Ada retakan di puncak Merapi, warga di KRB III harus kosongkan desa.
VIVAnews - Balai Penyelidikan dan Penelitian Kegununungapian (BPPTKG) Yogyakarta menyebutkan ada retakan di puncak Gunung Merapi sepanjang 230 meter dan lebar 50 meter. Kondisi tersebut diminta untuk menjadi kewaspadaan warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.
Bahkan akibat erupsi 2010 lalu dan sesuai rencana tata ruang, wilayah KRB III harus sudah dikosongkan. Berkaitan dengan hal ini, warga di daerah rawan wilayah Klaten belum akan mengikuti imbuan itu. Warga menganggap sudah siap karena telah memiliki serangkain prosedur tetap (protap) untuk menghindari risiko akibat erupsi Merapi.
"Kami tidak harus melakukan pengosongan wilayah KRB III. Karena pengosongan itu bukan hanya meninggalkan kampung. Tetapi juga menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup para pengungsi," jelas Sukiman Mohtar Pratomo, Koordinator Radio Paguyuban Sabuk Gunung (Pasag) Merapi kepada VIVAnews, Jumat, 22 November 2013.
Sukiman bersama warga KRB III siap untuk mengungsi. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah apakah pemerintah siap menanggung biaya hidup dan mempersiapkan tempat pengungsian yang layak.
"Barak pengungsian yang dibuat pemerintah hanya bisa menampung warga dua RW, " ujar Sukiman yang pernah berbicara dalam forum PBB tentang peran radio komunitas untuk penanganan bencana di Jenewa, Swiss.
Karena itulah warga tetap bertahan karena telah memiliki serangkaian prosedur tetap (protap) kampung untuk menghindari risiko akibat bencana Merapi. Beberapa prosedur yang sudah dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan BPPTKG. Selain itu warga sudah paham untuk selalu siap siaga dengan bahaya Merapi.
"Kami selalu memantau dan meminta warga untuk menjauhi aliran sungai. Kami selalu terhubung dengan SMS gateway dari BPPTKG, " jelas Sukiman.
Bahkan akibat erupsi 2010 lalu dan sesuai rencana tata ruang, wilayah KRB III harus sudah dikosongkan. Berkaitan dengan hal ini, warga di daerah rawan wilayah Klaten belum akan mengikuti imbuan itu. Warga menganggap sudah siap karena telah memiliki serangkain prosedur tetap (protap) untuk menghindari risiko akibat erupsi Merapi.
"Kami tidak harus melakukan pengosongan wilayah KRB III. Karena pengosongan itu bukan hanya meninggalkan kampung. Tetapi juga menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup para pengungsi," jelas Sukiman Mohtar Pratomo, Koordinator Radio Paguyuban Sabuk Gunung (Pasag) Merapi kepada VIVAnews, Jumat, 22 November 2013.
Sukiman bersama warga KRB III siap untuk mengungsi. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah apakah pemerintah siap menanggung biaya hidup dan mempersiapkan tempat pengungsian yang layak.
"Barak pengungsian yang dibuat pemerintah hanya bisa menampung warga dua RW, " ujar Sukiman yang pernah berbicara dalam forum PBB tentang peran radio komunitas untuk penanganan bencana di Jenewa, Swiss.
Karena itulah warga tetap bertahan karena telah memiliki serangkaian prosedur tetap (protap) kampung untuk menghindari risiko akibat bencana Merapi. Beberapa prosedur yang sudah dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan BPPTKG. Selain itu warga sudah paham untuk selalu siap siaga dengan bahaya Merapi.
"Kami selalu memantau dan meminta warga untuk menjauhi aliran sungai. Kami selalu terhubung dengan SMS gateway dari BPPTKG, " jelas Sukiman.
Kerjasama Lurah
Kesiapsiagaan lain yang dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan lurah di daerah bawah lereng Merapi. Kerjasama secara informal dilakukan untuk membantu para warga KRB III yang nantinya mengungsi.
"Ini kerjasama secara informal. Jadi, karena barak pengungsian minim, kami berinisiatif menjalin kerjasama dengan para lurah di bawah untuk masalah tempat pengungsian. Seperti saat erupsi 18 November kemarin, para lurah menanyakan kami apakah akan mengungsi. Kalau mengungsi mereka akan menyiapkan tempat pengungsian," katanya.
Dijelaskan Sukiman, ada tiga dusun yang berada di wilayah KRB III. Yakni Desa Sidorejo, Balerante dan Tegalmulyo. Semuanya terletak di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
"Kalau di Sidorejo dihuni sekitar 4.100 jiwa, Tegalmulyo dan Balerante ada sekitar 3.000 jiwa," katanya. (ren)
"Ini kerjasama secara informal. Jadi, karena barak pengungsian minim, kami berinisiatif menjalin kerjasama dengan para lurah di bawah untuk masalah tempat pengungsian. Seperti saat erupsi 18 November kemarin, para lurah menanyakan kami apakah akan mengungsi. Kalau mengungsi mereka akan menyiapkan tempat pengungsian," katanya.
Dijelaskan Sukiman, ada tiga dusun yang berada di wilayah KRB III. Yakni Desa Sidorejo, Balerante dan Tegalmulyo. Semuanya terletak di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
"Kalau di Sidorejo dihuni sekitar 4.100 jiwa, Tegalmulyo dan Balerante ada sekitar 3.000 jiwa," katanya. (ren)
sumber: http://nasional.news.viva.co.id
0 komentar:
Posting Komentar