Hari ini tepat 7 tahun silam dalam kondisi capek, lelah abis tidur dini hari. Baru sekejap memejamkan mata, bumi bantul di goncang gempa. Sekitar pukul 05.55 WIB dengan kekuatan 5,9 SR meluluhlantahkan bumi bantul. Ribuan nyawa melayang hanya dalam waktu sekitar satu menit. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal karena rumah rata dengan tanah. Pikiran masih belum percaya ada kejadian yang sedang terjadi.
Gempa tektonik ternyata melangguncang bantul di pagi hari Sabtu, jam 05.55 WIB. Berlari q tengah kampung dan menghampiri keluarga dan tetangga untuk menengok kondisi. Pada waktu itu q tidur di sebuah gubuk di pinggir kolam tempat usaha. Hampir terlontar dari ke dalam kolam kalau waktu itu tidak dapat menggayuh tempat tidur.
Ibu, pada waktu itu masih belum terpikirkan dan memang sempat membuat tidak percaya. Ibu, lari terlempar dan tidak bisa bergerak sama sekali untuk beranjak dan hanya pasrah. Q gayuh tubuh ibu q yang sudah tidak bisa apa2 lagi, ternyata tulang lurus lengan patah dan tulang pantat kena benturan. Setelah dapat tempat aman, semakin tidak percaya apa yang berusaja aku lihat. Tembok rumah lama tempat simbah tinggal yang rumahnya bersebelahan ternyata bengkak menganga. Bekakan tembok rumah bisa dimasukin seukuran orang dewasa. Untung tembok masih berdiri, kalau tidak sudah pasti kedua orang tuaku tertimbun reruntuhan tembok itu.
Q bawa ibuku ke rumah sakit, masih bingung rumah sakit mana yang akan dituju. Dalam benaku belum terpikir itu kejadian gempa tektonik, akan tetapi itu akibat erupsi merapi. Cari rumah sakit ke arah utara yang pikirku rumah sakit besar dan siap akan obat2an. Semua rumah sakit besar sudah siap, akan tetapi waktu itu mereka persiapan itu merapi yang waktu itu kondisi juga waspada.
Setelah masuk rumah sakit, distu banyak kurban yang sudah berda didalam rumah sakit. Baik itu yang luka-luka
atau yang sudah meninggal, berserakan di setiap bagian ruang rumah sakit. Q dapatkan tempat sedikit nyaman untuk menaruh ibu dan berharap segera dapat penanganan. Ternyata penangan juga tidak kunjung diberikan oleh pihak rumah sakit. Wajar juga karena memang rumah sakit sangat krodit dengan banyaknya pasien dengan berbagai macam kondisi.
Masih untuk pihak rumah sakit membuka ruang kepada siapa saja, baik itu orang umum atau keluarga pasien untuk membantu menangani kurban. Akupun demikian, yang penting dapat menangani ibu, baru membantu yang lain. Q cari tabung oksigen yang memang waktu itu ibu sangat butuh oksigen dan membantu meluruskan tulang luruh lengan ibu dibantu dengan selendang kain. Ibu sudah merasa nyaman, dan memintaku membantu pasien yang lain.
Siapapun tanpa kenal dan merasa lelah saling membantu pasien di rumah sakit tersebut. Dengan tempat dan kondisi yang seadanya yang pentin pasien kurban gempa nyaman. Setelah dirasakan nyaman, akupun duduk terdoko2 masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Sisa rokokpun aku raih dari kantong celana sisa semalam. Q nikmati rokok itu bersama kawan2 yang q kenal tanpa sengaja di rumah sakit itu.
Belum hilang rasa gundah sambil menyedot sebatang rokok, telp berbunyi. Tanpa sadar ternyata komunikasi juga terputus untuk semua operator. Setelah mengangkat telp dari teman dan saudara, saat itu pula air mata menetes tanpa dapat dihentikan. Perasaan sedih meletus setelah beberapa teman dan saudara mengajak ngobrol dan menenyakan kondisi.
Duka masih belum dikendalikan pada siang itu, sore harinya hujan deras mengguyur. Hujan mengguyur, dimana warga kurban gempa bantul memang tidak siap. Selain hujan deras, listrik juga padam untuk beberapa hari. Malam itu dibawah guyuran hujan deras dan gelap gulita warga mencari tempat aman dari bangunan. Membuat tempat2 yang dirasa nyaman untuk istirahat anak2 dan wanita.
Para pemuda dan bapak2 tetap siaga denganberjaga2 pada waktu malam itu. Mereka berteduh dan tidurpun dengan dibawah2 pohon dan dimanapun dirasa aman dan nyaman. Bahkan malam itu tidurpun harus sambil jongkok dengan dibawah rerintihan hujan. To be continue....(copas catatan Muhamad amrun)
0 komentar:
Posting Komentar