GE Environmental Sciences | ||
ABSTRAK Bencana letusan Gunung Merapi telah menyebabkan kerusakan lingkungan seperti lahan, infrastruktur, pemukiman, kebakaran hutan, tercemarnya air sungai dan sumber penghidupan masyarakat Desa Ngargomulyo. Sebagai fenomena alam, erupsi Merapi merupakan ancaman bagi masyarakat desa yang berada dalam kawasan resiko bencana tiga ini (KRB III yaitu kawasan dengan tingkat kerawanan terkena dampak bencana tinggi). Sebelum terbentuknya komunitas siaga bencana, kerusakan lingkungan yang terjadi saat erupsi Merapi dianggap sebagai hal yang biasa karenanya mereka cenderung bersikap pasrah dan tidak melakukan upaya-upaya yang mengarah pada pengurangan resiko bencana (PRB) letusan Merapi. Kapasitas yang dimiliki belum dikelola secara maksimal untuk mengurangi resiko bencana yang diakibatkan oleh letusan Merapi, lahar panas, awan panas atau hujan abu vulkanis. Kenyataan ini mendorong perlunya penelitian dilakukan untuk mengkaji bagaimana komunitas siaga bencana di Desa Ngargomulyo mengenali resiko bencana dan menyusun perencanaan aksi PRB untuk membangun desa siaga bencana dari ancaman letusan Merapi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang memberikan penjelasan dan penggambaran fenomena kebencanaan di Desa Ngargomulyo secara sistemik, faktual dan akurat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket terbuka dan kajian dokumentasi. Sumber data adalah komunitas siaga bencana, pemerintah desa, tokoh masyarakat dan warga masyarakat yang memiliki informasi yang dibutuhkan oleh penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan komunitas siaga bencana secara perlahan-lahan merubah sikap pasrah dan enggan tersebut menjadi keterlibatan masyarakat dalam upaya PRB melalui aksi yang terdiri kajian ancaman, kapasitas dan kerentanan melalui metode Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA) dan perencanaan aksi pengurangan resiko bencana berbasis komunitas (PRBBK). Komunitas siaga bencana (PASAG Merapi, FPRB, SSB-NU) dengan perencanaan aksi PRB dan implementasinya telah mendorong terwujudnya Desa Ngargomulyo yang siaga terhadap ancaman bencana dengan memiliki kebijakan berkaitan dengan pengurangan resiko bencana seperti Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Letusan Merapi dan Peraturan Desa tentang Pengelolaan Lingkungan. Rekomendasi yang muncul dari penelitian ini adalah pentingnya pemerintah untuk menjadikan hasil kajian resiko bencana sebagai landasan penyusunan rencana pembangunan dan perlindungan lingkungan kawasan rawan bencana Merapi serta menjadikan upaya PRB yang dilakukan oleh Desa Ngargomulyo seperti pelestarian hutan dan daerah aliran sungai serta kebijakan berkaitan dengan lingkungan dan penanggulangan bencana sebagai acuan dasar bagi model desa siaga bencana. Kata kunci: kerusakan lingkungan, pengurangan resiko bencana, komunitas siaga bencana ABSTRACT The eruption of Merapi has caused environmental and infrastructure destruction, as well as loss of job and income of people of Ngargomulyo. Environmental destruction occurred in the area is farmland damage, forest fire, and contaminated river by sulfuric acid material from the eruption. As a natural phenomenon, the eruption of Merapi becomes a threatened hazard for them who lived in the third disaster risk area which is the highest vulnerable area like Ngargomulyo village. Since the eruption happened many times and there was not any disaster prepared community in the village, people of Ngargomulyo act as if volcanic hazard of Merapi is a usual thing so they tend to be apathetic and passive in disaster risk reduction actions. Capacity in the society has not been managed well to reduce vulnerability and disaster risk caused by the eruption, hot mudflow, and heated clouds came from Merapi’s volcanic activities. This fact drives the importance of the research to analyze how the disaster prepared communities identify the disaster risk and set disaster risk reduction planning to build disaster prepared village. The research applied descriptive qualitative to explain and describe disaster phenomenon systematically, factually and accurately. The required data was collected by observation, interview and documentation analysis. The resources of data are disaster prepared communities in Ngargomulyo, local government, community leader and people of Ngargomulyo who have information needed by the research. Based on the result of the research, it was found that the existence of disaster prepared community (PASAG Merapi, FPRB, SSB-NU) gradually transforms the apathetic and passive attitude toward the community involvement in disaster risk reduction actions that consist of hazardous, vulnerability and capacity assessment using Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA), and disaster risk reduction planning and implementation using Community based Disaster Risk Management approach. The existence of the prepared disaster community had endorsed the realization of disaster prepared village of Ngargomulyo with the presentation of disaster risk policies such as Disaster Management Procedure of Merapi Eruption and Village regulation on Environmental Management. Recommendation of the researh is the importance of disaster risk assessment as a basis source for local goverment in composing the development and environmental protection in disaster risk area, also to introduce the disaster risk reduction efforts done by Ngargomulyo like forest and river preservation and composing regulation dealed with environmental dan disaster management as a model of disaster prepared village. Key word: Environmental Destruction, Disaster Risk Reduction, Disaster Prepared/Resistant Community | ||
sumber:http://pilnas.ristek.go.id | ||
Rabu, 20 November 2013
PERENCANAAN KOMUNITAS DALAM MEMBANGUN DESA SIAGA BENCANA DI DESA NGARGOMULYO, KECAMATAN DUKUN, KABUPATEN MAGELANG
08.20
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar