Anak Kancing (Kelompok Anak Pecinta Lingkungan) didirikan tahun 2008, awalnya Pak Sukiman ingin mengajak dan mengajari ibu-ibu soal mitigasi bencana. Tetapi di saat mengundang ibu-ibu untuk datang pertemuan untuk belajar mengenai mitigasi bencana, selalu ibu-ibu tersebut tidak mau datang. “Aku kepengennya mengajari dan mengundang ibu-ibu untuk di latih mengenai mitigasi bencana”, kata Pak Sukiman. Akhirnya Pak Sukiman, ada sedikit trik bagaimana caranya agar ibu-ibu tersebut bisa hadir dengan mengadakan lomba PPGD (Penanganan Penderita Gawat Darurat) untuk anak-anak dan memberikan hadiah berupa kaos bagi peserta. Kemudian Lintas Merapi FM sebagai penyelenggara, menghelat acara lomba tersebut tetapi di khususkan buat anak-anak, dengan maksud lomba itu adalah agar ibu-ibu mau datang dan mendampingi anaknya untuk belajar dan dilatih PPGD sebelum di lombakan. “Bagi orang tuanya boleh mendampingi anaknya untuk memberi pemahaman, mengingatkan pelajaran nanti, otomatis ibunya yang belajar adalah ibunya juga”, imbuh Sukiman. Akhirnya perlombaan mitigasi menjadi rame oleh banyaknya peserta yang ikut dan terlibat. Ibu-ibu juga antusias terlibat dan malah mengajari anaknya karena mendampinginya. Dengan begitu ibu-ibu tersebut juga memahami dan otomatis ikut belajar PPGD tersebut secara tidak langsung. Kesadaran yang lain adalah anak-anak belajar ‘legowo’, ‘nerimo’, ikhlas dalam melakukan segala hal. Contohnya, menanam pohon di hutan, karena jika hutannya lebat dan terjaga dan melestarikan maka kita juga akan di jaga oleh alam.
Sebuah kampung yang hanya berjarak 4,5 km dari kaki Gunung Merapi, Kampung Deles, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten Jawa tengah. Sejak tahun 1999, di Deles sudah ada radio komunitas yang diberi nama Radio Komunitas lintas merapi. Dan radio yang dibuat oleh warga bernama Sukiman itu, telah menjadi satu perekat antar warga di sana. Dari radio inilah warga bertukar informasi , terutama soal kondisi Gunung yang masih aktif itu. Radio ini menjadi pusat informasi dan disaat merapi mulai menunjukan tanda-tanda aktif. Komando untuk evakuasi dan lain-lain datang dari Sukiman dan radionya ini. Kegiatan awal yang dilakukan oleh Sukiman adalah datang kerumah-rumah warga mengajari mereka bagaimana cara menanam sampai warga itu bisa menaman dan menghasilkan panen yang berlimpah. Tak hanya pada kelompok orang dewasa, Sukiman juga mengajak generasi muda untuk mencitai alam. Lewat Kelompok Anak Cinta Lingkungan (Kancing), anak-anak dan remaja di Deles memiliki kesadaran yang tinggi tentang pohon dan satwa di wilayah gunung Merapi. Selain itu mereka juga menjadi kelompok belajar berbagai ilmu, dari pelajaran bahasa hingga seni (Forum PRB).
Pada tahun 2011, salah satu kegiatan keberlanjutan bagi anak-anak masih tetap berlangsung dalam belajar soal mitigasi bencana adalah selain menanam pohon juga dilatih mengenal merapi agar tidak trauma kemudian belajar yang formal dengan belajar dengan melukis. Melukis dengan membayangkan apapun itu soal Merapi kemudian di presentasikan. Salah satu anak waktu itu melukis burung yang menceritakan bahwa burung tersebut terbang menghindari awan panas, dan ada pohon-pohon sekitar Merapi yang gunanya adalah menahan awan panas. Jadi anak tersebut sudah mempunyai pemikiran pemahaman sendiri menurut mereka mengenai Merapi.
Satu hal yang dipercaya Sukiman dan warga Deles, bahwa selama ini merapi tidak pernah memakan korban jiwa dikampungnya karena masyarakat Deles gemar menjaga lingkungan dan menanam pohon, semakin lestari semakin selamat mereka dari bencana. Dan mereka percaya pohon-pohon yang mereka tanam dan jaga itu adalah benteng keselamatan bagi mereka. Meski demikian mereka selalu bersiap-siap dengan segala kemungkinan, termasuk rajin melakukan latihan mitigasi. Sehingga mereka menjadi siap tatkala Gunung Merapi beraksi.
Mengutip dari dari Radio Komunitas Wijaya FM (15/03), Keterlibatan anak-anak yang sangat besar, sehingga tahun 2008 Sukiman membentuk sebuah komunitas KANCING (Komunitas Anak anak Cinta Lingkungan), hal ini merupakan bagian dari upaya melindungi satwa hutan, penghijauan juga melakukan pelestarian hutan dengan mengadakan penjadwalan kepada anak-anak untuk memberi makan hewan yang ada dihutan (khususnya kera), serta ikut melibatkan dalam penghijauan lingkungan disekitar merapi. Fisik anak-anak ini sangat hebat karena sebagian besar sudah sering melakukan pendakian sampai puncak merapi. Semakin berkembang, menyoal belajar pemahaman soal Merapi melalui anak-anak sekitar Merapi selalu Pak Sukiman meminta oleh mahasiswa atau siapapun orang yang sedang belajar atau berkunjung untuk ‘Ngangsu Kaweruh’ soal radio komunitas atau pemahaman soal Merapi di Lintas Merapi FM untuk diwajibkan mengajari anak-anak soal pendidikan formal seperti matematika, ilmu sosial, ilmu alam, atau bahasa inggris sesuai dengan keahlian orang atau mahasiswa tersebut.
Awalnya dalam mengajari anak-anak tersebut berangkat dari emosi sesaat Pak Sukiman, tetapi pada akhirnya pengajaran ini adalah sangat penting bahwa kegotoroyongan yang artinya semua beban dan biaya semuanya bisa di peroleh atas hasil gotong royong warga setempat adalah solusi untuk mengasuh anak-anak dan mengajari pemahaman soal Merapi. Tidak tentu di komunitas KANCING ini dalam melakukan pertemuan atau penjadwalan secara reguler untuk belajar bersama tetapi terkadang beberapa minggu atau minimal beberapa bulan di pasti ada pertemuan, kadang malah tidak di ijinkan untuk pertemuan di saat anak-anak sibuk sekolah. Anak-anak Merapi oleh Pak Sukiman diajarkan kepeduliaannya dengan lingkungan sekitar agar tetap menjaga dan memahami karakter Merapi agar mereka selalu waspada. Pak Sukiman sudah 2 tahun ini menjadi bapak asuh, beberapa anak dibiayainya untuk ke sekolah di peroleh dari hasil gotong royong sumbangan iuran dari warga sekitar. Anak-anak juga diajari kerja bakti membenahi jalur evakuasi, bahwa jalur evakuasi adalah penting bagi dirinya sendiri, ketika mereka suatu saat menjadi dewasa dan memimpin di wilayah Klaten adalah sangat penting baginya jalur evakuasi.
Buku-buku ketika ada pameran di Jogja, Pak Sukiman pasti meminta bukunya dengan kuota yang banyak karena di Kancing ada program membaca bersama. Program Kancing yang lain adalah bermain dan belajar serta melukis. Pernah waktu itu anak-anak Kancing bekerjasama dengan jaringan yang ada di Australia, hasil melukis anak-anak Kancing di foto kegiatannya oleh orang Australia kemudian di pamerkan di Beijing. Kegaiatan menulis juga diajarkan bagi anak-anak juga kemudian di unggah di website jalinmerapi.net bernama “Kumpulan Karya Anak Kancing”. Anak Kancing sangat fasih jika menceritakan soal Merapi. Mengenal Merapi adalah menjadi sebuah kebutuhan yang utama.
Pernah anak-anak Kancing bekerjasama dengan Taman Kanak-kanak (TK), Sekoah Dasar (SD) Kanisius bersama wali murid berwisata alam, dengan program penanaman pohon, melakukan pemupukan dengan pupuk kandang di wilayah hutan di sekitar Merapi di Deles, Klaten. Ada juga donatur dari orang Indonesia yang belajar di Jepang membantu memberikan bibit tanaman cemara di Deles yang peduli dengan Merapi. Program-program bagi Anak Kancing ke depan adalah arahnya agar menjadi generasi muda nanti sudah mengenali dan mempunyai cara-cara mitigasi bencana Merapi. Menjadi anggota kancing sangatlah mudah, siapa saja yang ingin belajar dipersilahkan bergabung yang usianya masih sekolah dasar.
Ketika ada lembaga atau relawan yang membantu trauma healing kepada anak-anak dan koordinator Kancing mencegahnya, dikarenakan bantuannya berupa robot-robotan, boneka, mobil-mobilan kemudian di bungkus dalam satu box karena permaianan tersebut di peroleh dari membeli, mereka (anak Kancing) tidak ingin bermain seperti itu, mereka lebih memilih permainan tradisional seperti ‘egrang’ permainan dari bambu.
sumber : https://www.facebook.com/notes/nuno-rahman/kelompok-anak-pecinta-lingkungan-kancing/10152899165375480
0 komentar:
Posting Komentar