Desa
Tangguh Masyarakat Dusun Turgo,
Purwobinangun, Pakem, Sleman dalam
Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun yang
terletak di sebelah barat daya dari Gunung Merapi, yang masuk
administratif Kabupaten Sleman, yang dulu pernah mengalami Bencana
Erupsi Gunung Merapi pada tahun 1994 lalu adalah dusun Turgo, Desa
Purwobinangun, Kecamatan Pakem. Kegiatan masyarakat sehari – hari
adalah petani, peternak sapi perah dan penambang pasir di sungai
Boyong, kehidupan masyarakat masih kental dengan kegiatan gotong –
royong, sebagian masyarakat tinggal di relokasi sudimoro, sejak pasca
bencana tahun 1994. dalam aktivitas sehari – hari, masyarakat
disibukkan mencari rumput dan kayu bakar, rumput merupakan aset yang
cukup vital karena untuk makan ternak, disamping itu juga rumput
sebagian dijual, seandainya pada musim kemarau ada yang membeli
rumput, karena di musim kemarau cari rumput sangatlah sulit dan untuk
kayu bakar biasanya untuk keperluan sehari – hari, memasak, ada
juga sebagian yang dijual dengan harga rata – rata 15.000 –
20.000 per gulung (unting). Jika waktu pagi dusun turgo masih sepi
semua masyarakatnya pergi ke kebun, ladang, mencari rumput. Di dusun
turgo ini mulai kelihatan ramai pada pukul 16.00 semuanya sudah pada
pulang dari kebun (ladang). Selepas sore (maghrib) masyarakat
setempat nongkrong di gardu, sekalian sambil rondha sampai larut
malam, selain itu ada yang dirumah sambil nonton televisi. Berkaitan
dengan aktivitas masyarakat dusun turgo, kesemuannya dilakukan setiap
hari. Mata pencaharian masyarakat turgo sebagian ada juga sebagai PNS
(Guru SD),
Pekerja
Wiraswasta.
Walaupun begitu hampir seluruh masyarakat beternak sapi perah, dan
susunya dijual ke koperasi kaliurang.
Dalam kelembagaan di Dusun Turgo
sudah ada arisan ibu – ibu, arisan bapak – bapak, koperasi susu
sapi perah. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu dan
hari selasa. Ada juga masyarakat yang punya saham untuk penambang
pasir, karena tujuannya agar memudahkan mekanisme jalannya aktivitas
penambang juga merupakan mata pencaharian yang paling utama di
masyarakat turgo.
Selain itu ada
juga relawan Penanggulangan Bencana,
jika Gunung
Merapi sudah
mulai menunjukkan
aktifitasnya, salah satunya Relawan Kawastu dan Relawan Pasag Merapi.
Dalam kesiapsiagaan bencana
masyarakat turgo, sudah mempunyai Protap yang sudah disepakati semua
warga, dalam hal ini jika Merapi sudah pada Status “SIAGA” semua
warga sudah menjalankan peran masing – masing yang sudah ada sesuai
protap dusun. Jika untuk urusan mengevakuasi ternak, sudah disiapkan
dan sudah ada barak khusus untuk ternak,bertempat di Relokasi
Sudimoro yang terletak 6 km ke bawah (selatan) dari dusun turgo
dalam hal evakuasi ternak dilakukan jika Merapi pada Status “WASPADA”
Lantas jika berbicara pada Sistem Peringatan Dini, bisa Jadi “STATUS”
bisa dijadikan Sistem Peringatan Dini, mengingat pengalaman erupsi
merapi pada tahun 1994, tidak terulang lagi dan Mengungsi Secara
Mandiri merupakan kesadaran warga masyarakat turgo pentingnya dalam
Pengurangan Risiko Bencana. Sumber daya yang ada di dusun Turgo,
tentang pelaku – pelaku Penanggulangan Bencana, mempunyai Relawan
Kawastu (Kawasan Turgo), ada beberapa anggota masyarakat yang ikut
menjadi Relawan Sibat ( bentukan PMI) dengan program ICBRR
(Integrated Community Based Risk Reduction), Relawan Pasag Merapi,
Relawan dari KLM (Komunitas Lereng Merapi ), Relawan dari TAGANA,
juga warga yang menjadi SAR baik Provinsi maupun Kabupaten. Lembaga
– Lembaga LSM lain seperti AKSARA juga berkontribusi pada
Penguatan dan perlindungan Anak dalam Pengurangan Risiko Bencana,
dengan adanya program- program seperti itu tentunya memberikan
pembelajaran tentang Hak – Hak Anak jika Bencana terjadi juga
mengenalkan alur proses Pengurangan Risiko Bencana berbasis
sekolah/anak. Pelatihan PRA yang dilakukan masyarakat kerjasama
dengan PMI selain itu juga Pelatihan – pelatihan PRBBK dan PPGD
pernah dilakukan oleh masyarakat turgo dan didampingi dari
Perkumpulan Kappala Indonesia, PSMB-UPN dan Kegiatan Pelatihan WAJIB
LATIH PENANGGULANGAN BENCANA yang di dukung Forum Merapi bekerjasama
dengan PASAG MERAPI pada tahun 2008, menambah wawasan dan pengalaman
bagi masyarakat Dusun Turgo pada khusunya.
Bangunan – bangunan yang bersifat
Mitigasi termasuk Jalur evakuasi, Pos Pemantauan dibangun secara
swadaya oleh masyarakat dan mendapat dukungan dari Palang Merah
Indonesia,didukang Palang Merah Denmark bisa difungsikan secara
maksimal, Titik Kumpul sudah ada, jika status Merapi Meningkat,
selain itu ada juga Bunker Komunal, yang berkapasitas 48 orang dengan
posisi berdiri dan Bunker Keluarga, yang dibangun Paska Erupsi
Merapi 1994, pembangunan bunker ini diinisiasi oleh warga masyarakat
turgo dan didukung oleh Perkumpulan Kappala Indonesia pada tahun 1996
Dalam Pengelolaan Komunikasi, di
dusun turgo sudah mempunyai frekwensi sendiri, yaitu TURGO ASRI,
dengan frekwensi 14.920, yang dikelola oleh masyarakat sendiri secara
swadaya dengan sitem Paguyuban, yang keberadaannya terletak di
Tritis, untuk biaya perawatan diadakan arisan, dalam dial frekwensi
ini, digunakan oleh masyarakat umum, yang mau mengetahui tentang
perkembangan aktivitas merapi dan status merapi ( dalam kondisi
apapun/normal juga meningkat ) adapun frekwensi lainnya yaitu LINMAS
di Frekwensi 15.917, namun ini dikelola Linmas, dan penanggung jawab
di Pemerintahan Desa Purwobinangun. Dalam hal ini Gerakan PRBBK
dilakukan mengingat peran masyarakat sangat penting dalam mewujudkan
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas dan mewujudkan Desa
Tangguh yang berketahan terhadap Bencana Erupsi Merapi.
Desa
Tangguh Masyarakat Dusun Tunggul
Arum ,Wonokerto,Turi,Sleman
dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun yang terletak dekat perbatasan
Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Magelang, yang berjarak 8 km dari
puncak Gunung Merapi, sebagai dusun yang tertinggi di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, mempunyai sumberdaya masyarakat yang tangguh dalam
kesiapsigaan dalam Pengurangan Risiko Bencana, mengingat pengalaman –
pengalaman erupsi dari tahun sebelumnya. Melihat kegiatan Masyarakat
dalam Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat, sejak tahun
1994 pasca erupsi gunung merapi, yang mengarah masuk ke sektor hulu
sungai boyong, memberikan pengalaman penting, bahwa masyarakat sadar
akan risiko yang terjadi jika suatu saat kembali terjadi erupsi lagi,
untuk itu di tahun 1995, warga dusun tunggul arum membentuk kelompok
masyarakat yang nantinya sadar, tanggap, tangguh terhadap ancaman
erupsi merapi, yaitu membentuk Paguyuban Siaga Merapi, yang diikuti
mulai dari Pak Dukuh sampai masyarakat. Jika dilihat dari tahun
sekarang, tentunya dusun tunggularum lebih dulu sadar akan ancaman
dan bahaya dari erupsi merapi, maka dari itu dengan LSM Perkumpulan
Kappala indonesia, mengadakan Kegiatan Pelatihan CBDRM dan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat bersama – sama warga dusun
tunggul arum dan sekitarnya untuk membangun jejaring dan membuat
Protap dusun, untuk bisa mengelola masyarakat,jika dalam keadaan
darurat. Kegaiatan tentang CBDRM tentunya memberikan peran masyarakat
dan mengetahui tentang proses mengenal ancaman dan jenis – jenis
ancaman dari gunung merapi, juga melatih masyarakat mengenal tentang
lingkungannya dan jalur evakuasi lewat pembuatan Peta Risiko Bencana.
Dengan pengalaman yang ada, muncul gagasan dari warga untuk membuat
pos pemantauan yang berfungsi untuk melihat tanda atau gejala visual
jika merapi aktivitasnya meningkat, Dalam pembuatan Pos Pemantauan
(gardu), diinisiasi oleh warga lewat iuran swadaya dari warga sendiri
dan membuat proposal dengan Dinas P3BA, akhirnya bisa dibangun dan
sesuai dengan fungsi nya. Disamping fungsi untuk “melihat Aktivitas
Merapi”, Pos pemantauan (gardu) digunakan untuk jaga siskamling
(rondha), dan pengamanan dusun tunggul arum., selain kegiatan
pengurangan risiko bencana, dalam hal ini membentuk TIM SIAGA PASAG
MERAPI, bersamaan juga belajar tentang pengaman aset , yang pada
tahun 2009 didukung oleh PSMB-UPN “veteran” Yogyakarta, tujuannya
untuk memberikan penguatan kapasitas pada warga dusun tunggul arum,
jika terjadi erupsi merapi, ternak-ternaknya biar bisa tetap “hidup”
dalam kondisi darurat. Dusun Tunggularum mempunyai jalur frekwensi
15.106.0, yang didukung PSMB-UPN “veteran” Yogyakarta dan
bekerjasama dengan Pasag Merapi bertujuanuntuk memudahkan komunikasi
kesiapsiagaan dan pengelolaan sumberdaya yang ada dalam PRA, SAAT,
SESUDAH bencana. Pengalaman disaat erupsi merapi, warga melakukan
pengungsian mandiri,atas kerjasama pihak sekolah dasar Sanggrahan
dengan warga dusun tunggularum Sumberdaya yang ada dilihat dari segi
Mitigasi Bencana, di Dusun Tunggul Arum, memilik Ruang Lindung
Darurat (Bunker), yang dibangun masyarakat atas kerjasama dengan
Dinas P3BA kala itu. Selain itu jalan evakuasi sudah memadai dan ada
kesepakatan titik kumpul, yang disepakati warga. Dalam kegiatan
sehari- hari warga lebih banyak ke ladang dan merawat ternak, ada
beberapa warga yang mata pencahariannya sebagai Tukang Batu dan Kayu
, Guru, untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari – hari
Desa
Tangguh Masyarakat Dusun Deles
, Sidorejo,
Kemalang,
Klaten dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun Deles
merupakan desa teratas disisi kanan alur
sungai Woro atau arah tenggara dari Merapi
, memilki 2 dusun yang terancam awan panas
Deles dan Karang Gondang, Deles sendiri terdiri tiga kring/gerumbul,
yakni Deles, Mbangan, dan Petung. Sedangkan untuk ancaman banjir
lahar terdapat 4 dusun yang rawan, yakni Deles, Ngemplak, Karang,
Segadung
Merupakan daerah
wisata, yang justru banyak dikunjungi saat merapi aktifitasnya naik,
namun banyaknya penambangan, membuat jalan menjadi rusak,
tapi semakin sadar tentang pentingnya jalur evakuasi maka sekarang
Jalur Evakuasi sudah layak dan dan didukung dengan Rambu – rambu
arah jalur evakuasi yang sudah ada dan siap digunakan jika suatu
saat Aktivitas Merapi meningkat dan tentunya untuk
urusan evakuasi bagi masyarakat telah mensepakti jalur alternatif,
dan menjadi kesepakatan semua pihak.
Sarana komunikasi
relatif terpenuhi, karena HT telah
ada di dusn-dusun rawan, speaker masjid telah pula disepakati menjadi
sarana penyebar informasi. Didesa Sidorejo, tepatnya dusun Deles,
berdiri stasiun Radio Komunitas lintas Merapi, yang bertujuan untuk
mempermudah penyebaran informasi dari yang sebelumnya hanya
menggunakan HT, menjadi lewat radio yang relatif banyak dipunyai
masyarakat. Dalam Hal kegiatan – kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana sebetulnya relatif banyak yang telah
dilakukan bagi masyarakat warga deles pada khususnya, dikarenakan
warga masyarakat di dusun Deles, Sidorejo banyak yang aktif dan
menjadi Pelaku Penanggulangan Bencana di kampungnya menjadi Relawan
Tagana, Pasag Merapi, Relawan Radio Lintas Merapi, Relawan PMI dan
hal – hal tersebut paling tidak untuk penguatan kapasitas warga
dalam Pengurangan Risiko Bencana sudah ada. Mengingat dulu, di dusun
Deles, Sidorejo. Muncul Radio Komunitas Lintas Merapi dengan
Frekwensi 106.40 Mhz, yang berdiri pada tahun 1996 dukungan dari
Perkumpulan Kappala Indonesia, yang dikala itu Radio Komunitas
berfungsi untuk media informasi dan dan hiburan untuk masyarakat
deles dan sekitarnya, dan berfungsi untuk menyebarkan informasi dini
tentang aktivitas dan status dari Gunung Merapi, Sampai sekarang
keberfungsian dan keberadaan Radio Komunitas Lintas Merapi sangat
vital dalam bentuk segi apapun. Tentunya disini Radio Komunitas bisa
dijadikan Media Pengurangan Risiko bencana, dengan cara kampanye,
advokasi untuk mengelola lingkungan di kawasan Gunung Merapi, dan
Misi Radio Lintas merapi adalah 1) Mendorong kapasitas dalam
Penanggulangan Bencana Merapi, 2) Mengajak berperan aktif memberi
contoh yang baik dalam Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan, 3)
Melestarikan Budaya Lokal dalam upaya Mewujudkan “Hidup Nyaman
bersama Ancaman Merapi” . Ada banyak pelaku warga masyarakat di
dusun deles yang dulunya mengikuti pelatihan CBDRM dan PPGD yang
didukung oleh Perkumpulan Kappala Indonesia dan PSMB UPN juga kawan –
kawan Pasag Merapi di wilayah Kabupaten Klaten. Selain itu ada
pelatihan Jurnalis yang pada tahun 2008 diselenggarakan oleh
Perkumpulan Kappala Indonesia, Kegiatan Pelatihan WAJIB LATIH
PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI pada tahun 2008, yang
didukung Forum Merapi yang bekerjasama dengan PASAG MERAPI . Ada
banyak yang mendukung Radio Komunitas Lintas Merapi, salah satunya
oleh CRI yang membantu peran – peran di dunia internet dan yang
menginisiasi adanya Jalin Merapi yang mencakup informasi –
informasi seputaran Gunung Merapi. Kegiatan yang sama dalam
mengkampanyekan isu – isu DRR,diadakan talk show lewat radio yang
narasumbernya dari berbagai pihak yaitu Pemerintah desa Sidorejo,
Pihak Kecamatan Kemalang dan warga masyarakat sekitar juga dari pihak
Akademisi dalam talk show lewat radio bertujuan sebagai alat media
Radio berperan aktif dalam Pengurangan Risiko Bencana di Kawasan
Merapi, mengingat warga – warga masyarakat lebih banyak menggunakan
media alat Radio untuk mencari sumber informasi, Kegiatan ini
didukung oleh PSMB UPN.
Di sudut – sudut dusun sudah ada
rambu tentang arah dan jalur evakuasi yang sudah disepakati bersama
warga masyarakat deles, bahkan sudah ada 2 pos pemantauan yang salah
satu Pos Pemantauannya didukung oleh YEU, yang dimanfaatkan warga
sekitar untuk memantau visual Gunung Merapi dalam kondisi jika
aktivitas meningkat. Jalur Evakuasi yang sudah ada dan cukup memadai
untuk mendukung proses – proses evakuasi warga sekitar, dan sampai
terwujudnya fasilitator – fasilitator PRBBK di tingkat Dusun,
kesemuanya merupakan aset dan seluruh sumberdaya yang ada di Dusun
Deles, Sidorejo, dalam mewujudkan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Komunitas
Desa
Tangguh Masyarakat Dusun TlogoLele
,Tlogolele,Selo,
Boyolali dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun
Tlogolele, Desa
Tlogolele
Masih merupakan
wilayah Kecamatan Selo, Boyolali, memiliki 7 dusun dari yang terdekat
dengan puncak merapai adalah Stabelan, Takeran, Belang, Karang, Gumuk
Rejo, Donorejo, Tlogo Lele dan Tlogo Mulyo. Stabelan
sebagai Dusun tertinggi hanya berjarak 3,5 kilometer dari puncak
merapi. Antar dusun telah terhubungkan dengan jalan aspal dengan
lebar rata-rata kurang dari 6 meter, sehingga ketika terjadi
simpangan kendaraan roda empat harus hati-hati
Untuk
mengantisipasi letusan merapi, Balai Desa yang berjarak 4 kilometer
dari Dusun Stabelan telah disepakati sebagai titik aman pertama ,
yang artinya apabila terjadi letusan, setidak-tidaknya warga harus
mengungsi sampai ke balai desa, apabila tetap berbahaya, maka
penduduk mengungsi ke daerah yang lebih aman menuju
desa Sengi di magelang, karena kalau menuju
ke arah Selo, justru berbahaya karena harus menyebrangi sungai Apu.
Desa Tlogolele
mempunyai sarana komunikasi yang relatif lengkap, hampir semua kepala
dusun telah memilki HT, demikian pula dengan perangkat Desanya,
sedang di masyarakat terdapat 4 HT yang ada di 4 dusun, sarana
lainnya telah memilki megaphone senganyak 3 buah, dn memanfaatkan
speaker masjid untuk penyebaran informai ke masyarakat
luas. Didesa tlogolele telah terdapat pula tim siaga yang anggotanya
tersebar diseluruh dusun, yang terlatih sejak tahun 2003,
simulasi Penanggulangan Bencana sering di lakukan di desa Tlogolele,
mengingat ada desa Stabelan yang berjarak 3,5km dari Merapi, proses –
proses simulasi dan penyusunan skenario bersama – sama dibuat oleh
warga masyarakat dengan Pemerintah Desa Tlogolele, Di tahun 2007 di
desa Tlogolele diadakan simulasi/ gladi dalam upaya Pengurangan
Risiko Bencana yang didukung Oxfam dan PSMB-UPN. Tidak hanya sekali
itu saja, di awal tahun 2010, dilaksanakan simulasi/gladi, namun hal
ini berbeda, dikarenakan merupakan inisiatif masyarakat desa
tlogolele sendiri dan hanya dilakukan swadaya di Masyarakat,
Pelatihan PPGD dan CBDRM pada tahun 2007 yang dilakukan warga
masyarakat dan bekerja sama dengan Pasag Merapi.
Didesa Tlogolele
sudah terbentuk cluster atau kelompok dalam Pengurangan Risiko
Bencana, yaitu Kelompok Logistik dan Dapur Umum, Kelompok Evakuasi,
Kelompok Komunikasi dan Informasi yang berguna untuk mengintegrasikan
sistem PRB yang ada di lingkup desa Tlogolele, dan sudah Ada Pos
Pemantauan yang berdiri pada tahun 2008, dengan dukungan PSMB UPN,
dan selanjutnya swadaya warga masyarakat desa Tlogolele khususnya,
mengingat pentingnya pemantauan visual merapi, jika aktivitasnya
meningkat. Pada tahun 2009 didirikan Forum Pengurangan Risiko Bencana
Desa Tlogolele yang bertujuan sebagai media kelompok sosial yang
tangguh dalam mengantisipasi dan berperan aktif dalam Pengurangan
Risiko Bencana di tingkat Desa. Pelaku – pelaku kerja LSM CRS yang
mengupayakan membangun sebuah tower sekaligus untuk Sistem Peringatan
Dini dan yang terletak di desa Tlogolele. Dan bila terjadi Erupsi
Gunung Merapi, maka Proses Evakuasi dilakukan oleh TIM SIAGA DESA
TLOGOLELE dengan Proses
Evakuasi
dimulai
- Dari tingkat RT sampai Dusun telah ada kesepakatan mengenai titik berkumpul dan arah mengungsi
- Proses evakuasi dilakukan dengan mempergunakan sarana evakuasi yang ada (mempergunakan kendaraan yang ada di masyarakat)
- Jalur evakuasi memperhatikan beberapa hal, antara lain jarak semakin menjauhi gunung, memperhatikan jalur dengan jarak ke sungai, mempertimbangkan jalur alternatif
- Dalam proses evakuasi telah terjadi kesepakatan mengenai prioritas yang diungsikan
- Tempat evakuasi telah disepakati bersama oleh para pengungsi dan masyarakat yang ketempatan
Desa
Tangguh Masyarakat Dusun Tegal
Rejo ,Mriyan
,Musuk, Boyolali
dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Sebuah dusun yang terletak di sisi
Timur dari Gunung Merapi, tepatnya di dusun Tegal Rejo Desa Mriyan,
Kec. Musuk Kab. Boyolali, yang hanya berjarak 7 km dari Gunung
Merapi, mempunyai beberapa hal tentang kesiapsiagaan menghadapi
Ancaman Erupsi dari Gunung Merapi dan mempunyai strategi dalam
pengamanan aset dalam hal ini ternak juga mata pencaharian termasuk
jika krisis air terjadi
Terkait dalam kegiatan
kesiapsiagaan dan Pengurangan Risiko Bencana di dusun Tegal Rejo,
yang berketahanan terhadap bencana, Masyarakat sadar akan suatu saat
terjadi aktivitas dan meningkatnya aktivitas Gunung Merapi, dengan
adanya kesadaran itulah, pengalaman Erupsi Gunung Merapi tahun 2010,
mengungsi secara mandiri dan sudah disiapkan jauh- jauh hari disaat
Gunung Merapi pada status “waspada” semua tugas masyarakat
dijalankan sesuai dengan mandatnya, dalam hal kebutuhan logistik
warga, hal penyiapan armada, hal komunikasi (HT) sudah dijalankan
sesuai peran dan tanggung jawab warga masyarakat. Sebetulnya jika
dibandingkan ancaman Erupsi Gunung Merapi,di warga sekitar jauh
lebih besar Risikonya bila terjadi Krisis Air yang disebabkan kemarau
panjang, hal yang bisa dilakukan adalah mencari sumber mata air jika
sudah dapat, bersama-sama membangun Bak Penampungan yang biayanya
swadaya dan mencari dukungan dari beberapa LSM, LSM Perkumpulan
Kappala Indonesia dalam hal ini yang sudah memberikan dukungan biaya
untuk membuat Bak Penampungan Air Bersih, untuk membangun Bak
Penampungan Air Bersih warga dusun Tegal Rejo membentuk kelompok
pemuda, juga didukung kelompok tani “Gemi nan Setiti” . Hal lain
yang bisa dilakukannya adalah membeli air bersih dari PMI yang
seharga Rp 200.000, itupun dari iuran swadaya warga dusun Tegal Rejo,
dan mendapatkan 5000 liter Air Bersih. Selain itu juga hal dalam
beternak, di dusun Tegal Rejo semua warga berternak Sapi Perah namun
ada juga yang berternak Sapi Metal namun mayoritas berternak Sapi
Perah, mengingat pentingnya hasil jual susu perahnya. Dalam merawat
dan mengelola ternak, warga Dusun Tegal Rejo sebelumnya mendapat
pelatihan tentang cara dan perawatan ternak, Pelatihan dilakukan
selama empat hari, dan mendatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan
hewan Kab. Boyolali, dan tentunya dukungan Pelatihan ini di dukung
juga dari PSMB-UPN “veteran” Yogyakarta. Terkait juga PSMB-UPN
“veteran”Yogyakarta mempunyai program Penguatan Kapasitas dalam
Pengamanan Aset dan Pengelolaannya
Dalam bidang informasi dan
komunikasi, didirikannya Radio Komunitas yang bernama “Gemi nan
Setiti FM’ mengingat sadarnya kebutuhan informasi dan komunikasi
dan pengelolaan Radio ini dikelola secara mandiri, Dukungan peralatan
radio (komputer) dari Perkumpulan Kappala Indonesia. Dan bisa
digunakan untuk media penyiaran kampanye Pengurangan Risiko Bencana
yang ada di dalam masyakarat sekaligus sebagai media hiburan untuk
warga Tegal Rejo pada Khususnya .
Desa
Tangguh Masyarakat Dusun
Kemiren, Kemiren ,Srumbung,
Magelang dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun yang terletak sebelah barat
dari Gunung Merapi, yang berjarak hanya 10 km dari puncak Merapi,
yang aktivitas warganya mengelola tanaman salak dan berternak sebagai
aset penghidupan masyarakat setempat, Warga dusun kemiren sadar akan
suatu saat erupsi merapi terjadi, maka sebab itu masyarakat
berinisiasi membangun Gardu/ Pos Pemantuan, dengan cara iuran tiap
Kepala Keluarga, sebelumnya PSMB-UPN “ Veteran” Yogyakarta
memberikan dukungan atas pembangunan yang selanjutnya di teruskan
oleh warga dusun kemiren sendiri, disamping untuk fungsi melihat
visual ke arah gunung merapi, dan melihat Alur Sungai jika ada
ancaman Lahar hujan masuk ke hulu sungai Bebeng. Aktivitas rutin
didalam masyarakat kemiren dilakukan berladang, dan melakukan
pembibitan pohon sengon, yang dikelola warga dusun kemiren sendiri.
Dalam kegiatan Pengurangan Risiko
Bencana warga dusun Kemiren melakukan aktivitas seperti biasa, namun
jika ada gejala akan terjadi erupsi merapi, warga mulai melakukan
Rondha/jaga kampung, dan tetap melakukan dan mencari informasi
frekwensi di 14.928 yang merupakan RPU yang dimiliki Pasag Merapi,
yang didukung oleh PSMB-UPN “ Veteran” Yogyakarta. Selanjutnya
warga membangun jejaring komunikasi antar dusun baik di atasnya (
dusun Jamburejo) maupun di bawahnya ( dusun Kamongan). Kerjasama
antara warga dan pemerintah desa cukup baik saling memberikan
informasi dan kerjasama yang baik. Dalam kegiatan Pengurangan Risiko
Bencana, warga dusun kemiren mengadakan pelatihan CBDRM dan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, yang atas kerja sama Pasag
Merapi dan Perkumpulan Kappala Indonesia, dan didukung oleh PSMB-UPN
“ Veteran” Yogyakarta. Dalam kelembagaan lokal tingkat dusun,
sudah ada beberapa relawan salah satu diantaranyaTIM SIAGA PASAG
MERAPI. Yang sudah terlatih dalam menghadapi ancaman Erupsi Merapi,
disini sudah ada pengelompokan dalam PRB, salah satunya Membentuk
kelompok Tim bidang Logistik, Evakuasi, dan Tim Komunikasi, Tim
Bidang pelatihan kesiapsiagaan bencana. Keberfungsian TIM SIAGA PAAG
MERAPI, diantaranya membangun jejaring komunikasi dengan pemrintah,
dalam hal ini BPPTK, untuk menginformasikan tentang perkembangan
status Gunung Merapi. Dalam menghadapi erupsi gunung merapi pada
tahun 2010 kemarin, banyak yang berperan aktif warga dusun kemiren.
Tokoh Pemuda diberi mandat untuk menjaga dusun kemiren, jika
ditinggal mengungsi. Dari Sumberdaya yang dimiliki warga dusun
kemiren, warga sadar bahwa tinggal di kawasan rawan bencana (KRB III)
merupakan daerah yang berisiko Tinggi atas ancaman erupsi merapi.
Desa
Tangguh Masyarakat Dusun
Kaliurang Utara, Kaliurang, Srumbung,
Magelang dalam Ketahanan Terhadap Ancaman Erupsi Merapi
Dusun Kaliurang
Utara, yang terletak pada sisi barat dari gunung merapi, yang
termasuk pada Kawasan Rawan Bencana III, yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Sleman yang dibelah oleh Sungai Krasak, dan masuk
daerah Administratif Kabupaten Magelang. Masyarakat yang setiap
harinya ke ladang, dan berternak dan penambang pasir di sungai
bebeng, masyarakat kaliurang utara, merupakan sebuah dusun yang
terkenal dengan pertumbuhan salak pondoh, salah satu penghasilan
berkomoditi ekspor dan masuk ikon kabupaten Magelang untuk kawasan
pembibitan dan produksi salak yang berada di magelang, dilihat dari
segi ekonomi, masyarakat kaliurang memberatkan pada penghasilan salak
pondoh dan suplai pasir dan batu disungai
bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan ekonomi.
Kegiatan dalam Pengurangan Risiko
Bencana Berbasis Komunitas, pelatihan – pelatihan manajeman
bencana, dan pembentukkan TIM SIAGA PASAG MERAPI, yang masyarakat
sadar bahwa hidup di KRB Merapi merupakan sebuah tanggung jawab para
pemangku dan masyarakat sekitar, tentang ancaman erupsi merapi yang
suatu saat bisa terjadi. Dalam hal yang sama kegiatan Pelatihan
Manajemen Bencana yang dilakukan masyarakat sebagai salah satu
pengetahuan dan peningkatan kapasitas warga dusun kaliurang utara,
untuk bisa mengelola ancaman biar tidak menjadi bencana, dan
mengurangi risikonya, Merupakan langkah awal warga dusun kaliurang
utara untuk mengelola lingkungannya dan mengenal lokasi daerahnya .
Pelatihan – pelatihan CBDRM dilakukan atas kebutuhan dan inisitif
warga dusun kaliurang utara yang didukung oleh perkumpulan Kappala
Indonesia, yang bekerja sama dengan PASAG MERAPI, PMI, dan LSM lain
yang bergerak di bidang DRR, materi – materi dalam pelatihan CBDRM
salah satunya membuat protap dan membuat peta risiko tingkat dusun
juga keluaran produk pelatihan menghasilkan TIM SIAGA PASAG MERAPI,
yang sudah terlatih dan mempunyai Tim Fasilitator Penanggulangan
Bencana.
Dengan warga yang sadar bwahwa
pentinganya membangun jejaring kesiapsigaan, warga membuat pos
pengamatan visual gunung merapi, didukung oleh PSMB-UPN “ Veteran”
Yogyakarta, yang suatu saat bisa digunakan masyarakat dusun kaliurang
utara untuk mengamati kondisi visual tentang gejala dan tanda
aktivitas gunung merapi, yang kemudian disebarkan ke masyarakat.
Persiapan dalam kegitan Pengurangan
Risiko Bencana Berbasis Komunitas, masyarakat kaliurang, bekerjasama
dengan PMI yang didukung Palang Merah Denmark, membangun Tempat
Pengungsian Sementara dan membangun Pos Pengamatan Visual Merapi yang
diperuntukkan warga Kaliurang sekitarnya.
Selain ancaman primer Gunung Merapi
merka juga dihadapkan untuk ancaman Lahar Hujan Gunung Merapi, dan
untuk mengantisipasi mereka membangun jejaring komunikasi antara
masyarakat atas dan bawah sehingga terjadi kesinambungan tentang
kesiapsiagaan masyarakat atas dan bawah adapu Protap yang mengatur
hubungan tersebut dibawah ini
Informasi datangnya banjir lahar
diperoleh dari
- PGM dan BPPTK
- Lewat Seismig melalui suara kresek dari HT
- Dari pengamatan langsung masyarakat dari tebing sungai
- Berdasar pengalaman (kebiasaan datangnya banjir)
- PASAG Merapi membangun jaringan komunikasi untuk meminta informasi hujan di bagian hulu kepada desa yang ada di bagian atas yang dapat memantau lebih jelas
Penyebaran informasi datangnya
banjir ke masyarakat
- Masyarakat melakukan pengamatan visual maupun audio (HT) dan kesiapsiagaan di hulu Sungai Bebeng pada saat terjadi hujan di atas atau di puncak dan menginformasikan kepada para penambang terutama yang berasal dari luar.
- untuk penambang yang kebanyakan masyarakat lokal sudah paham, dan biasanya begitu turun hujan langsung menghentikan aktifitasnya
- informasi datangnya banjir biasanya malah membuat masyarakat melihat/menonton, karena dianggap aman dengan ketinggian tebing dan lebar sungai yang besar
- kedatangan bajir sudah diketahui oleh masyarakat luas lewat berbagai tanda dan kebiasaan
Sehingga dengan hubungan itu
masyarakat desa kaliurang berperan aktif dalam memantau ancaman
banjir lahar hujan, menambah kapasitas masyarakat dalam proses
Pengurangan Risiko Bencana dan masyarakat sadar bahwa PRBBK merupakan
sebuah gerakan yang saling berkontribusi dalam masyarakat yang juga
nantinya berguna dan bermanfaat di masyarakat pada umumnya
0 komentar:
Posting Komentar