Headline News

Read more: http://secebisilmu.blogspot.com/2013/05/cara-pasang-berita-terbaru-headline.html#ixzz2Vs7VTXPC

Minggu, 06 Januari 2013

Desa Tangguh lereng Merapi


Desa Tangguh Masyarakat Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi

Dusun yang terletak di sebelah barat daya dari Gunung Merapi, yang masuk administratif Kabupaten Sleman, yang dulu pernah mengalami Bencana Erupsi Gunung Merapi pada tahun 1994 lalu adalah dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem. Kegiatan masyarakat sehari – hari adalah petani, peternak sapi perah dan penambang pasir di sungai Boyong, kehidupan masyarakat masih kental dengan kegiatan gotong – royong, sebagian masyarakat tinggal di relokasi sudimoro, sejak pasca bencana tahun 1994. dalam aktivitas sehari – hari, masyarakat disibukkan mencari rumput dan kayu bakar, rumput merupakan aset yang cukup vital karena untuk makan ternak, disamping itu juga rumput sebagian dijual, seandainya pada musim kemarau ada yang membeli rumput, karena di musim kemarau cari rumput sangatlah sulit dan untuk kayu bakar biasanya untuk keperluan sehari – hari, memasak, ada juga sebagian yang dijual dengan harga rata – rata 15.000 – 20.000 per gulung (unting). Jika waktu pagi dusun turgo masih sepi semua masyarakatnya pergi ke kebun, ladang, mencari rumput. Di dusun turgo ini mulai kelihatan ramai pada pukul 16.00 semuanya sudah pada pulang dari kebun (ladang). Selepas sore (maghrib) masyarakat setempat nongkrong di gardu, sekalian sambil rondha sampai larut malam, selain itu ada yang dirumah sambil nonton televisi. Berkaitan dengan aktivitas masyarakat dusun turgo, kesemuannya dilakukan setiap hari. Mata pencaharian masyarakat turgo sebagian ada juga sebagai PNS (Guru SD), Pekerja Wiraswasta. Walaupun begitu hampir seluruh masyarakat beternak sapi perah, dan susunya dijual ke koperasi kaliurang.
Dalam kelembagaan di Dusun Turgo sudah ada arisan ibu – ibu, arisan bapak – bapak, koperasi susu sapi perah. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu dan hari selasa. Ada juga masyarakat yang punya saham untuk penambang pasir, karena tujuannya agar memudahkan mekanisme jalannya aktivitas penambang juga merupakan mata pencaharian yang paling utama di masyarakat turgo.
Selain itu ada juga relawan Penanggulangan Bencana, jika Gunung Merapi sudah mulai menunjukkan aktifitasnya, salah satunya Relawan Kawastu dan Relawan Pasag Merapi.
Dalam kesiapsiagaan bencana masyarakat turgo, sudah mempunyai Protap yang sudah disepakati semua warga, dalam hal ini jika Merapi sudah pada Status “SIAGA” semua warga sudah menjalankan peran masing – masing yang sudah ada sesuai protap dusun. Jika untuk urusan mengevakuasi ternak, sudah disiapkan dan sudah ada barak khusus untuk ternak,bertempat di Relokasi Sudimoro yang terletak 6 km ke bawah (selatan) dari dusun turgo dalam hal evakuasi ternak dilakukan jika Merapi pada Status “WASPADA” Lantas jika berbicara pada Sistem Peringatan Dini, bisa Jadi “STATUS” bisa dijadikan Sistem Peringatan Dini, mengingat pengalaman erupsi merapi pada tahun 1994, tidak terulang lagi dan Mengungsi Secara Mandiri merupakan kesadaran warga masyarakat turgo pentingnya dalam Pengurangan Risiko Bencana. Sumber daya yang ada di dusun Turgo, tentang pelaku – pelaku Penanggulangan Bencana, mempunyai Relawan Kawastu (Kawasan Turgo), ada beberapa anggota masyarakat yang ikut menjadi Relawan Sibat ( bentukan PMI) dengan program ICBRR (Integrated Community Based Risk Reduction), Relawan Pasag Merapi, Relawan dari KLM (Komunitas Lereng Merapi ), Relawan dari TAGANA, juga warga yang menjadi SAR baik Provinsi maupun Kabupaten. Lembaga – Lembaga LSM lain seperti AKSARA juga berkontribusi pada Penguatan dan perlindungan Anak dalam Pengurangan Risiko Bencana, dengan adanya program- program seperti itu tentunya memberikan pembelajaran tentang Hak – Hak Anak jika Bencana terjadi juga mengenalkan alur proses Pengurangan Risiko Bencana berbasis sekolah/anak. Pelatihan PRA yang dilakukan masyarakat kerjasama dengan PMI selain itu juga Pelatihan – pelatihan PRBBK dan PPGD pernah dilakukan oleh masyarakat turgo dan didampingi dari Perkumpulan Kappala Indonesia, PSMB-UPN dan Kegiatan Pelatihan WAJIB LATIH PENANGGULANGAN BENCANA yang di dukung Forum Merapi bekerjasama dengan PASAG MERAPI pada tahun 2008, menambah wawasan dan pengalaman bagi masyarakat Dusun Turgo pada khusunya.
Bangunan – bangunan yang bersifat Mitigasi termasuk Jalur evakuasi, Pos Pemantauan dibangun secara swadaya oleh masyarakat dan mendapat dukungan dari Palang Merah Indonesia,didukang Palang Merah Denmark bisa difungsikan secara maksimal, Titik Kumpul sudah ada, jika status Merapi Meningkat, selain itu ada juga Bunker Komunal, yang berkapasitas 48 orang dengan posisi berdiri dan Bunker Keluarga, yang dibangun Paska Erupsi Merapi 1994, pembangunan bunker ini diinisiasi oleh warga masyarakat turgo dan didukung oleh Perkumpulan Kappala Indonesia pada tahun 1996
Dalam Pengelolaan Komunikasi, di dusun turgo sudah mempunyai frekwensi sendiri, yaitu TURGO ASRI, dengan frekwensi 14.920, yang dikelola oleh masyarakat sendiri secara swadaya dengan sitem Paguyuban, yang keberadaannya terletak di Tritis, untuk biaya perawatan diadakan arisan, dalam dial frekwensi ini, digunakan oleh masyarakat umum, yang mau mengetahui tentang perkembangan aktivitas merapi dan status merapi ( dalam kondisi apapun/normal juga meningkat ) adapun frekwensi lainnya yaitu LINMAS di Frekwensi 15.917, namun ini dikelola Linmas, dan penanggung jawab di Pemerintahan Desa Purwobinangun. Dalam hal ini Gerakan PRBBK dilakukan mengingat peran masyarakat sangat penting dalam mewujudkan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas dan mewujudkan Desa Tangguh yang berketahan terhadap Bencana Erupsi Merapi.





Desa Tangguh Masyarakat Dusun Tunggul Arum ,Wonokerto,Turi,Sleman dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun yang terletak dekat perbatasan Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Magelang, yang berjarak 8 km dari puncak Gunung Merapi, sebagai dusun yang tertinggi di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, mempunyai sumberdaya masyarakat yang tangguh dalam kesiapsigaan dalam Pengurangan Risiko Bencana, mengingat pengalaman – pengalaman erupsi dari tahun sebelumnya. Melihat kegiatan Masyarakat dalam Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat, sejak tahun 1994 pasca erupsi gunung merapi, yang mengarah masuk ke sektor hulu sungai boyong, memberikan pengalaman penting, bahwa masyarakat sadar akan risiko yang terjadi jika suatu saat kembali terjadi erupsi lagi, untuk itu di tahun 1995, warga dusun tunggul arum membentuk kelompok masyarakat yang nantinya sadar, tanggap, tangguh terhadap ancaman erupsi merapi, yaitu membentuk Paguyuban Siaga Merapi, yang diikuti mulai dari Pak Dukuh sampai masyarakat. Jika dilihat dari tahun sekarang, tentunya dusun tunggularum lebih dulu sadar akan ancaman dan bahaya dari erupsi merapi, maka dari itu dengan LSM Perkumpulan Kappala indonesia, mengadakan Kegiatan Pelatihan CBDRM dan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat bersama – sama warga dusun tunggul arum dan sekitarnya untuk membangun jejaring dan membuat Protap dusun, untuk bisa mengelola masyarakat,jika dalam keadaan darurat. Kegaiatan tentang CBDRM tentunya memberikan peran masyarakat dan mengetahui tentang proses mengenal ancaman dan jenis – jenis ancaman dari gunung merapi, juga melatih masyarakat mengenal tentang lingkungannya dan jalur evakuasi lewat pembuatan Peta Risiko Bencana. Dengan pengalaman yang ada, muncul gagasan dari warga untuk membuat pos pemantauan yang berfungsi untuk melihat tanda atau gejala visual jika merapi aktivitasnya meningkat, Dalam pembuatan Pos Pemantauan (gardu), diinisiasi oleh warga lewat iuran swadaya dari warga sendiri dan membuat proposal dengan Dinas P3BA, akhirnya bisa dibangun dan sesuai dengan fungsi nya. Disamping fungsi untuk “melihat Aktivitas Merapi”, Pos pemantauan (gardu) digunakan untuk jaga siskamling (rondha), dan pengamanan dusun tunggul arum., selain kegiatan pengurangan risiko bencana, dalam hal ini membentuk TIM SIAGA PASAG MERAPI, bersamaan juga belajar tentang pengaman aset , yang pada tahun 2009 didukung oleh PSMB-UPN “veteran” Yogyakarta, tujuannya untuk memberikan penguatan kapasitas pada warga dusun tunggul arum, jika terjadi erupsi merapi, ternak-ternaknya biar bisa tetap “hidup” dalam kondisi darurat. Dusun Tunggularum mempunyai jalur frekwensi 15.106.0, yang didukung PSMB-UPN “veteran” Yogyakarta dan bekerjasama dengan Pasag Merapi bertujuanuntuk memudahkan komunikasi kesiapsiagaan dan pengelolaan sumberdaya yang ada dalam PRA, SAAT, SESUDAH bencana. Pengalaman disaat erupsi merapi, warga melakukan pengungsian mandiri,atas kerjasama pihak sekolah dasar Sanggrahan dengan warga dusun tunggularum Sumberdaya yang ada dilihat dari segi Mitigasi Bencana, di Dusun Tunggul Arum, memilik Ruang Lindung Darurat (Bunker), yang dibangun masyarakat atas kerjasama dengan Dinas P3BA kala itu. Selain itu jalan evakuasi sudah memadai dan ada kesepakatan titik kumpul, yang disepakati warga. Dalam kegiatan sehari- hari warga lebih banyak ke ladang dan merawat ternak, ada beberapa warga yang mata pencahariannya sebagai Tukang Batu dan Kayu , Guru, untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari – hari


Desa Tangguh Masyarakat Dusun Deles , Sidorejo, Kemalang, Klaten dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi

Dusun Deles merupakan desa teratas disisi kanan alur sungai Woro atau arah tenggara dari Merapi , memilki 2 dusun yang terancam awan panas Deles dan Karang Gondang, Deles sendiri terdiri tiga kring/gerumbul, yakni Deles, Mbangan, dan Petung. Sedangkan untuk ancaman banjir lahar terdapat 4 dusun yang rawan, yakni Deles, Ngemplak, Karang, Segadung
Merupakan daerah wisata, yang justru banyak dikunjungi saat merapi aktifitasnya naik, namun banyaknya penambangan, membuat jalan menjadi rusak, tapi semakin sadar tentang pentingnya jalur evakuasi maka sekarang Jalur Evakuasi sudah layak dan dan didukung dengan Rambu – rambu arah jalur evakuasi yang sudah ada dan siap digunakan jika suatu saat Aktivitas Merapi meningkat dan tentunya untuk urusan evakuasi bagi masyarakat telah mensepakti jalur alternatif, dan menjadi kesepakatan semua pihak.
Sarana komunikasi relatif terpenuhi, karena HT telah ada di dusn-dusun rawan, speaker masjid telah pula disepakati menjadi sarana penyebar informasi. Didesa Sidorejo, tepatnya dusun Deles, berdiri stasiun Radio Komunitas lintas Merapi, yang bertujuan untuk mempermudah penyebaran informasi dari yang sebelumnya hanya menggunakan HT, menjadi lewat radio yang relatif banyak dipunyai masyarakat. Dalam Hal kegiatan – kegiatan Pengurangan Risiko Bencana sebetulnya relatif banyak yang telah dilakukan bagi masyarakat warga deles pada khususnya, dikarenakan warga masyarakat di dusun Deles, Sidorejo banyak yang aktif dan menjadi Pelaku Penanggulangan Bencana di kampungnya menjadi Relawan Tagana, Pasag Merapi, Relawan Radio Lintas Merapi, Relawan PMI dan hal – hal tersebut paling tidak untuk penguatan kapasitas warga dalam Pengurangan Risiko Bencana sudah ada. Mengingat dulu, di dusun Deles, Sidorejo. Muncul Radio Komunitas Lintas Merapi dengan Frekwensi 106.40 Mhz, yang berdiri pada tahun 1996 dukungan dari Perkumpulan Kappala Indonesia, yang dikala itu Radio Komunitas berfungsi untuk media informasi dan dan hiburan untuk masyarakat deles dan sekitarnya, dan berfungsi untuk menyebarkan informasi dini tentang aktivitas dan status dari Gunung Merapi, Sampai sekarang keberfungsian dan keberadaan Radio Komunitas Lintas Merapi sangat vital dalam bentuk segi apapun. Tentunya disini Radio Komunitas bisa dijadikan Media Pengurangan Risiko bencana, dengan cara kampanye, advokasi untuk mengelola lingkungan di kawasan Gunung Merapi, dan Misi Radio Lintas merapi adalah 1) Mendorong kapasitas dalam Penanggulangan Bencana Merapi, 2) Mengajak berperan aktif memberi contoh yang baik dalam Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan, 3) Melestarikan Budaya Lokal dalam upaya Mewujudkan “Hidup Nyaman bersama Ancaman Merapi” . Ada banyak pelaku warga masyarakat di dusun deles yang dulunya mengikuti pelatihan CBDRM dan PPGD yang didukung oleh Perkumpulan Kappala Indonesia dan PSMB UPN juga kawan – kawan Pasag Merapi di wilayah Kabupaten Klaten. Selain itu ada pelatihan Jurnalis yang pada tahun 2008 diselenggarakan oleh Perkumpulan Kappala Indonesia, Kegiatan Pelatihan WAJIB LATIH PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI pada tahun 2008, yang didukung Forum Merapi yang bekerjasama dengan PASAG MERAPI . Ada banyak yang mendukung Radio Komunitas Lintas Merapi, salah satunya oleh CRI yang membantu peran – peran di dunia internet dan yang menginisiasi adanya Jalin Merapi yang mencakup informasi – informasi seputaran Gunung Merapi. Kegiatan yang sama dalam mengkampanyekan isu – isu DRR,diadakan talk show lewat radio yang narasumbernya dari berbagai pihak yaitu Pemerintah desa Sidorejo, Pihak Kecamatan Kemalang dan warga masyarakat sekitar juga dari pihak Akademisi dalam talk show lewat radio bertujuan sebagai alat media Radio berperan aktif dalam Pengurangan Risiko Bencana di Kawasan Merapi, mengingat warga – warga masyarakat lebih banyak menggunakan media alat Radio untuk mencari sumber informasi, Kegiatan ini didukung oleh PSMB UPN.
Di sudut – sudut dusun sudah ada rambu tentang arah dan jalur evakuasi yang sudah disepakati bersama warga masyarakat deles, bahkan sudah ada 2 pos pemantauan yang salah satu Pos Pemantauannya didukung oleh YEU, yang dimanfaatkan warga sekitar untuk memantau visual Gunung Merapi dalam kondisi jika aktivitas meningkat. Jalur Evakuasi yang sudah ada dan cukup memadai untuk mendukung proses – proses evakuasi warga sekitar, dan sampai terwujudnya fasilitator – fasilitator PRBBK di tingkat Dusun, kesemuanya merupakan aset dan seluruh sumberdaya yang ada di Dusun Deles, Sidorejo, dalam mewujudkan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas

Desa Tangguh Masyarakat Dusun TlogoLele ,Tlogolele,Selo, Boyolali dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi

Dusun Tlogolele, Desa Tlogolele
Masih merupakan wilayah Kecamatan Selo, Boyolali, memiliki 7 dusun dari yang terdekat dengan puncak merapai adalah Stabelan, Takeran, Belang, Karang, Gumuk Rejo, Donorejo, Tlogo Lele dan Tlogo Mulyo. Stabelan sebagai Dusun tertinggi hanya berjarak 3,5 kilometer dari puncak merapi. Antar dusun telah terhubungkan dengan jalan aspal dengan lebar rata-rata kurang dari 6 meter, sehingga ketika terjadi simpangan kendaraan roda empat harus hati-hati
Untuk mengantisipasi letusan merapi, Balai Desa yang berjarak 4 kilometer dari Dusun Stabelan telah disepakati sebagai titik aman pertama , yang artinya apabila terjadi letusan, setidak-tidaknya warga harus mengungsi sampai ke balai desa, apabila tetap berbahaya, maka penduduk mengungsi ke daerah yang lebih aman menuju desa Sengi di magelang, karena kalau menuju ke arah Selo, justru berbahaya karena harus menyebrangi sungai Apu.
Desa Tlogolele mempunyai sarana komunikasi yang relatif lengkap, hampir semua kepala dusun telah memilki HT, demikian pula dengan perangkat Desanya, sedang di masyarakat terdapat 4 HT yang ada di 4 dusun, sarana lainnya telah memilki megaphone senganyak 3 buah, dn memanfaatkan speaker masjid untuk penyebaran informai ke masyarakat luas. Didesa tlogolele telah terdapat pula tim siaga yang anggotanya tersebar diseluruh dusun, yang terlatih sejak tahun 2003, simulasi Penanggulangan Bencana sering di lakukan di desa Tlogolele, mengingat ada desa Stabelan yang berjarak 3,5km dari Merapi, proses – proses simulasi dan penyusunan skenario bersama – sama dibuat oleh warga masyarakat dengan Pemerintah Desa Tlogolele, Di tahun 2007 di desa Tlogolele diadakan simulasi/ gladi dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana yang didukung Oxfam dan PSMB-UPN. Tidak hanya sekali itu saja, di awal tahun 2010, dilaksanakan simulasi/gladi, namun hal ini berbeda, dikarenakan merupakan inisiatif masyarakat desa tlogolele sendiri dan hanya dilakukan swadaya di Masyarakat, Pelatihan PPGD dan CBDRM pada tahun 2007 yang dilakukan warga masyarakat dan bekerja sama dengan Pasag Merapi.
Didesa Tlogolele sudah terbentuk cluster atau kelompok dalam Pengurangan Risiko Bencana, yaitu Kelompok Logistik dan Dapur Umum, Kelompok Evakuasi, Kelompok Komunikasi dan Informasi yang berguna untuk mengintegrasikan sistem PRB yang ada di lingkup desa Tlogolele, dan sudah Ada Pos Pemantauan yang berdiri pada tahun 2008, dengan dukungan PSMB UPN, dan selanjutnya swadaya warga masyarakat desa Tlogolele khususnya, mengingat pentingnya pemantauan visual merapi, jika aktivitasnya meningkat. Pada tahun 2009 didirikan Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Tlogolele yang bertujuan sebagai media kelompok sosial yang tangguh dalam mengantisipasi dan berperan aktif dalam Pengurangan Risiko Bencana di tingkat Desa. Pelaku – pelaku kerja LSM CRS yang mengupayakan membangun sebuah tower sekaligus untuk Sistem Peringatan Dini dan yang terletak di desa Tlogolele. Dan bila terjadi Erupsi Gunung Merapi, maka Proses Evakuasi dilakukan oleh TIM SIAGA DESA TLOGOLELE dengan Proses Evakuasi dimulai
  1. Dari tingkat RT sampai Dusun telah ada kesepakatan mengenai titik berkumpul dan arah mengungsi
  2. Proses evakuasi dilakukan dengan mempergunakan sarana evakuasi yang ada (mempergunakan kendaraan yang ada di masyarakat)
  3. Jalur evakuasi memperhatikan beberapa hal, antara lain jarak semakin menjauhi gunung, memperhatikan jalur dengan jarak ke sungai, mempertimbangkan jalur alternatif
  4. Dalam proses evakuasi telah terjadi kesepakatan mengenai prioritas yang diungsikan
  5. Tempat evakuasi telah disepakati bersama oleh para pengungsi dan masyarakat yang ketempatan

Desa Tangguh Masyarakat Dusun Tegal Rejo ,Mriyan ,Musuk, Boyolali dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi

Sebuah dusun yang terletak di sisi Timur dari Gunung Merapi, tepatnya di dusun Tegal Rejo Desa Mriyan, Kec. Musuk Kab. Boyolali, yang hanya berjarak 7 km dari Gunung Merapi, mempunyai beberapa hal tentang kesiapsiagaan menghadapi Ancaman Erupsi dari Gunung Merapi dan mempunyai strategi dalam pengamanan aset dalam hal ini ternak juga mata pencaharian termasuk jika krisis air terjadi
Terkait dalam kegiatan kesiapsiagaan dan Pengurangan Risiko Bencana di dusun Tegal Rejo, yang berketahanan terhadap bencana, Masyarakat sadar akan suatu saat terjadi aktivitas dan meningkatnya aktivitas Gunung Merapi, dengan adanya kesadaran itulah, pengalaman Erupsi Gunung Merapi tahun 2010, mengungsi secara mandiri dan sudah disiapkan jauh- jauh hari disaat Gunung Merapi pada status “waspada” semua tugas masyarakat dijalankan sesuai dengan mandatnya, dalam hal kebutuhan logistik warga, hal penyiapan armada, hal komunikasi (HT) sudah dijalankan sesuai peran dan tanggung jawab warga masyarakat. Sebetulnya jika dibandingkan ancaman Erupsi Gunung Merapi,di warga sekitar jauh lebih besar Risikonya bila terjadi Krisis Air yang disebabkan kemarau panjang, hal yang bisa dilakukan adalah mencari sumber mata air jika sudah dapat, bersama-sama membangun Bak Penampungan yang biayanya swadaya dan mencari dukungan dari beberapa LSM, LSM Perkumpulan Kappala Indonesia dalam hal ini yang sudah memberikan dukungan biaya untuk membuat Bak Penampungan Air Bersih, untuk membangun Bak Penampungan Air Bersih warga dusun Tegal Rejo membentuk kelompok pemuda, juga didukung kelompok tani “Gemi nan Setiti” . Hal lain yang bisa dilakukannya adalah membeli air bersih dari PMI yang seharga Rp 200.000, itupun dari iuran swadaya warga dusun Tegal Rejo, dan mendapatkan 5000 liter Air Bersih. Selain itu juga hal dalam beternak, di dusun Tegal Rejo semua warga berternak Sapi Perah namun ada juga yang berternak Sapi Metal namun mayoritas berternak Sapi Perah, mengingat pentingnya hasil jual susu perahnya. Dalam merawat dan mengelola ternak, warga Dusun Tegal Rejo sebelumnya mendapat pelatihan tentang cara dan perawatan ternak, Pelatihan dilakukan selama empat hari, dan mendatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan hewan Kab. Boyolali, dan tentunya dukungan Pelatihan ini di dukung juga dari PSMB-UPN “veteran” Yogyakarta. Terkait juga PSMB-UPN “veteran”Yogyakarta mempunyai program Penguatan Kapasitas dalam Pengamanan Aset dan Pengelolaannya
Dalam bidang informasi dan komunikasi, didirikannya Radio Komunitas yang bernama “Gemi nan Setiti FM’ mengingat sadarnya kebutuhan informasi dan komunikasi dan pengelolaan Radio ini dikelola secara mandiri, Dukungan peralatan radio (komputer) dari Perkumpulan Kappala Indonesia. Dan bisa digunakan untuk media penyiaran kampanye Pengurangan Risiko Bencana yang ada di dalam masyakarat sekaligus sebagai media hiburan untuk warga Tegal Rejo pada Khususnya .

Desa Tangguh Masyarakat Dusun Kemiren, Kemiren ,Srumbung, Magelang dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi

Dusun yang terletak sebelah barat dari Gunung Merapi, yang berjarak hanya 10 km dari puncak Merapi, yang aktivitas warganya mengelola tanaman salak dan berternak sebagai aset penghidupan masyarakat setempat, Warga dusun kemiren sadar akan suatu saat erupsi merapi terjadi, maka sebab itu masyarakat berinisiasi membangun Gardu/ Pos Pemantuan, dengan cara iuran tiap Kepala Keluarga, sebelumnya PSMB-UPN “ Veteran” Yogyakarta memberikan dukungan atas pembangunan yang selanjutnya di teruskan oleh warga dusun kemiren sendiri, disamping untuk fungsi melihat visual ke arah gunung merapi, dan melihat Alur Sungai jika ada ancaman Lahar hujan masuk ke hulu sungai Bebeng. Aktivitas rutin didalam masyarakat kemiren dilakukan berladang, dan melakukan pembibitan pohon sengon, yang dikelola warga dusun kemiren sendiri.
Dalam kegiatan Pengurangan Risiko Bencana warga dusun Kemiren melakukan aktivitas seperti biasa, namun jika ada gejala akan terjadi erupsi merapi, warga mulai melakukan Rondha/jaga kampung, dan tetap melakukan dan mencari informasi frekwensi di 14.928 yang merupakan RPU yang dimiliki Pasag Merapi, yang didukung oleh PSMB-UPN “ Veteran” Yogyakarta. Selanjutnya warga membangun jejaring komunikasi antar dusun baik di atasnya ( dusun Jamburejo) maupun di bawahnya ( dusun Kamongan). Kerjasama antara warga dan pemerintah desa cukup baik saling memberikan informasi dan kerjasama yang baik. Dalam kegiatan Pengurangan Risiko Bencana, warga dusun kemiren mengadakan pelatihan CBDRM dan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, yang atas kerja sama Pasag Merapi dan Perkumpulan Kappala Indonesia, dan didukung oleh PSMB-UPN “ Veteran” Yogyakarta. Dalam kelembagaan lokal tingkat dusun, sudah ada beberapa relawan salah satu diantaranyaTIM SIAGA PASAG MERAPI. Yang sudah terlatih dalam menghadapi ancaman Erupsi Merapi, disini sudah ada pengelompokan dalam PRB, salah satunya Membentuk kelompok Tim bidang Logistik, Evakuasi, dan Tim Komunikasi, Tim Bidang pelatihan kesiapsiagaan bencana. Keberfungsian TIM SIAGA PAAG MERAPI, diantaranya membangun jejaring komunikasi dengan pemrintah, dalam hal ini BPPTK, untuk menginformasikan tentang perkembangan status Gunung Merapi. Dalam menghadapi erupsi gunung merapi pada tahun 2010 kemarin, banyak yang berperan aktif warga dusun kemiren. Tokoh Pemuda diberi mandat untuk menjaga dusun kemiren, jika ditinggal mengungsi. Dari Sumberdaya yang dimiliki warga dusun kemiren, warga sadar bahwa tinggal di kawasan rawan bencana (KRB III) merupakan daerah yang berisiko Tinggi atas ancaman erupsi merapi.


Desa Tangguh Masyarakat Dusun Kaliurang Utara, Kaliurang, Srumbung, Magelang dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi

Dusun Kaliurang Utara, yang terletak pada sisi barat dari gunung merapi, yang termasuk pada Kawasan Rawan Bencana III, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman yang dibelah oleh Sungai Krasak, dan masuk daerah Administratif Kabupaten Magelang. Masyarakat yang setiap harinya ke ladang, dan berternak dan penambang pasir di sungai bebeng, masyarakat kaliurang utara, merupakan sebuah dusun yang terkenal dengan pertumbuhan salak pondoh, salah satu penghasilan berkomoditi ekspor dan masuk ikon kabupaten Magelang untuk kawasan pembibitan dan produksi salak yang berada di magelang, dilihat dari segi ekonomi, masyarakat kaliurang memberatkan pada penghasilan salak pondoh dan suplai pasir dan batu disungai bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan ekonomi.
Kegiatan dalam Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas, pelatihan – pelatihan manajeman bencana, dan pembentukkan TIM SIAGA PASAG MERAPI, yang masyarakat sadar bahwa hidup di KRB Merapi merupakan sebuah tanggung jawab para pemangku dan masyarakat sekitar, tentang ancaman erupsi merapi yang suatu saat bisa terjadi. Dalam hal yang sama kegiatan Pelatihan Manajemen Bencana yang dilakukan masyarakat sebagai salah satu pengetahuan dan peningkatan kapasitas warga dusun kaliurang utara, untuk bisa mengelola ancaman biar tidak menjadi bencana, dan mengurangi risikonya, Merupakan langkah awal warga dusun kaliurang utara untuk mengelola lingkungannya dan mengenal lokasi daerahnya . Pelatihan – pelatihan CBDRM dilakukan atas kebutuhan dan inisitif warga dusun kaliurang utara yang didukung oleh perkumpulan Kappala Indonesia, yang bekerja sama dengan PASAG MERAPI, PMI, dan LSM lain yang bergerak di bidang DRR, materi – materi dalam pelatihan CBDRM salah satunya membuat protap dan membuat peta risiko tingkat dusun juga keluaran produk pelatihan menghasilkan TIM SIAGA PASAG MERAPI, yang sudah terlatih dan mempunyai Tim Fasilitator Penanggulangan Bencana.
Dengan warga yang sadar bwahwa pentinganya membangun jejaring kesiapsigaan, warga membuat pos pengamatan visual gunung merapi, didukung oleh PSMB-UPN “ Veteran” Yogyakarta, yang suatu saat bisa digunakan masyarakat dusun kaliurang utara untuk mengamati kondisi visual tentang gejala dan tanda aktivitas gunung merapi, yang kemudian disebarkan ke masyarakat.
Persiapan dalam kegitan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas, masyarakat kaliurang, bekerjasama dengan PMI yang didukung Palang Merah Denmark, membangun Tempat Pengungsian Sementara dan membangun Pos Pengamatan Visual Merapi yang diperuntukkan warga Kaliurang sekitarnya.
Selain ancaman primer Gunung Merapi merka juga dihadapkan untuk ancaman Lahar Hujan Gunung Merapi, dan untuk mengantisipasi mereka membangun jejaring komunikasi antara masyarakat atas dan bawah sehingga terjadi kesinambungan tentang kesiapsiagaan masyarakat atas dan bawah adapu Protap yang mengatur hubungan tersebut dibawah ini
Informasi datangnya banjir lahar diperoleh dari
  1. PGM dan BPPTK
  2. Lewat Seismig melalui suara kresek dari HT
  3. Dari pengamatan langsung masyarakat dari tebing sungai
  4. Berdasar pengalaman (kebiasaan datangnya banjir)
  5. PASAG Merapi membangun jaringan komunikasi untuk meminta informasi hujan di bagian hulu kepada desa yang ada di bagian atas yang dapat memantau lebih jelas
Penyebaran informasi datangnya banjir ke masyarakat
  1. Masyarakat melakukan pengamatan visual maupun audio (HT) dan kesiapsiagaan di hulu Sungai Bebeng pada saat terjadi hujan di atas atau di puncak dan menginformasikan kepada para penambang terutama yang berasal dari luar.
  2. untuk penambang yang kebanyakan masyarakat lokal sudah paham, dan biasanya begitu turun hujan langsung menghentikan aktifitasnya
  3. informasi datangnya banjir biasanya malah membuat masyarakat melihat/menonton, karena dianggap aman dengan ketinggian tebing dan lebar sungai yang besar
  4. kedatangan bajir sudah diketahui oleh masyarakat luas lewat berbagai tanda dan kebiasaan
Sehingga dengan hubungan itu masyarakat desa kaliurang berperan aktif dalam memantau ancaman banjir lahar hujan, menambah kapasitas masyarakat dalam proses Pengurangan Risiko Bencana dan masyarakat sadar bahwa PRBBK merupakan sebuah gerakan yang saling berkontribusi dalam masyarakat yang juga nantinya berguna dan bermanfaat di masyarakat pada umumnya


0 komentar:

Posting Komentar