Indonesia dikenal sebagai wilayah yang rawan bencana. Berbagai ancaman ada di Indonesia baik ancaman hidrologis maupun geologis, baik yang bersifat natural hazard maupun yang disebabkan oleh manusia. Bencana tidak tidak pernah diskriminatif, tapi penyikapan terhadap ancaman dan bencana dibanyak belahan dunia masih sangat diskriminatif dan marginalisasi terhadap peran perempuan dalam penanggulangan bencana. Alih-alih sensitive gender dalam manajemen bencana, terdapat banyak teologi, kultur social ekonomi dan politik yang justru menghambat peran perempuan untuk terlibat dalam kegiatan penanggulangan dan pengurangan risiko bencana. Hal ini berdampak pada sebagian besar korban dari bencana adalah perempuan karena memiliki kerentanan yang tinggi dibanding laki-laki. Kondisi ini dibuktikan oleh hasil studi pada 141 negara yang mendapati lebih banyak perempuan yang meninggal dibanding laki-laki karena disebabkan oleh ketidaksetaraan status social ekonomi diantara mereka (Newmayer and Plumper,2007). Terdapat banyak kasus budaya dan social yang melemahkan perempuan ketika berhadapaan dengan natural hazard. Bias gender karena struktur ekonomi, social, budaya dan teologi yang menambah kerentanan saat berhadapan dengan ancaman (UNISDR, UNDP and UICN,2009), (Earson, 2000).
Realitas diatas menyadarkan banyak kalangan untuk berpikir kritis reflektif dan bertindak realitalistik dalam penanggulangan bencana dengan mengikutsertakan peran perempuan dan menggunakan gender mainstreaming dalam manajemen bencana. Gender mainstrieming dalam pengurangan risiko bencana berarti mendorong perempuan untuk memiliki posisi kunci dalam manajemen penanggulangan bencana. Hal ini sejalan dengan kebijakan kerangka Hyogo Framework 2005,deklarasi manila tentang aksi global untuk gender, perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.
Berdasar pemikiran diatas, penting untuk membuat kegiatan yang mendorong peningkatan kapasitas perempuan dan mengurangi kerentanan dalam menghadapi ancaman. Disinilah relevansi dan urgensi program sensitive gender untuk pengurangan risiko bencana di kawasan Gunungapi Merapi.
Tujuan utama dari penyelenggaraan program ini adalah : Meningkatkan pemahaman perempuan mengenai karakter ancaman, kapasitas dan kerentanan terkait dengan ancaman gunungapi Merapi yang sensitive gender, Meningkatkan pemahaman mengenai S.O.P penanggulangan bencana gunungapi Merapi yang sensitive gender,Meningkatan kapasitas partisipan tentang teknik fasilitasi, Terbentuknya kelembagaan penanggulangan bencana untuk perempuan kawasan gunungapi Merapi. Dalam pelaksanaan pelatihan, materi pelatihan merupakan unsur penting dalam menunjang keberhasilan program pelatihan ini; adapun materi yang akan dilatihkan antara lain: Mengenal Gunungapi Merapi, Pengkajian ancaman, Pengkajian kerentanan sensitive gender, Pengkajian kapasitas sensitive gender, Kedaruratan, S.O.P, Rencana aksi, Teknik fasilitasi, Simulasi.
0 komentar:
Posting Komentar