Masyarakat Desa Balerante, Sidorejo dan Tegalmulyo, melihat merapi bukan sebagai ancaman tetapi merupakan sahabat yang selalu memberikan berkah berupa kesuburan, material bangunan, air, dan kehidupan yang nyaman bagi masyarakat di sekitarnya, jika merapi banyak orang menganggap sebagai sumber bencana maka masyarakat di sana tidak begitu menyebut merapi merapi bisa di artikan sebagai “Numrapi” (memberikan apapun yang diminta warga sekitarnya), merapi menjanjikan kehidupan yang bisa berkelanjutan, merapi tidak harus di pindah, merapi tidak harus dihindari dengan di tinggal pergi hanya cukup dengan “ngati-ati” (siaga), menyadari merapi sebagai sumber ekonomi maka saat merapi memberikan berkahnya kita hanya cukup menjauhi sementara “nisih” (awas) agar tidak tertimbuh berkah yang di berikan. Dan kemudian kembali lagi ke kampung halaman memanfaatkan berkahnya merapi sebagai melanjutkan kehidupanya.
Merapi itu tidak semena-mena terhadap masyarakat, maka masyarakat juga harus bersahabat dengan merapi dengan cara, merawat merapi, menjaga semua yang ada di merapi, tidak melalukan hal yang tidak sesuai dengan kearifan lokal di merapi, dari perkataan, perbuatan tingkah laku hidup di merapi, dengan tetap menjaga Gotong-royong, senantiasa menjaga Alam agar alam juga menjaga manusia, mengungsi hanyalah pergi sesaat, dan sejak jaman nenek moyang menjadi kewajibanya warga merapi untuk menyelamatkan dirinya menjauhi ancaman.
Masyarakat sadar hidup di kawasan rawan Ancaman, maka masyarakat mempunyai cara-cara mengatisipasi ancaman, masyarakat mempunyai kekuatan menyesuaikan dirinya sebagai warga merapi, sehingga masyarakat Ayem tentrem bersama Ancaman merapi “nyaman” bersama ancaman.
oleh: Sukiman Mochtar Pratomo
0 komentar:
Posting Komentar