Headline News

Read more: http://secebisilmu.blogspot.com/2013/05/cara-pasang-berita-terbaru-headline.html#ixzz2Vs7VTXPC

Kamis, 25 April 2013

Ulang Tahun Pasag Merapi ke 12


Tanggal 21 April 2013 yang lalu bukan saja hari Kartini bagi masyarakat lereng Merapi, tetapi juga Ulang tahun PASAG MERAPI atau paguyuban siaga merapi yaitu paguyuban masyarakat yang berada dikawasan rawan bencana (KRB), baik kawasan rawan bencana 3,2, maupun 1,tepatnya di Dua propinsi dan 4 kabupaten yaitu propinsi Jawa tengah dan DI Yogyakarta dan Kabupaten Magelang,Boyolali,Klaten dan Sleman.


Acara yang dilaksanakan di sekretariat pasag merapi yaitu di kemiren srumbung magelang yang berlangsung sahari semalam itu cukup meriah dihibur dengan campursari dari jrakah boyolali dan malamnya kethoprak yang pemainnya dari teman teman Pasag sendiri, dihadiri oleh BPBD Boyolali, BPPTKG Yogyakarta, Komunitas komunitas yang ada dilereng Merapi dan juga camat, kepala desa setempat disamping anggota Pasag sendiri.

format acara  biasa,namun berjalan dengan luar biasa acara dibawakan oleh suwaji (menggung) dan kawan dari boyolali, dibuka dengan doa, kemudian sambutan  dari Ketua umum Pasag Merapi Bp.Purwo Widodo sekaligus memaparkan sejarah, kegiatan pasag merapi hingga saat ini,kemudian acara dilanjutkan sambutan dari camat srumbung, Pasag Merapi itu berbeda dengan komunitas komuntas yang lain di lereng merapi, karena disamping tentang PRB dan lingkungan mereka juga aktif di pertanian dan peternakan"tuturnya. Dan sambutan yang terakhir dari kepala BPPTKG Yogyakarta yaitu bapak subandriyo, beliau mengucapkan selamat Ultah yg ke 12 untuk pasag merapi dan juga menceritakan kerja sama bpptkg dengan pasag merapi yang berlangsung sejak lama, tak lupa beliau juga memaparkan keadaan merapi yang sekarang beserta potensi ancamannya, sambutan ditutup dengan pemotongan tumpeng, yang dalam hal ini dilakukan oleh bapak subandriyo, disaksikan oleh tamu undangan.harapan kedepannya teman teman pasag merapi bisa lebih dewasa lebih kompak dalam segala hal.





SEJARAH DAN PENGALAMAN YANG SUDAH DILAKUKAN PASAG MERAPI


Dibentuknya PASAG MERAPI, (sebut PASAG) ketika musibah erupsi merapi pada tahun 1994 yang melanda Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman, salah satu dusun di lereng merapi,di Kabupaten Sleman saat itu jumlah masyarakat yang meninggal 30 orang, (asli penduduk dusun Turgo) total jumlah korban mencapai 60 orang, dengan musibah tersebut, masyarakat merapi, bertekad membentuk wadah PB untuk ancaman letusan merapi, selang beberapa tahun, yaitu tahun 1995 dibentuknya PASAG MERAPI, (PAGUYUBAN SABUK GUNUNG MERAPI), pelan tapi pasti, bersamaan dengan itu tahun yang sama, bersama organisasi LSM, yang menamakan dirinya KAPPALA INDONESIA, salah satu orangnya bernama Eko Teguh Paripurno (kang ET ) dan Sigit ”GENDON” Widdiyanto melakukan kegiatan CBDRM bersama masyarakat (PASAG MERAPI), karena Pasag Merapi kesemuannya adalah masyarakat lereng merapi, selain kegiatan CBDRM, juga sudah mengenal pelatihan PPGD, (PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT), melakukan pelatihan bersama – sama dengan waktu yang cukup inten, Pada awalnya PASAG MERAPI hanya mencakup 1 kabupaten, 3 kecamatan dan 3 desa (ngandong, turgo, kaliadem) terkadang dalam pelaksaan pelatihan banyak warga masyarakat yang iuran, tidak hanya berupa uang, tetapi juga beras, makanan pokok (untuk kebutuhan konsumsi)karena kita sadar ( masyarakat) merasa butuh dan perlu pelatihan CBDRM dan PPGD tingkat dusun.

Kegiatan CBDRM waktu itu (1995) difasilitasi teman – teman KAPPALA Indonesia, yang mendampingi kawasan merapi. Secara otomatis sudah membangun jejaring kesiapsiagaan, tidak berhenti di sini saja, PASAG MERAPI, juga dalam kegiatannya tidak hanya kesiapsigaan dan PB tetapi juga kegiatan advokasi lingkungan ( Tolak tambang ), juga konservasi lingkungan, selain itu juga tolak Taman Nasional Gunung Merapi, yang pada saat itu kwasan merapi akan di ”klaim” menjadi taman nasional.
Perjuangan PASAG MERAPI belum selesai disitu, masyarakat mempunyai ide gagasan, bagaimana jika kita menjadi 4 kabupaten jadi satu, meliputi, (SLEMAN, MAGELANG, BOYOLALI, KLATEN) perjalanan untuk menyatukan masyarakat merapi jadi satu, tidaklah hal yang mudah, semua itu memerlukan perjuangan, Masuk tahun 2000 – 2001 kegitan – kegiatan rutin seperti PPGD dan CBDRM terus dilakukan, mengingat jarak waktu erupsi merapi, dari 2 – 7 tahun, itu ,masa istirahat gunung merapi.
Pada tahun 2001 pasag merapi sudah mencakup wilayah kabupaten Magelang, mengingat letusan merapi, tak mengenal batas administratif suatu wilayah, kemudian pada tahun 2003 sudah mencakup wilayah kabupaten boyolali juga kabupaten klaten, sejak itulah di tahun 2003 PASAG MERAPI merubah nama menjadi PASAG MERAPI( PAGUYUBAN SIAGA MERAPI) sampai sekarang, jadi masyarakat lereng merapi tentunya sudah tahu betul kegiatan kesiapsiagaan yang berkaitan dengan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat, sejak tahun 2003 tersebut PASAG MERAPI sudah meliputi, 2 provinsi, (DIY – JATENG) dan 4 kabupaten, (SLEMAN, MAGELANG, BOYOLALI, KLATEN) dan 12 kecamatan ( PAKEM, TURI, SRUMBUNG, DUKUN, SAWANGAN, SELO,CEPOGO, MUSUK, CANGKRINGAN, KEMALANG,NGEMPLAK, KALASAN) juga sekarang total 60 desa di lereng merapi, baik KRB III maupun KRB II (Kawasan Rawan Bencana), masuk ditahun berikutnya 2006 terjadi erupsi merapi ke sektor timur( wilayah kabupaten sleman), dimana kawan – kawan pasag bekerja ektra keras, di semua lintas kabupaten, saat itu kebutuhan alat komunikasi serba terbatas, menginjak tahun 2007 PASAG MERAPI bersaman PSMB UPN menggandeng aparat pemerintah dan bersama – sama neyusun draf Rencana Aksi Daerah ( 4 kabupaten) berkaitan denga Penanggulangan Bencana). Pada tahun 2008 PASAG MERAPI sudah diakui pemerintah tentang kegiatan – kegiatan kesiapsigaan, PASAG MERAPI dilibatkan masuk FORUM MERAPI, yaitu wadah semua pegiat bencana merapi, ( sektor pemerintahan di 4 kabupaten, LSM internasional , AKADEMISI, juga VULKANOLOGI ( BPPTK), dengan diikutkan forum merapi pada tahun 2008, PASAG MERAPI telah dipercaya menjadi faslitator WLPB (Wajib Latih Penanggulangan Bencana) yang diselenggarakan UNICEF, PSMB UPN, BPPTK, sampai saat ini PASAG MERAPI mempuyai beberapa fasilitator meliputi CBDRM, PPGD, WLPB, dan Fasilitator CBDRM bagi Perempuan di sekitar lereng merapi.  pasag-merapi.blogspot.com

Selasa, 23 April 2013

Masalah Sosial Ancaman Korban Bencana Merapi 2010 Penghuni Huntap

Paska erupsi merapi 2010, banyak program program yang ditawarkan baik dari lembaga pemerintah maupun LSM, dari program trauma healling, recovery ekonomi , sampai relokasi semua ada. Tetapi adakah yang memikirkan mereka nanti tentang masalah sosial di hunian tetap bagi yang bersedia direlokasi, ?

Jika kita sadar tentu bukan perkara mudah memindahkan suatu warga masyarakat ke suatu tempat, dan tentu saja masyarakat juga tidak mau beraktifitas diluar kebiasaan dikampungnya dulu misal, jika dulu aktifitasnya adalah mencari rumput untuk ternaknya, mencari kayu bakar dan di Hunian tetap disuruh menjahit dsb, tentu masyarakat juga tidak akan nyaman. Pola kebudayaan masyarakat yang dibangun masyarakat disuatu kampung tentu juga tidak akan bisa di aplikasikan di hunian tetap. Struktur bangunan hunian tetap pun tidak mendukung untuk memelihara binatang seperti ayam, kucing dan sebagainya karena mengganggu warga yang lain karena rumah yang cukup berdekatan, secara otomatis dengan pola dan struktur bangunan seperti itu sifat warga akan menjadi seperti orang kota yang tinggal di perumahan, konsep Hunian tetap yang dibangun untuk korban bencana merapi 2010 hanya cocok untuk orang yang bermata pencaharian sebagai pegawai, baik pegawai negeri maupun swasta, terus bagaimana dengan warga yang berprofesi sebagai petani dan peternak? Bagaimana mereka mencari rumput, bagaimana bercocok tanam, sedangkan lokasi hunian tetap jaraknya jauh jauh dengan tanah dan lahan milik warga yang berada di area terdampak langsung erupsi merapi 2010, setiap hari mereka harus mondar mandir dari huntap ke lahan mereka untuk bekerja menggarap lahannya untuk memenuhi kehidupan sehari hari.Hunian tetap korban bencana merapi 2010, memaksa masyarakat untuk adaptasi dan merubah pola kehidupan, terutama aspek sosial dan perekonomian karena tata kelola dan tata ruang bangunan yang mirip dengan perumahan di perkotaan dan lokasi juga lumayan jauh dari kampung asli, kampung yang terdampak erupsi Merapi.

Kesenjangan sosial semakin terlihat jelas di hunian tetap, jarak antara yang perekonomiannya mapan, atau yang kurang dapat kita jumpai dilokasi lokasi huntap Merapi, begitu miris jika kita memandangnya, dari kelengkapan bangunan, keindahan bangunan begitu kontras dan sangat berbeda. Dana pembangunan huntap 30 juta rupiah dari rekompak Jrf, jika untuk membangun satu huntap sampai berdiri menjadi rumah, belum di plester belum dikasih jendela dan pintu, karena anggaran banyak diserap di kerangka besinya, karena pembangunan huntap tersebut memakai konsep bangunan tahan gempa yang mengharuskan dikuatkan dibagian kerangka. Mungkin untuk yang perekonomian yang mapan, rumah yang tadinya 30 juta rupiah bisa disulap menjadi 40 – 60 juta.

Kelak masalah sosial mungkin menjadi ancaman masyarakat penghuni huntap, para pemangku kepentingan belum antisipasi ancaman tersebut, relokasi itu tak semudah membalikan telapak tangan karena butuh proses menyesuaikan diri dan itu adalah hal yang tersulit,

Sesungguhnya hidup nyaman itu tidak sama dengan hidup aman, seharusnya semua tahu. Konsep living harmony with disaster mungkin lebih tepat diterapkan di KRB di Merapi, dengan cara penguatan kapasitas terhadap risiko bencana toh selama ini jika Merapi meletus pasti akan memberi tanda, kenali ancamannya, amati tanda tandanya dan kurangi risikonya.(sondong).