Headline News

Read more: http://secebisilmu.blogspot.com/2013/05/cara-pasang-berita-terbaru-headline.html#ixzz2Vs7VTXPC

Jumat, 17 Februari 2012

Jika Merapi Meletus lagi

Arah ancaman awan panas ataupun lava pijar memang sewaktu waktu bisa berubah, tapi Merapi juga tak kan pernah ingkar janji,jika nanti Merapi meletus lagi.


Pertanyaannya sudah siapkah kita? Terus apa yang kita lakukan untuk mengurangi resiko yang di timbulkan dari dampak letusan tersebut. Bencana Merapi 2010 yang lalu menjadi pembelajaran pada kita bahwa Karakter letusan merapi juga bisa berubah. Letusan merapi yang biasanya sekedar lelehan lava pijar tapi 2010 kemarin eksplosif atau benar2 letusan.Jarak luncuran awan panas sampai 18 km di alur sungai gendol,sekitar 300 lebih korban jiwa, ribuan ternak serta rumah harta benda habis tak berbekas!!

Di sisi lain, telah begitu banyak informasi tentang Gunung Merapi telah kita miliki. Jauh lebih lengkap dan lebih baik pemahaman kita tentang Gunung Merapi dibanding pemahaman kita tentang gunungapi lain di Indonesia. BPPTk (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian) Yogyakarta telah memberikan informasinya secara berkala. Komunitas komunitas ataupun relawanpun komunikasipun selalu update informasi tentang merapi, kira kira apa masih kurang?

Bencana terjadi karena bencana yang lalu telah dilupakan”. Begitulah pepatah lama yang dikenal di kalangan pekerja penanggulangan bencana. Kalimat tersebut sederhana saja, tetapi mengandung makna yang mendalam. Pada saat kita telah melupakan kondisi bencana yang telah lalu, maka kita pada posisi tidak waspada dan tidak siap siaga lagi. Barangkali, perangkat kewaspadaan dan kesiapsiagaan kita telah kita lupakan. Bunker kita telah kotor tidak terpelihara. Radio komunikasi sudah macet-macet atau bahkan hilang entah ke mana,jejaring sosial lewat internet cuma untuk guyonan dan tambah teman saja, hal hal yang penting di tinggalkan. Kita sendiri barangkali sudah lupa bagaimana harus melakukan evakuasi dan melakukan pertolongan pada penderita gawat darurat. Jalan pintas evakuasi sudah penuh ilalang,bagaimana memberi informasi secara cepat dan akurat, bagaimana menggunakan media informasi yang efektif dan efisien. Artinya, apabila pada kondisi tersebut Gunung Merapi meletus lagi, bukan mustahil letusan itu akan menghadirkan bencana.

Tentunya baik adanya apabila kita selalu mengingat adanya bahaya Gunung Merapi, tanpa harus menjadi phobia. Bencana telah diartikan secara beraneka ragam, baik yang bersifat umum atau disesuaikan dengan “kepentingan” organisasi yang “mengartikan” tersebut. Karakteristik umum bencana adalah: (1) merubah kehidupan dari pola-pola normal, (2) merugikan manusia, (3) merusak struktur sosial, serta (4) munculnya lonjakan kebutuhan. Keingatan kita atas karakter-karakter bencana ini setidaknya menjadikan kita selalu waspada dan siapsiaga, seperti kata pepatah ”sedia payung sebelum hujan”.
Penanggulanngan bencana adalah proses dinamis dan berkelanjutan yang dapat dilakukan melalui mekanisme eksternal dan internal. Mekanisme eksternal merupakan mekanisme penanggulangan yang lebih memobilisasi unsur di luar masyarakat. Penanggulangan bencana dengan mekanisme internal merupakan mekanisme yang menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dan sentral. Sementara ini penanggulangan bencana di Indonesia masih cenderung menggunakan mekanisme eksternal. Hal ini bisa kita lihat pada dominasi orang luar pada seluruh komponen siklus bencana. Bahkan boleh dikatakan, hampir seluruh kegiatan perencanaan, penyiapan dan pelaksanaan program manajemen bencana selalu “turun dari atas”. Masyarakat hanya bertindak sebagai obyek. Paling-paling, keterlibatan masyarakat yang hanya sebagai pelaksana. Masyarakat bukan “pemilik” program, karena mereka tidak melihat hubungan antar kebutuhan dengan program yang dijalankannya. Akibatnya dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap program itu menjadi lemah.
Pemerintah ataupun lembaga yang konsen di Penanggulangan bencana hendaknya jangan mengobyekkan subyek yang artinya jangan menjadikan pelaku menjadi tujuan untuk menghasilkan keuntungan pribadi ataupun golongan karena masyarakat yang hidup di kawasan rawan bencana adalah yang berhadapan dengan ancaman bencana secara langsung.

Sebagai masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi sudah selayaknya apabila kita memahami dan merespon setiap perubahan status tingkat kegiatan gunungapi. Kita perlu mengetahui bahwa tingkat kegiatan gunungapi ditentukan berdasarkan hasil pengamatan. Tingkat Aktif Normal, gunungapi dalam kegiatan normal berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi. Tingkat Waspada, kegiatan gunungapi mulai meningkat berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi, misalnya asap semakin menebal dan cenderung lebih tinggi, jumlah gempa vulkanik mulai meningkat. Tingkat Siaga, kegiatan gunungapi semakin meningkat. Biasanya sudah mulai terjadi letusan-letusan asap/abu (letusan pembuka). Tingkat Awas. Semua data mendukung akan terkjadinya letusan utama.
Tentu kita perlu merespon perubahan status itu. Pada status Aktif Normal, masyarakat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I, II, dan III dapat melakukan kegiatan sehari- hari. Pada status Waspada, masyarakat. di KRB II dan III harus meningkatkan kewaspadaannya. Pada status Siaga, masyarakat di KRB III disarankan tdk melakukan aktifitas di sekitar lembah-lembah sungai yg berhulu di puncak. Sementara masyarakat di KRB II bersiap untuk mengungsi sesuai dengan saran dari Pusat Vulkaonolgi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Pada status Awas, masyarakat di KRB II bersiap untuk mengungsi yg dikoordinir oleh petugas berwenang dengan memperhatikan saran dari PVMBG.

Disaat masih dalam status aktif normal, mari kita segarkan kembali kemampuan-kemampuan kita dalam mewaspadai ancaman bencana. Kita perbaiki kembali jalan evakuasi kita, kita perbaiki perangkat sistem komunikasi dan sistem peringatan dini yang kita miliki; kita perbaiki alat transportasi kita; kita mulai melakukan ronda malam untuk kesiapan bencana. Kalau seumur-umur kita tidak merasa was-was sehingga tidak perlu harus waspada, sekarang saatnya kita waspada dan bersiaga. Dan banyak lagi yang bias kita lakukan sejak saat ini… Tentu saja kesiapsiagaan ini bukan hanya untuk wilayah yang biasanya terlanda, tetapi semua wilayah-wilayah yang beresiko bencana, baik di sebelah barat, timur, utara maupun selatan Gunung Merapi. Akhirnya, mari kita budayakan siaga

0 komentar:

Posting Komentar