketakutan dengan pemerintah juga dikarenakan pemerintah melarang membangun rumah ditempat semula.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpa1/t1.0-9/q77/s720x720/10394580_10152400865176136_5872878001991331434_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Perlu diketahui bahwa, wilayah Dusun Srodokan sebelum terdampak oleh letusan Merapi pada tahun 2010 terdapat kepala keluarga yang tinggal disana ada sekitar 204 kepala keluarga, tetapi setelah erupsi Merapi hingga saat ini yang kembali ke rumah semula hanya 2 kepala keluarga saja yang tinggal di Dusun Srodokan, yaitu orang tua dan Paman Sondong. Warga dahulu memang mendapatkan shelter (hunian sementara) terbuat dari bambu yang bersifat sementara dari pemerintah dengan anggaran 7-8 juta per rumah sebelum menjadi hunian tetap. Sekarang telah menjadi hunian tetap (huntap) dengan anggaran sekitar 30 juta untuk setiap ruamahnya setiap kepala keluarga. Semenjak itu setelah berangsur-angsur keadaaan sudah dingin, orang beralih profesi menjadi penambang, ada yang manual, ada juga yang menggunakan alat berat. Pasir yang ditambang secara manual maupun dengan alat berat adalah pasir yang menimbun rumah-rumah warga itu sendiri di jual ke orang yang membutuhkan pasir dari luar kota. Dan uang itu masuk ke masing-masing pemilik rumah yang tertimbun pasir tersebut dan uangnya digunakan untuk keperluan sehari-hari atau perbaikan hunian tetap. Harga pasir dijual dengan nominal seharga 25-30 ribu per rit, jika batu di jual seharga 40 ribu per rit, uang tersebut adalah bagi pemilik pasir tetapi orang yang menambang pasir mendapatkan bagian sebesar 90 ribu per rit dan penambang batu mendapatkan 100 ribu per rit.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Menurut Sondong, kehidupan di hunian tetap seperti potensi ternak, pertanian dan lain sebagainya akan gampang terbengkalai dan secara lambat laun kehidupan warga akan cepat mati secara psikologis dikarenakan aktivitas warga sangat berkurang drastis dengan rumah yang sekecil itu, pikiran orang dapat mengarah ke arah yang negatif soal iri dengki dengan sesama tetangga dengan cara kehidupan berubah seperti perkotaan semacam kompleks hunian perkotaan bukan kampung, hunian tetap akan efektif menurutnya paling hanya bertahan hingga 3 generasi saja.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
sumber : https://www.facebook.com/notes/10152437718135480/</div>
<div>
penulis : Nuno rahman</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-24104824818893957452014-05-12T19:20:00.002-07:002014-05-12T19:20:35.867-07:0008.57 Laporan aktivitas #Merapi tanggal 12 Mei 2014 Cuaca cerah diseputar pos PGM terjadi pada pagi, sore dan malam hari, via BPPTKG<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">1.08.57 Laporan aktivitas </span><a class="_58cn" data-ft="{"tn":"*N","type":104}" href="https://www.facebook.com/hashtag/merapi" style="background-color: white; color: #3b5998; cursor: pointer; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-decoration: none;">#Merapi</a><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"> tanggal 12 Mei 2014 Cuaca cerah diseputar pos PGM terjadi pada pagi, sore dan malam hari, via BPPTKG</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">2. sementara siang hari medung dan berkabut. Asap solfatara berwarna putih tipis, bertekanan lemah, tinggi asap maksimum 350m,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">3. condong ke barat, teramatai dari Pos PGM Ngepos pada pukul 06.06 WIB</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">4. Suara dentuman dari puncak #Merapi tidak terdengar dari Pos PG</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">M<br />5. Suhu udara di seputar pos PGM berkisar antara 17.8 - 31.2 °C, Kelembaban udara 55-98 %RH, Kecepatan angin 0 - 14.8 km/jam,<br />6. tekanan udara 688.9 - 836.3 hpa. Kegempaan 12 Mei 2014: Guguran 12x, Multiphase 1x, Tektonik 6x<br />7. 13 Mei 2014, 00.00 - 07.00 WIB: Tektonik 3x, Guguran 2x. Status aktivitas #Merapi Waspada</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-66714752894420366422014-05-12T19:16:00.001-07:002014-05-12T19:16:41.771-07:00Sosok Mbah Marjo Hutomo<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/v/t1.0-9/q71/s720x720/10314726_10152355488956136_682285900965935207_n.jpg?oh=c8e033259c3c9854f3b5d7c0fda49722&oe=53F0A980&__gda__=1408597307_51cb3875f9a96584c47473ff9961b39b" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sebagai orang Jawa asli Mbah Marjo yang lahir dan dibesarkan di tanah Jawa Yogyakarta di Lereng Merapi tepatnya di Bukit Turgo, karakter dan falsafahnya Simbah Marjo yang<strong>adhi luhung</strong> (<em>sarat makna</em>) yang tercermin dalam <strong>lakuning Orep</strong> (<em>perilaku hidup sehar-hari</em>). Hal ini patut saya tiru sebagai upaya untuk melestarikan dan menjunjung tinggi (<strong><em>njunjung dhuwur</em></strong>) nilai-nilai luhur yang saat ini mulai terkikis oleh globalisasi. Beberapa hari ini saya sering ke lereng Merapi untuk mengunduh ‘Kaweruh’ tentang kearifan lokal yang berlangsung bertahun-tahun dengan keunikannya di seputar lereng Merapi. Saya bertemu dan tertarik dengan semua hal yang Mbah Marjo lakukan untuk masyarakatnya. Sosok orang tua seperti Mbah marjo adalah benar-benar <em>migunani</em> dan menjadi teladan bagi keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Oya, sedikit balik ke masa lalu, tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik, nah Beliau tinggal disini, di lereng Bukit Turgo, desa terakhir yang berjarak 5 km darpi puncak Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sisa-sisa keperkasaanya masih terlihat jelas diwajahnya walaupun dibalut dengan kulit yang sudah keriput yang sebagian tubuhnya terkena awan panas Merapi. Menghabiskan sisa hidup bersama dengan istri dan juga cucunya yang mengurus segala keperluan hidupnya. Keseharianya Beliau berkebun dan mengurusi ternaknya saja karena faktor usia sehingga tidak banyak aktivitas yang dilakukan. Ungkapan Mbah Marjo ini sebagai wujud adanya sikap budaya luhur yang masih menjadi orientasi masyarakat Bukit Turgo tempo dahulu. Nasehat itu masih sangat relevan untuk diaktualisasikan kembali saat ini. Orang Jawa memiliki sikap hidup samadya (sedang-sedang, sewajarnya, secukupnya) saja, yang menggambarkan tidak adanya orientasi pada harta benda, atau ngoyak kadonyan (mengejar harta), secara berlebihan. Sikap luhur ini menyangkut peran sosial dari seseorang.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Salah satu epik yang di kisahkan oleh Mbah Marjo adalah bagaimana beliau mendapatkan mimpi di setiap kejadian tentang letusan merapi, mulai dari tahun 1994 hingga 2010 waktu lalu beliau selalu mendapatkan pesan sebelumnya letusan itu benar-benar terjadi. Beliau mengkisahkan bahwa sesosok makhluk menemuinya dengan pakaian “Beskap” khas Jawa dengan keris dan blangkon yang menempel pada tubuhnya berpesan “Eyang Sapu Jagad akan melakukan arak-arakan menuju ke pantai selatan”, kurang lebih begitu. Dari pesan itu, Beliau selalu memberikan peringatan kepada masyarakat disekitarnya, tetapi banyak yang tidak percaya akan prediksinya dari pesan mimpi yang diterimanya. Merapi pun punya cara tersendiri “berkomunikasi” dengan Mbah Marjo sekitar sebelum terjadi erupsi. Jauh hari sebelum peradaban mengenal teknologi, masyarakat telah banyak belajar dari gejala-gejala alam. Saya beranggapan, dulu saat muda, bahwa Mbah Marjo adalah aktivis sosial kemasyarakatan di lereng merapi, adalah cermin lelaki senja yang tak mudah menyerah dan selalu bersyukur (“Nerimo”) apa adanya. Beliau juga aktivis Pasag Merapi di eranya, rumah beliau adalah saksi awal mula Pasag Merapi Berdiri di tahun 1994. Rumah beliau dijadikan sebagai tempat pertemuan berkali-kali untuk menggodog pengetahuan dan pemahaman soal Merapi yang di inisiasi oleh KAPALA dari UPN Veteran Yogya. Beliau selalu mengajarkan pengetahuan dan pemahaman tentang gejolak Merapi kepada masyarakat agar dapat memahami tanda-tanda yang akan muncul dan mengenali lebih dekat karakter Merapi sehingga masyarakat itu sendiri akan dapat hidup berdampingan dengan bencana sekaligus berkah akibat dari “Ngeduke Bahan” (menurunkan material) Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Mbah Marjo saya nilai memiliki kelebihan yang tak dimiliki orang lain. Kelebihan itu ialah konsistennya pada dunia keilmuan falsafah yang melatar belakangi oleh Merapi yang luhur. Selain itu, sosok Mbah Marjo juga saya kenal sebagai orang yang sangat rendah hati, sederhana, dan berkepribadian luhur. Bagi saya, Mbah Marjo itu orang yang berdedikasi tinggi dan tidak pernah memperlihatkan keangkuhan dengan ilmunya yang segudang, seperti pepatah, “Sing penting tandang, ra kudu kondang” (yang penting itu berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang, tidak harus terkenal atau dikenal). Namun, beliau juga orang yang bersyukur dan tak pernah tergoda dengan berbagai gelimang keduniawian, orang yang santun, sederhana, dan rendah hati. Mbah Marjo adalah tokoh masyarakat yang disegani, beliau seringkali ditemui berbagai media nasional maupun internasional untuk menggali pengetahuannya soal kearifan lokal di Merapi yang memang unik tetapi mbah Marjo yang bersahaja tidak pernah sombong akan pemberitaannya mengenai beliau di media-media. Memang Mbah Marjo tidak seterkenal Mbah Marijan, tetapi daya dan upayanya dalam peran kebencanaan di Merapi sangatlah tidak bisa dianggap remeh.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<span class="photo " style="padding: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc3/t1.0-9/q71/s720x720/10314504_10152355490886136_5097182658744797092_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Yang saya tangkap dari Mbah Marjo, beliau mengajarkan ajaran yang luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan yang mengerti akan Merapi, tetapi juga diajarkan pula petunjuk-petunjuk sederhana dalam kehidupan bermasyarakat yang harus dapat menolong sesama dan tidak serakah. Pesan Beliau, semua perbuatan itu yang baik maupun yang jahat, pasti akan berbalik berlipat kepada diri kita sendiri. Dan setiap kebaikan yang kita lakukan pada orang lain akan menjadi “pagar” yang mengelilingi diri kita sendiri. Sehingga kita tak bisa dicelakai orang lain, sebaliknya akan mendapat keselamatan, serta meraih ilmu kabegjan (keberuntungan). Beliau juga menuturkan bahwa sikap arif masyarakat terhadap alam, menjadikan alam sekitar gunung Merapi menjadi lestari dan terjaga keseimbangan ekologinya sehingga bisa berdampingan antara manusia dengan alam. Walaupun menggantungkan hidupnya pada Merapi, masyarakat tidak sampai memanfaatkannya secara berlebihan. Oleh karenanya, kearifan lokal memberikan manfaat bagi masyarakat. Tidak heran jika masyarakat Turgo selalu dan tetap menjaga kelestarian alam Merapi.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
sumber : https://www.facebook.com/notes/nuno-rahman/sosok-mbah-marjo-hutomo/10152385003920480</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Penulis : Nuno Rahman</div>
<div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-12089557193227260012014-05-11T23:24:00.002-07:002014-05-11T23:24:43.978-07:00Laporan aktivitas Merapi 11 Mei 2014 BPPTKG<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">1. Cuaca cerah di seputar Pos Pengamatan Gunung Merapi terjadi pagi, sore dan malam hari, sementara pada siang hari mendung dan berkabut.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">2. Asap solfatara teramati berwarna putih tipis, bertekanan lemah,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">3. tinggi asap maksimum 150 m condong ke Barat teramati dari Pos PGM Babadan pada pukul 06.00 WIB.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">4. Suhu udara di sekitar Pos Pengamatan Gunung Merapi berkisar antara 16.2– 31.6 ⁰C, Kelembaban berkisar 54 – 97 % RH,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">5. kecepatan angin berkisar 0 – 9.7 Km/jam, tekanan udara berkisar 688.7 – 836.0 hpa.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">6.Kegempaan 11 Mei 2014 Guguran : 10x Tektonik : 8x Tele: 2x,Tanggal 12 Mei 2014 00.00-07.00 WIB Tektonik : 2x</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-31209529054617269692014-03-23T08:15:00.000-07:002014-03-23T08:15:01.005-07:00Agenda PASAG MERAPI Minggu ini<b><span style="background-color: white; line-height: 14.079999923706055px;"><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">1.Tgl 24 ; Rakor Forum PRB Jateng,..di Bakorwil II Surakarta. </span></span></b><br />
<b><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br style="background-color: white; line-height: 14.079999923706055px;" /><span style="background-color: white; line-height: 14.079999923706055px;">2.Tgl 25; Lokakarya Sistem Tanggap Darurat Bencana,di Hotel Shantika,</span></span></b><br />
<b><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="background-color: white; line-height: 14.079999923706055px;"> </span><br style="background-color: white; line-height: 14.079999923706055px;" /><span style="background-color: white; line-height: 14.079999923706055px;">3.Tg</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; line-height: 14.079999923706055px;">l 25; Koordinasi Volcano City-8 "Session Indonesia,di BPPTKG</span></span></b><br />
<b><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; line-height: 14.079999923706055px;"><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br />4.Tgl 25: Pelatihan Promosi Produk Unggulan Desa,diHotel Quin</span></span></b><br />
<b><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; display: inline; line-height: 14.079999923706055px;"><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br />5.Setiap Senin dan Kamis;Pelatihan Pembentukan Desa Tangguh Bencana utk desa Kepuharjo dan Wukirsari Cangkringan</span></span></b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-31368204173438889792014-02-06T01:15:00.003-08:002014-02-06T01:15:57.911-08:00 LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Tanggal 24 - 30 Januari 2014<br />
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong><br /></strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong>I. HASIL PENGAMATAN</strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=tingkat-kegiatan" style="color: black;">Visual</a> </strong></span></div>
<span style="background-color: #ffffcc; font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">Cuaca di sekitar G. Merapi umumnya cerah pada pagi hari dan sesekali teramati malam hari. Asap solfatara tampak berwarna putih, tebal, tekanan lemah tinggi asap 50 m condong kearah Timur, terukur dari Pos Kaliurang tanggal 24 Januari 2014 pukul 07.20 WIB. Angin bertiup dengan tekanan lemah sampai sedang dari arah Barat. </span><div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="310" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/24-30Jajnuari2014_1_eae390.png" width="549" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 1. Morfologi puncak Merapi yang terlihat dari stasiun CCTV Pasarbubar tanggal 25 Januari 2014 tidak menunjukkan adanya perubahan.</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong><span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=webicoder" style="color: black;"><span style="font-size: x-small;">Seismik</span></a></span></strong></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"> </span><span style="font-size: x-small;"><br />Pada minggu ini, kegempaan G. Merapi tercatat gempa guguran sebanyak 7 kali, MP 12 kali, dan LHF 2 kali. Gempa guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 45 mm dan durasi 50 detik dan gempa LHF yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 15 mm dan durasi 10 detik. Gempa tektonik tercatat 34 kali. Pada tanggal 25 dan 27 Januari 2014 terjadi gempa tektonik dengan masing-masing dengan kekuatan 6,5 SR pada pukul 12.14 WIB dan 5,3 SR pukul 23.15 WIB. Berdasarkan jenis dan jumlah gempa yang terjadi menunjukan bahwa aktivitas G. Merapi dalam kedaan normal.</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="398" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/24-30Jajnuari2014_2_876b53.png" width="563" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 2. Statistik kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2013 – Januari 2014.<br /></span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong>Deformasi </strong> </div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Pemantauan deformasi menggunakan EDM di G. Merapi dilakukan dari pos-pos pengamatan (Pos Selo, Pos Jrakah, Pos Kaliurang dan Pos Babadan) masing-masing terhadap reflektor RS2, RJ2, RK2, RB1. Pengukuran deformasi (EDM) tanggal 24 sampai dengan 31 Januari 2013 di Pos Selo (RS2) dan Babadan (RB1) tidak dapat dilakukan karena cuaca berkabut dan mendung. Data EDM di Pos Kaliurang (RK2) fluktuasi antara +1 mm sampai dengan -7 mm, memendek 6 mm (0,75 mm/hari); Pos Jrakah (RJ2) fluktuasi +1 mm sampai dengan -1 mm, memendek 1 mm (0,1 mm/hari). Pengukuran jarak reflektor bervariasi di bawah 1 cm (di bawah ralat pengukuran). Hasil ini menunjukan bahwa terjadi deformasi di tubuh G. Merapi, namun tidak signifikan. </div>
<div align="center" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<img border="0" height="438" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/24-30Jajnuari2014_3_b1f971.png" width="635" /></div>
<div align="center" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan, dan Selo bulan Januari 2013 – Januari 2014</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<div align="left">
Data pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter di Stasiun Plawangan pada minggu ini belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan. Sumbu-X (arah Barat-Timur) memiliki kemiringan +0,2 mikroradian dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan) memiliki kemiringan +0,1 mikroradian, sedangkan suhu alat rata-rata 19,16 0C. Data deformasi belum menunjukkan adanya inflasi ataupun deflasi.</div>
<div align="left">
</div>
<div align="center">
<img border="0" height="396" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/24-30Jajnuari2014_4_fe952a.png" width="622" /> </div>
<div align="center">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun plawangan Januari 2013 –Januari 2014, sumbu-X (arah Barat-Timur) dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan). </span></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>Hujan dan Lahar</strong></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
Tercatat pada minggu ini hujan terjadi di semua pos hampir setiap hari. Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 46 mm/jam, selama 55 menit terjadi di pos Kaliurang pada tanggal 24 Januari 2014. Kendati hujan terjadi setiap hari, namun tidak ada lahar di sekitar sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi. </div>
<div align="left">
</div>
<img border="0" height="454" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/24-30Jajnuari2014_5_68e5cb.png" width="626" /><div>
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2014</span></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>II. KESIMPULAN DAN SARAN</strong></div>
<div align="left">
<ol>
<li>Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”.</li>
<li>Kegiatan pendakian G. Merapi disarankan hanya sampai di Pasarbubar (± 2500 m dpl) saja, untuk menghindari kejadian hembusan gas, abu vulkanik, dan letusan freatik yang bisa terjadi setiap saat.</li>
<li>Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.</li>
</ol>
</div>
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
sumber: <a href="http://merapi.bgl.esdm.go.id/">http://merapi.bgl.esdm.go.id/</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-64697482876907307592014-01-27T03:39:00.001-08:002014-01-27T03:39:15.467-08:00Pasag Merapi Tidak Menolak Penambangan Pasir, Asal Dilakukan secara Benar<br />
<div id="mulai" style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
<span style="background-color: lightcyan; font-weight: bold;">Rabu, 04 Juli 2007</span></div>
<div id="mulai" style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
<b>SRUMBUNG -</b> Paguyuban Sabuk Gunung (Pasag) Merapi menilai aksi warga Ngablak, Srumbung, Magelang, memblokade jalan menuju hutan lindung (<i>Suara Merdeka</i>, 26/6) sebagai gerakan moral agar aparat berwenang mau menjalankan tugas dengan baik.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
"Sebab perusakan hutan itu sudah dilaporkan ke pemerintah desa, kepolisian, bahkan ke Perhutani, dua setengah tahun lalu. Namun tidak ada respons yang baik," ungkap Purwo Widodo, Koordinator Pasag Merapi, kemarin.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
Menurut dia, Pasag Merapi mendukung aksi di hutan pinus Petak 36K. Terlebih, penambangan pasir yang tidak benar akan mengurangi daerah resapan. Apalagi jika itu dilakukan di kawasan hutan yang berfungsi sebagai peredam awan panas.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
Didampingi tiga pengurus yang lain, Sidorman, Anang Ismail, dan Suwaji, ia mengungkapkan, Pasag Merapi juga membuat usulan soal pertambang dalam buku kecil draf pengelolaan kawasan Merapi.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
"Pasag Merapi tidak pernah menolak penambangan pasir di kawasan Merapi. Namun penambangan harus memperhatikan kaidah yang ada. Yakni, keselamatan orang dan lingkungan, keberlanjutan, dan manfaat bagi masyarakat lokal," tuturnya.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
Sabodam di aliran Kali Batang yang ambrol, menurut dia, adalah bukti buruknya kinerja instansi yang mengerjakan proyek tersebut. Sebab, menurut dia, mereka tidak pernah melakukan pengawasan dan perawatan. "Dari sisi mitigasi bencana, tindakan struktural/fisik haruslah diikuti dengan tindakan nonstruktural. Bukan hanya membangun, dapat proyek, dan selesai," tandasnya. (pr-72)</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px;">
Sumber: <a href="http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/04/ked03.htm">http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/04/ked03.htm</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-50469138816878174052014-01-25T23:42:00.001-08:002014-01-25T23:42:43.093-08:00 LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Tanggal 10-16 Januari 2014<br />
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong>I. HASIL PENGAMATAN</strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=tingkat-kegiatan" style="color: black;">Visual</a> </strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Cuaca cerah di sekitar G. Merapi umunya pada pagi dan malam hari, sesekali siang dan sore hari terjadi sesaat. Asap solfatara umunya berwarna putih, tipis hingga tebal, tekanan lemah. Tinggi maksimum 600 m, arah tegak di ukur dari Pos Jrakah pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 05.05 WIB.</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong><span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=webicoder" style="color: black;"><span style="font-size: x-small;">Seismik</span></a></span></strong></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"> </span><br /><span style="font-size: x-small;">Kegempaan G. Merapi tercatat adanya gempa guguran sebanyak 21 kali, gempa tektonik 4 kali, dan MP 8 kali. Gempa guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 30 mm dan durasi 40 detik, gempa LHF amplitude maksimum 100 mm dan durasi 40 detik. Melihat jenis dan jumlah gempa yang terjadi menunjukan bahwa aktivitas G. Merapi dalam kedaan normal.</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="440" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/1_c1a7f0.png" width="621" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"><br />Gambar 1. Statistik kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2013 – Januari 2014.<br /></span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong>Deformasi </strong> </div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Pemantauan deformasi menggunakan EDM di G. Merapi dilakukan dari pos-pos pengamatan (Pos Selo, Pos Jrakah, Pos Kaliurang dan Pos Babadan) masing-masing terhadap reflektor RS2, RJ2, RK2, RB1. Pengukuran EDM pada reflektor RS2, RJ2 dan RB1 tidak dapat dilakukan dikarenakan tertutup kabut. Pada reflektor RK2, data EDM terukur berfluktuasi antara -3 mm hingga -5 mm, nilai perubahan jarak +1 mm, (0,01 mm/hari). Hasil pengukuran jarak reflektor bervariasi di bawah 1 cm (di bawah ralat pengukuran). Hasil ini menunjukan bahwa deformasi yang di tubuh G. Merapi tidak signifikan.</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="431" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/2_315b8a.png" width="620" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 2. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan, dan Selo bulan Januari 2013 – Januari 2014</span></div>
<br style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;" /><div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Data pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter di Stasiun Plawangan pada minggu ini belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan. Sumbu-X (arah Barat-Timur) memiliki kemiringan +0.3 mikroradian dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan) memiliki kemiringan -0,1 mikroradian, sedangkan suhu alat rata-rata 19,36 0C. Data deformasi belum menunjukkan adanya inflasi ataupun deflasi.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="402" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/3_1e95f3.png" width="600" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 3. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun plawangan Januari 2014 sumbu-X (arah Barat-Timur) dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan).</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>Hujan dan Lahar</strong></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
Pada minggu ini, hujan terjadi di setiap hari di semua pos pengamatan G. Merapi. Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 30 mm/jam selama 50 menit terjadi di pos Babadan pada tanggal 13 Januari 2013.</div>
<div align="left">
</div>
<div>
<img border="0" height="449" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/4_e5c72c.png" width="616" /></div>
<div>
</div>
<div>
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2013 – Januari 2014</span></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>II. KESIMPULAN DAN SARAN</strong></div>
<div align="left">
<ol>
<li>Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”.</li>
<li>Kegiatan pendakian G. Merapi disarankan hanya sampai di Pasarbubar (± 2500 m dpl) saja, untuk menghindari kejadian hembusan gas, abu vulkanik, dan letusan freatik yang bisa terjadi setiap saat.</li>
<li>Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.</li>
</ol>
<div>
<br /></div>
<div>
sumber: <a href="http://merapi.bgl.esdm.go.id/" style="text-align: center;">http://merapi.bgl.esdm.go.id/</a></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-45482669567184302242014-01-15T23:08:00.000-08:002014-01-16T23:50:49.947-08:00Sukiman, Relawan Merapi bakal Presentasi di Universitas Osaka Jepang<br />
<div class="wp-caption alignleft" style="background-color: white; border: 0px solid rgb(230, 230, 230); box-sizing: border-box; color: #505050; float: left; font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin: 0px 15px 15px 0px; max-width: 100%; padding: 4px 3px 5px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: 320px;">
<div class="wp-caption-image" style="border: 2px solid rgb(230, 230, 230); box-sizing: border-box; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 4px 3px 5px; vertical-align: baseline;">
<img alt="dok.timlo.net/rori" class="attachment-post-thumbnail wp-post-image" src="http://www.timlo.net/wp-content/uploads/2014/01/Sukiman_0001.jpg" height="254" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 98.5%; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto;" width="338" /><br />
<div class="wp-caption-text" style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: inherit; font-size: 10px; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: 1.5; padding: 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;">
dok.timlo.net/rori</div>
</div>
<div class="wp-caption-desc" style="border: 0px rgb(230, 230, 230); color: #9b9b9b; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: normal; margin-left: 9px; margin-right: 9px; margin-top: 9px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 310px;">
Sukiman, relawan Merapi</div>
</div>
<div style="background-color: white; border: 0px rgb(230, 230, 230); color: #505050; font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="border: 0px rgb(230, 230, 230); font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Klaten –</strong> Ketua Jaringan Komunikasi Lingkar (Jalin) Merapi, Sukiman Mohtar Pratomo dalam waktu dekat bakal menjadi narasumber dalam kegiatan bersama di Universitas Osaka dan Pemerintah Jepang. Sedangkan pemaparan presentasinya adalah berkaitan dengan ketangguhan warga merapi (Lintas Merapi Community Radio) menghadapi ancaman merapi dan pengelolaan informasi berbasis radio komunitas.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px rgb(230, 230, 230); color: #505050; font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Menurut Sukiman, ketangguhan warga lereng gunung Merapi dalam menghadapi bencana itu akan dipresentasikan di Osaka University Japan, Sabtu-Minggu (25/1-2/2). Warga Deles RT 027/009, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang itu akan memaparkan perjuangan warga lereng Merapi dalam menghadapi bencana seperti gunung meletus, lahar dingin, wedus gembel dan bencana lain.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px rgb(230, 230, 230); color: #505050; font-family: HelveticaNeue, 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin-bottom: 20px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam kesempatan itu, Sukiman mewakili Radio Komunitas Lintas Merapi, Pasag Merapi, TSD Sidorejo dan masyarakat kawasan lereng Gunung Merapi.<br />
<br />
<br />
<br />
sumber: <a href="http://www.timlo.net/baca/68719526442/sukiman-relawan-merapi-bakal-presentasi-di-universitas-osaka-jepang/">http://www.timlo.net/baca/68719526442/sukiman-relawan-merapi-bakal-presentasi-di-universitas-osaka-jepang/</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-9503903710275607672014-01-15T22:38:00.002-08:002014-01-15T22:38:47.107-08:0013 TEWAS, 2 HILANG DAN 40 RIBU JIWA MENGUNGSI DARI BANJIR DI SULAWESI UTARA<br />
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style: none; margin-bottom: 1em; padding: 0px;">
<span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">Kombinasi antara faktor alam dan antropogenik memicu terjadinya banjir bandang dan longsor yang masifi di Sulawesi Utara pada Rabu (15/1). Banjir terjadi di 6 kabupaten/kota di Sulut secara bersamaan, yaitu Kota Manado, Minahasa Utara, Kota Tomohon, Minahasa, Minahasa Selatan, dan Kepulauan Sangihe. Data sementara dampak keseluruhan, 13 orang tewas, 2 orang hilang, dan sekitar 40 ribu mengungsi.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style: none; margin-bottom: 1em; padding: 0px;">
<span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">Di Kota Manado 5 tewas, 1 orang hanyut belum ditemukan (Veber Sony Lowing). Di Kota Tomohon 5 orang tewas. Di Minahasa 3 orang tewas, 1 orang hilang (Niko, 54), dan 1 orang luka berat. Kab Minahasa Utara 3 desa dengan 1.000 jiwa terisolir akibat banjir dan longsor. Di Kep Sangihe bebeapa rumah tertimbun longsor. Diperkirakan sekitar 40 ribu warga mengungsi ke tempat yang aman.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style: none; margin-bottom: 1em; padding: 0px;">
<span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">Hujan deras dipicu oleh sistem tekanan rendah di perairan selatan Filipina yang menyebabkan pembentukan awan intensif. Selain itu juga adanya konvergensi dampak dari tekanan rendah di utara Australia sehingga awan-awan besar masuk ke wilayah Sulut. 4 sungai besar di Kota Manado meluap dan menghanyutkan puluhan rumah dan kendaraan. Bencana kali ini lebih besar daripada sebelumnya yang pernah terjadi pada tahun 2000 yang menyebabkan 22 tewas, dan Februari 2013 yang meneybabkan 17 tewas.</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style: none; margin-bottom: 1em; padding: 0px;">
<span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">BPBD Prov Sulut berkoordinasi dengan BPBD Kab/Kota, TNI, Polri, SAR, RAPI, Tagana, PMI, relawan dan lainnya bersama-sama membantu mengevakuasi masyarakat. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi penanganan darurat. Logistik dan peralatan di BPBD dikerahkan seperti dapur umum, perahu karet, tenda, matras, selimut, permakanan dll. Kebutuhan mendesak: perahu karet, tenda, matras, selimut, makanan, pakaian dan kebutuhan dasar. Posko sudah didirikan di beberapa tempat. Pendataan masih dilakukan. Info lanjut: Noldy Liow (Ka BPBD Sulut, 081356947776) dan Kris (BPBD Sulut, 081340439331)</span></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; list-style: none; margin-bottom: 1em; padding: 0px;">
<span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">Sutopo Purwo Nugroho</span><br style="list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;" /><span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;">Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB</span></div>
<div>
<span style="color: black; list-style: none; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-85531758816527499572013-12-29T19:40:00.004-08:002014-01-16T23:51:24.179-08:00 LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Tanggal 20-26 Desember 2013<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong>I. HASIL PENGAMATAN</strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=tingkat-kegiatan" style="color: black;">Visual</a> </strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Secara umum G. Merapi teramati berkabut dan mendung. Pada tanggal 25 dan 26 Desember 2013, cuaca tampak cerah pada pagi, sore dan malam. Asap solfatara berwarna putih tipis, sedang, hingga tebal. Dominan berwarna putih tebal bertekanan lemah dengan tinggi maksimum 200 m, condong ke Utara diukur dari Pos Babadan tanggal 22 Desember 2013 pada pukul 05.00 WIB. Pada tanggal 21 Desember 2013, kawah G. Merapi teramati sesaat pada pagi hari. Hasil pengamatan visual menunjukkan pusat erupsi freatik tanggal 18 November 2013 melebar sekitar 25 m ke arah Barat Laut dibandingkan pengamatan tanggal 21 Desember 2013. Pada lokasi bukaan kawah ke arah Tenggara tidak mengalami perubahan. Di puncak G. Merapi hujan telah terjadi secara signifikan sehingga tampak jejak air hujan pada lapisan yang impermeabel.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/1_fe08c9.png" height="402" width="623" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 1. Pengamatan visual kawah G. Merapi tanggal 21 Desember 2013 dibandingkan dengan tanggal 22 November 2013</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong><span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=webicoder" style="color: black;"><span style="font-size: x-small;">Seismik</span></a></span></strong></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br />
<span style="font-size: x-small;">Kegempaan G. Merapi tercatat adanya gempa guguran sebanyak 37 kali, gempa tektonik 12 kali, dan LHF 3 kali. Gempa guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 90 mm dan durasi 130 detik dan gempa LHF yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 80 mm dan durasi 35 detik. Melihat jenis dan jumlah gempa yang terjadi menunjukan bahwa aktivitas G. Merapi dalam kedaan normal.</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/2_2406dd.png" height="440" width="621" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 2. Statistik kegempaan G. Merapi Bulan Januari – Desember 2013.</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong>Deformasi </strong> </div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Pemantauan deformasi menggunakan EDM di G. Merapi dilakukan dari pos-pos pengamatan (Pos Selo, Pos Jrakah, Pos Kaliurang dan Pos Babadan) masing-masing terhadap reflektor RS1, RJ1, RK2, RB1. Untuk minggu ini pengukuran deformasi dengan EDM tidak bisa dilakukan dikarenakan cuaca berkabut.</div>
<br style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;" />
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Data pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter di Stasiun Plawangan pada minggu ini belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan. Sumbu-X (arah Barat-Timur) memiliki kemiringan + 0,2 mikroradian dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan) memiliki kemiringan - 0,1 mikroradian, sedangkan suhu alat rata-rata 19,11 0C. Data deformasi belum menunjukkan adanya inflasi ataupun deflasi.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/3_d2adde.png" height="402" width="600" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 3. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun plawangan Desember 2013, sumbu-X (arah Barat-Timur) dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan).</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>Hujan dan Lahar</strong></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
Pada minggu ini hujan terjadi hampir setiap hari di semua pos pengamatan G. Merapi. Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 23 mm/jam terjadi di pos Jrakah pada tanggal 20 Desember 2013 selama 80 menit dan di pasar bubar pada tanggal 21 Desember 2013 intensitas intensitas curah hujan sebesar 40 mm/jam selama 194 menit. Walaupun hujan sudah sering terjadi tidak ada lahar yang terjadi di sekitar G. Merapi.</div>
<div align="left">
</div>
<div>
<img border="0" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/4_c6a168.png" height="449" width="616" /></div>
<div>
</div>
<div>
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 4. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari – Desember 2013</span></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>II. KESIMPULAN DAN SARAN</strong></div>
<div align="left">
<ol>
<li>Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”.</li>
<li>Kegiatan pendakian G. Merapi disarankan hanya sampai di Pasarbubar (± 2500 m dpl) saja, untuk menghindari kejadian hembusan gas, abu vulkanik, dan letusan freatik yang bisa terjadi setiap saat.</li>
<li>Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.</li>
</ol>
<div>
<br /></div>
<div>
sumber: <a href="http://merapi.bgl.esdm.go.id/" style="text-align: center;">http://merapi.bgl.esdm.go.id/</a></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-58194581607645740102013-12-23T17:20:00.001-08:002013-12-23T17:20:20.761-08:00 LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Tanggal 13-19 Desember 2013<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong>I. HASIL PENGAMATAN</strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=tingkat-kegiatan" style="color: black;">Visual</a> </strong></span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Cuaca cerah di sekitar G. Merapi umunya pada pagi dan malam terkadang sore hari. Hujan di sekitar G. Merapi terjadi hampir setiap hari. Asap solfatara umunya berwarna putih, tipis hingga tebal, bertekanan lemah, tingggi maksimum 600 m, condong ke arah Timur di ukur dari Pos Babadan tanggal 15 Desember 2013 pada pukul 06.10 WIB.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong><span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=webicoder" style="color: #801e1e;"><span style="font-size: x-small;">Seismik</span></a></span></strong></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"> </span><br /><span style="font-size: x-small;">Kegempaan G. Merapi tercatat gempa guguran sebanyak 59 kali, MP 14 kali, gempa tektonik 12 kali, gempa VB 1 kali dan LHF 3 kali. Gempa VB yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 70 mm dan durasi 25 detik, gempa guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 100 mm dan durasi 60 detik dan gempa LHF yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 25 mm dan durasi 15 detik. Melihat jenis dan jumlah gempa yang terjadi menunjukan bahwa aktivitas G. Merapi dalam kedaan normal.</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="440" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/2_50e0b2.png" width="621" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 1. Statistik kegempaan G. Merapi Bulan Januari – Desember 2013.<br /></span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong>Deformasi </strong> </div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Pemantauan deformasi menggunakan EDM di G. Merapi dilakukan dari pos-pos pengamatan (Pos Selo, Pos Jrakah, Pos Kaliurang dan Pos Babadan) masing-masing terhadap reflektor RS1, RJ1, RK2, RB1. Reflektor RB1 (Babadan) terukur fluktuasi –2 mm hingga +2 mm, nilai perubahan jarak -1 mm (0,3 mm/hari); RK2 (Kaliurang) terukur fluktuasi -4 mm hingga +7 mm, nilai perubahan jarak +3 mm (0,8 mm/hari); pengukuran dari Jrakah (RJ2) terukur fluktuasi -6 mm hingga +4 mm, nilai perubahan jarak tetap; Pos Selo (RS2) fluktuasi antara –4 mm hingga +3 mm dengan nilai perubahan tetap. Hasil pengukuran jarak reflektor bervariasi di bawah 1 cm (di bawah ralat pengukuran). Hasil ini menunjukan bahwa terjadi deformasi di tubuh G. Merapi, namun tidak signifikan.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="405" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/2_41b6e1.png" width="612" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 2. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan, dan Selo Bulan Januari – Desember 2013</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Data pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter di Stasiun Plawangan pada minggu ini belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan. Sumbu-X (arah Barat-Timur) memiliki kemiringan + 0,4 mikroradian dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan) memiliki kemiringan + 0,9 mikroradian, sedangkan suhu alat rata-rata 19,47 0C. Data deformasi belum menunjukkan adanya inflasi ataupun deflasi.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="402" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/2_41b6e1.png" width="600" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 3. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun plawangan Desember 2013, sumbu-X (arah Barat-Timur) dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan).</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>Hujan dan Lahar</strong></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
Tercatat pada minggu ini hujan terjadi di semua pos hampir setiap hari. Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 112 mm/jam terjadi di pos Ngepos pada tanggal 16 Desember 2013 selama 15 menit. Kendati hujan sudah sering terjadi tidak ada lahar yang terjadi di sekitar G. Merapi. </div>
<div align="left">
</div>
<div>
<img border="0" height="449" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/4_766ebd.png" width="616" /></div>
<div>
</div>
<div>
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 4. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari – Desember 2013</span></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>II. KESIMPULAN DAN SARAN</strong></div>
<div align="left">
<ol>
<li>Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”.</li>
<li>Kegiatan pendakian G. Merapi disarankan hanya sampai di Pasarbubar (± 2500 m dpl) saja, untuk menghindari kejadian hembusan gas, abu vulkanik, dan letusan freatik yang bisa terjadi setiap saat.</li>
<li>Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.</li>
</ol>
<div>
<br /></div>
<div>
sumber : <a href="http://merapi.bgl.esdm.go.id/" style="text-align: center;">http://merapi.bgl.esdm.go.id/</a></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-15810511073871811.post-26249724786647686372013-12-10T23:17:00.001-08:002013-12-10T23:17:34.951-08:00 LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI Tanggal 29 November - 5 Desember 2013<br />
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong>I. HASIL PENGAMATAN</strong></span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-size: x-small;"><strong><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=tingkat-kegiatan" style="color: black;">Visual</a> </strong></span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Keadaan cuaca cerah di sekitar G. Merapi umumnya pada pagi dan malam hari, kadang-kadang sore hari. Pada minggu ini hujan tercatat dengan intensitas rendah. Pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 20:08 WIB terdengar suara guguran, kategori lemah dilaporkan dari Pos Jrakah. Asap solfatara terlihat berwarna putih tipis, sedang hingga tebal bertekanan lemah. Asap dominan berwarna putih tebal bertekan lemah dengan posisi tegak. Tinggi asap maksimum 550 m di ukur dari Pos Jrakah pada tanggal 5 Desember 2013 pukul 05:25 WIB.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<div style="text-align: center;">
<img border="0" height="419" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/1_c257ee.png" width="631" /></div>
<div align="center">
</div>
<div align="center">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 1. Asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah, terekam dari Pos Jrakah pada tanggal 5 Desember 2013 pukul 05.29 WIB.<br /> </span></div>
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong><span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/aktivitas_merapi.php?page=aktivitas-merapi&subpage=webicoder" style="color: #801e1e;"><span style="font-size: x-small;">Seismik</span></a></span></strong></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<span style="font-family: tahoma,arial,helvetica,sans-serif;"> </span><br /><span style="font-size: x-small;">Kegempaan G. Merapi tercatat gempa guguran sebanyak 34 kali, MP 3 kali, gempa tektonik 4 kali. Guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 70 mm dan durasi 60 detik. Melihat jenis dan jumlah gempa yang terjadi menunjukan bahwa aktivitas G. Merapi dalam keadaan normal.</span></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="440" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/2_be2b40.png" width="621" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 2. Statistik kegempaan G. Merapi Bulan Januari – Desember 2013.<br /></span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="left" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<strong>Deformasi </strong> </div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Pemantauan deformasi menggunakan EDM di G. Merapi dilakukan dari pos-pos pengamatan (Pos Selo, Pos Jrakah, Pos Kaliurang dan Pos Babadan) masing-masing terhadap reflektor RS1, RJ1, RK2, RB1. Reflektor RB1 (Babadan) terukur fluktuasi –17 mm hingga +17 mm, nilai perubahan jarak -12 mm (0,8 mm/hari); RK2 (Kaliurang) terukur fluktuasi -7 mm hingga +5 mm, nilai perubahan jarak –12 mm (0,8 mm/hari); pengukuran dari Jrakah (RJ2) terukur fluktuasi -7 mm hingga 0 mm, nilai perubahan jarak –11 mm (0,7 mm/hari); Pos Selo (RS2) fluktuasi antara –10 mm hingga +5 mm dengan nilai perubahan jarak –15 mm (1,1 mm/hari). Hasil pengukuran jarak reflektor bervariasi di bawah 1 cm (di bawah ralat pengukuran). Hasil ini menunjukan bahwa terjadi deformasi di tubuh G. Merapi, namun tidak signifikan.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="399" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/3_52236e.png" width="602" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan, dan Selo bulan Januari – Desember 20133</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
Data pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter di Stasiun Plawangan pada minggu ini belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan. Sumbu-X (arah Barat-Timur) memiliki kemiringan -0,4 mikroradian dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan) memiliki kemiringan 0,8 mikroradian, sedangkan suhu alat rata-rata 19,21 0C. Data deformasi belum menunjukkan adanya inflasi ataupun deflasi.</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<img border="0" height="402" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/4_91d260.png" width="600" /></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun plawangan Desember 2013, sumbu-X (arah Barat-Timur) dan sumbu-Y (arah Utara-Selatan).</span></div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
</div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="justify" style="font-family: Tahoma, Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: center;">
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>Hujan dan Lahar</strong></div>
<div align="left">
Hujan di sekitar G. Merapi terjadi dalam minggu ini tercatat hanya gerimis saja. Tidak ada kejadian lahar pada minggu ini.</div>
<div align="left">
</div>
<div>
<img border="0" height="449" src="http://merapi.bgl.esdm.go.id/images_stock/5_96c413.png" width="616" /></div>
<div>
</div>
<div>
<span style="font-size: xx-small;">Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari – Desember 2013</span></div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
</div>
<div align="left">
<strong>II. KESIMPULAN DAN SARAN</strong></div>
<div align="left">
<ol>
<li>Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”.</li>
<li>Kegiatan pendakian G. Merapi disarankan hanya sampai di Pasarbubar (± 2500 m dpl) saja, untuk menghindari kejadian hembusan gas, abu vulkanik, dan letusan freatik yang bisa terjadi setiap saat.</li>
<li>Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.</li>
</ol>
<div>
<br /></div>
<div>
sumber: <a href="http://merapi.bgl.esdm.go.id/" style="text-align: center;">http://merapi.bgl.esdm.go.id/</a></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04740397903031202527noreply@blogger.com0