Berawal dari erupsi gunung Merapi di tahun 2010, yang memaksa semua penduduk lereng selatan Merapi untuk pindah ke barak-barak pengungsian. ditempat inilah Batik Merapi Balerante lahir.
Awalnya, sebuah instansi pendidikan dari Solo, yakni Psikologi UMS mengadakan program Trauma Hiling untuk para korban erupsi Merapi. Program ini berupa pelatihan membatik yang bekerja sama dengan Mahkota Lawean. Beberapa minggu pelatihan itu berlangsung hingga pada akhirnya warga kembali ke desanya masing -masing. Berawal dari pelatihan tersebut kemudain pihak dari Psikologi UMS dan Mahkota Lawean melihat adanya potensi yang bagus dari warga. Akhirnya beberapa minggu berselang pihak Mahkota Lawean meminta 5 warga Dusun Balerante untuk mengikuti pelatihan selama 1 bulan di sanggarnya yang berada di Solo. ke lima warga yang berlatih tersebut adalah Darwono (lik.Min), Atun, Yanto, Sumini dan Nyarmi. Mereka dilatih secara intens hingga semua menguasai proses pembuatan batik dari awal hingga akhir.
Setelah sebulan berlalu, mereka pun kembali ke Balerante untuk menyalurkan ilmunya ke warga yang lain. Hingga saat ini tercatat masih ada 20 warga yang ikut daam proses pembuatan Batik Merapi Balerante yang sampai sekarang diketuai oleh Lik Min.
Awalnya, sebuah instansi pendidikan dari Solo, yakni Psikologi UMS mengadakan program Trauma Hiling untuk para korban erupsi Merapi. Program ini berupa pelatihan membatik yang bekerja sama dengan Mahkota Lawean. Beberapa minggu pelatihan itu berlangsung hingga pada akhirnya warga kembali ke desanya masing -masing. Berawal dari pelatihan tersebut kemudain pihak dari Psikologi UMS dan Mahkota Lawean melihat adanya potensi yang bagus dari warga. Akhirnya beberapa minggu berselang pihak Mahkota Lawean meminta 5 warga Dusun Balerante untuk mengikuti pelatihan selama 1 bulan di sanggarnya yang berada di Solo. ke lima warga yang berlatih tersebut adalah Darwono (lik.Min), Atun, Yanto, Sumini dan Nyarmi. Mereka dilatih secara intens hingga semua menguasai proses pembuatan batik dari awal hingga akhir.
Setelah sebulan berlalu, mereka pun kembali ke Balerante untuk menyalurkan ilmunya ke warga yang lain. Hingga saat ini tercatat masih ada 20 warga yang ikut daam proses pembuatan Batik Merapi Balerante yang sampai sekarang diketuai oleh Lik Min.
Proses produksinya sendiri hingga saat ini masih dilakukan di Gedung Pusat Pembinaan Warga Balerante. Corak dari Batik Merapi Balerante sangat berbeda dari corak batik pada umumnya. Sesuai dengan latar belakang pembuatan, batik ini lebih banyak menggambarkan cerita seputaran Merapi, mulai dari Erupsi, hingga saat pemulihan.
Batik dan Kisah
batik ini mengisahkan kejadiaan saat erupsi Merapi,, gunung merapi terlihat menyala kemerahan karena berbalut lava. Pepohonan yang dulunya hijau kini tumbang dan berserakan dimana – mana karena terbakar. Hingga akhirnya semua menghitan, alam pun gersang tanpa ada hijaunya dedaunan..
.
.
.
Batik ini menceritakan kisah saat erupsi merapi dimana hujan abu mengguyur seluruh Lereng Selatan Merapi bagaikan salju yang menakutkan. Semua terlihat menjadi gelap,, Pepohonanpun semua mengering, yang tersisa hanyalah ranting-ranting rapuh karena terbakar.
Pesan yang disampaikan oleh batik ini adalah sebagai “pepeling” bagi warga Balerante, sak beja-bejanewong kang lali, isih beja wong kang eling lan waspada.
batik yang diwujudkan dengan motif dedaunan ini menggambarkan suasana pegunungan di lereng selatan merapi yaitu Balerante yang begitu sejuk, lambaian dedaunan yang tertiup angin menambah kedamaian hati siapapun yang menginjakkan kakinya disana. hijaunya dedaunan terus mengiingi kelokan-kelokan jalan yang panjang.
0 komentar:
Posting Komentar