Headline News

Read more: http://secebisilmu.blogspot.com/2013/05/cara-pasang-berita-terbaru-headline.html#ixzz2Vs7VTXPC

Selasa, 03 September 2013

Catatan perjalanan Tim Jejak Petualang di MERAPI

Terletak di perbatasan propinsi DIY dan Jawa Tengah, Merapi menjadi pusat perhatian dunia karena fenomena awan beracun atau yang dikenal dengan wedus gembel saat aktifitas gunung berapi meningkat. Setelah kejadian erupsi dan letusan yang monumental di 2006 lalu, Merapi semakin menjadi sorotan publik dan beragam media dari dalam maupun luar negeri. Ditambah lagi dengan beragam tanggapan warga sekeliling Merapi saat menghadapi masa – masa kritis terhadap ancaman bahaya yang cukup unik semakin melengkapi perhatian masyarakat luas.
Aktif dan berbahaya bukan halangan bagi para petualang untuk menikmati keindahan Merapi. Jalur pendakian yang tadinya tertutup ketika status Siaga Merapi diberlakukan, saat ini telah ramai dilalui oleh para pendaki yang mencoba melongok keadaan puncak pasca erupsi. Jalur pendakian menuju puncak Merapi dapat ditempuh jalur utara di Selo, Boyolali dan jalur timur dari Kawasan wisata Deles, Klaten. Jalur selatan yang melalui Kinahrejo, Sleman, DIY maupun jalur Barat melalui Babadan, Muntilan tidak dapat lagi dilalui dengan aman karena merupakan jalur utama runtuhnya kubah lava yang terbentuk pertengahan tahun 2006 yang lalu.
Hujan rintik menyambut tim Jejak Petualang Trans 7 (JP) saat memasuki Kawasan Deles, Kemalang, Klaten Jawa Tengah akhir Februari 2008. Misi kami kali ini adalah mendaki Merapi melalui jalur timur yang terkenal dengan jalur terpanjang menuju puncak. Meski panjang, jalur Deles ini cukup aman dilalui dan menjanjikan suguhan pemandangan yang sangat indah karena melewati beberapa bukit kecil dengan hamparan vegetasi yang beragam. Kami hadir diundang oleh Komunitas Badak dan Paguyuban Sabuk Gunung (PASAG) Merapi. Setelah belanja dan mempersiapkan peralatan pendakian yang kami perlukan, kami pun berangkat ke basecamp terakhir di dusun Pajegan.
Berkekuatan 20 orang, tim Jejak Petualang bersama PASAG Merapi, Polhut Taman Nasional Gunung Merapi serta Kelompok Badak berangkat pukul 11.10 WIB dari basecamp terakhir yang berada di ketinggian sekitar 1339 m dpl. Awal perjalanan, kami menghadapi jalur pendakian yang landai diantara kawasan perkebunan dan hamparan pohon pinus di kanan kiri jalan. Jalur landai ini tak bertahan lama, setelah 15 menit berjalan serta tubuh mulai menyesuaikan dengan beban yang kami bawa, jalur pun berubah menjadi tanjakan dengan sudut kemiringan sekitar 30 – 50 derajat. Menuju pos I, kami harus melalui 3 puncak bukit dengan kondisi setapak yang rapat oleh vegetasi semak dan tumbuhan perdu khas daerah tropis. Akhirnya kami masuk ke Pos I di ketinggian 1762 m dpl pada pukul 13.10 WIB. Perjalanan kami terhitung cukup lambat karena selama melakukan perjalanan disertai dengan pengambilan gambar guna keperluan program Jejak Petualang yang ditayangkan Trans7. Di Pos ini, seluruh anggota tim melakukan cek kondisi kesehatan dan mereview kembali beban masing masing untuk persiapan menuju pos 2 yang berada di ketinggian 2030 m dpl. Medan yang kami lalui terasa lebih berat dan panjang karena melalui punggungan beberapa bukit.
Di jalur ini kami menemukan jejak babi hutan dan juga kotoran macan kumbang. Kotoran macan ini sangat khas dengan sisa bulu bulu mangsanya yang tertinggal bercampur dengan kotoran kering serta bentuknya yang menyerupai bola bola berhimpitan. Penemuan kotoran ini cukup penting karena dapat digunakan sebagai indikasi keberadaan macan kumbang di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
Pos dua kami capai pada pukul 15.00 dengan sambutan hujan cukup deras di kawasan yang pernah dijadikan pos peneliti keaktifan Gunung Merapi. Kami memutuskan untuk bermalam di pos ini sebagai upaya mengumpulkan tenaga yang telah terkuras. Tenda kami dirikan meski hujan mengguyur semakin lebat, sebagian tim mulai membuka logistik dan ransum untuk dimasak dan di santap bersama. Setelah selesai memenuhi isi perut, kami pun tidur di tenda menunggu waktu untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 02.00 dini hari keesokan harinya, anggota tim melakukan persiapan menuju puncak. Setelah meninggalkan sebagian barang di pos 2, seluruh anggota tim bergerak menuju pos 3 di ketinggian 2390 m dpl. Cuaca yang cerah cukup mendukung perjalanan malam kami yang menapak jalur tanjakan dengan sudut kemiringan hingga 70 derajat di beberapa jalur punggungan bukit. Tepat saat matahari terbit di ufuk timur cakrawala, satu per satu anggota tim berhasil mencapai pos tiga. Lega rasanya dapat melihat matahari terbit tepat di balik Gunung Lawu yang tegak berdiri jauh di timur kami.
Bersamaan dengan terbitnya sang surya, bentangan jalur pendakian yang berkelok terhimpit jurang dikanan kiri tapak pun mulai terlihat jelas di depan kami. Segerombolan Lutung mulai beraktifitas di pohon tidurnya yang berada di kiri jalur pendakian setelah melewati malam yang dingin dan basah oleh hujan. Aktifitas mereka di atas ketinggian 2000 m dpl cukup mengagumkan mengingat suhu udara yang mereka hadapi yang dapat turun secara ekstrem disini. Jejak dan kotoran rusa atau kijang sempat kami temui di sekitar pos 3. Selain karena jalur ini jarang dilalui manusia, masih banyaknya tanaman perdu yang menjadi makanan di ketinggian ini sepertinya memberikan pertahanan alami bagi kawanan rusa untuk hidup. Ragam pepohonan yang besar mulai berkurang, namun kawasan ini masih terlihat hijau oleh tanaman perdu dan semak yang rapat di musim penghujan seperti sekarang.
Kabut tebal turun pada saat memasuki batas vegetasi di pos 4 pada ketinggian 2690 m dpl. Setelah beristirahat dan melahap mi instant yang kami masak menggunakan air hasil tampungan kotak pengamatan gempa, kami kembali melanjutkan perjalanan. Pemandangan hijau pun berubah menjadi warna batu dan pasir di sekeliling kami. Setelah melewati punggungan yang dipenuhi beberapa unit pemantau gempa (seismograf), kami memasuki daerah yang terkenal dengan sebutan pasar bubrah. Kawasan pasar bubrah ini merupakan dataran dengan luas sekitar 1 hektar yang dipenuhi hamparan batuan gunung api segala ukuran. Diberi nama Pasar Bubrah karena bentuk batu batu yang berserak di kawasan ini menyerupai kios kios pasar yang tidak beraturan.
Di titik ini kami kembali meninggalkan sebagian barang yang dijaga oleh salah satu anggota tim yang bertugas menjaga barang. Setelah mengambil gambar dan beristirahat sejenak, puncak Garuda segera kami hampiri melalui jalur tanjakan berbatu lepas di atas pasar bubrah. Perjalanan menuju puncak kami lalui dengan ekstra hati hati karena batu tempat kami berpijak sangat labil. Jika salah dan kurang berhati hati, selain tergelincir, bahaya lain yang ditemui adalah dengan adanya batu jatuh yang dapat membahayakan anggota tim di belakang atau bawahnya. Pelan namun pasti kami bergerak menuju kawasan puncak Kawah aktif mulai kami temui di jalur pendakian. Sengatan bau belerang memaksa kami untuk menggunakan masker gas yang telah di persiapkan sebelumnya. Eksplorasi terhadap keberadaan kawah kawah lama yang masih aktif diberikan oleh tim dari PASAG Merapi yang telah berulang kali mendampingi tim peneliti ke puncak Merapi.
Tepat pukul 13.00 WIB kami berhasil mencapai Puncak Garuda di ketinggian 2940 m dpl. Meski tidak semua anggota berhasil mencapai titik tertinggi ini, kegembiraan terlihat jelas di mata kami. Perasaan haru pun tak dapat dipungkiri lagi. Puncak Garuda berupa sebuah batu besar yang tadinya memiliki bentuk seperti burung Garuda dengan sayap terbantang. Namun karena pengaruh gempa vulkanik dari merapi tahun 2006 lalu, bentuk sayap batu ini telah patah meninggalkan batuan yang menjulang. Dari Puncak Garuda terlihat samar kubah lava yang baru muncul akibat aktifitas terakhir G. Merapi. Kubah 2006 ini membelah kebeberapa sudut yang salah satunya telah runtuh ke arah kawah mati di sebelah timur Puncak Garuda. Pecahan kubah lava yang mengarah ke selatan atau arah Kota Yogyakarta telah runtuh membawa material lahar dingin hasil letusan beberapat tahun lalu.
Cukup menegangkan rasanya berada di titik tertinggi sebuah gunung yang dinyatakan sebagai gunung berapi teraktif di dunia ini. Senang dan haru terasa kuat didada saat kami berhasil menyaksikan dari dekat kekuatan alam yang sangat besar dan ditakuti ini dari dekat.
Yoga (ass. Produser JP), Adi (Kameraman), Dani (Kameraman), Ranti (Reporter JP), Mentari (Host JP) dan Aji (Pendamping Host JP) bersama para anggota PASAG Merapi dan BADAK mensyukuri nikmat yang agung ini dengan Khidmat di puncak Merapi dengan berdoa dan berucap syukur. Tak lama setelah puas mengabadikan diri, kami pun bergerak kembali turun menuju Deles, Klaten tempat awal kami memulai perjalanan.
Penulis : Aji Rachmat – http://www.ajirachmat.multiply.com
Foto : dokumentasi tim jejak petualang Trans7

1 komentar:

  1. Bavetlineoke Master Agen Betting Terbaik & Terpercaya

    Salam sobat Blogger, sekedar share nih...
    Bavetlineoke lagi ada promo gila2an lhooo buat kamu yg hobi judi online mau taruhan bola/main game casino kesempatan menang terbuka untuk kamu. Siapa tau bersama Bavetlineoke kamu menemukan keberuntungan kamu. Buruan yuk gabung dan daftarkan diri kamu dengan kode referall BAVETJ05 kamu cukup deposit 70rb bisa dapat 100k tanpa harus ini dan itu.

    Daftarkan Diri kamu GRATIS !!!

    Info Lebih Lanjut :
    Kunjungi Website : bavetlineoke.com
    Contact Person : +6285512771128
    SMS/Whatsapp : +6281316661222
    PIN BBM : 55628DA2
    Skype : Agen Bavetline
    Line : bavetline

    BalasHapus